Bab 12

Setelah selesai urusan di kantor notaris.

Kami langsung pergi menuju kerumah Renata.

Sebelum kesana, mas Albin memberikan kabar lebih dulu pada Renata, dan terdengar wanita itu sangat bahagia dari suaranya. Aku tau, karena mas Albin menghidupkan speaker nya.

"Aku tidak tau, seperti apa tanggapan Renata nanti saat dia melihat kamu datang bersamaku, mas.

Apakah dia akan masih seceria saat kamu telpon tadi?" lirihku pada suamiku yang hanya terdiam, dia memilih fokus menyetir.

"Mas, kita berhenti di supermarket sebentar." sambungku saat melihat ada supermarket di depan sana.

"Mau cari apa, sayang?" tanyanya yang tak urung menepikan mobilnya ke dalam parkiran supermarket tersebut.

"Masak kita datang bertemu anak anaknya Renata dengan tangan kosong, mas.

Kasihan mereka, setidaknya kita bawa oleh oleh jajanan kesukaan anak anak." mendengar jawabanku, mas Albin nampak tersenyum dan menggandeng tangan ini memasuki supermarket.

Dua kantong besar kami bawa, berisi segala macam cemilan dan susu. Meskipun mereka bukan anak suamiku, aku tidak mungkin tega mematahkan kebahagiaan dan harapan mereka terhadap lelaki yang sudah mereka anggap papanya.

Aku tidak membawa serta Abian ikut serta bersama kami, meskipun dia belum memahami, namun aku tidak mau dia mendengar sesuatu yang buruk. Aku menitipkan dia dirumah bersama bi Iyam.

Sesampainya di halaman rumah Renata, nampak kedua anaknya Renata sudah menunggu mereka terlihat ceria, begitu juga dengan Renata, dia dandan sangat cantik untuk menyambut kedatangan mas Albin. Kalau saja aku tidak tau cerita yang sesungguhnya, mungkin saat ini aku sudah terluka karena rasa cemburu. Namun kini terbantahkan semua rasa cemburu, karena suamiku meyakinkan diri inilah satu satunya yang ada di dalam hatinya.

Mas Albin keluar lebih dulu, disambut bahagia oleh sepasang ibu dan anak itu, saat aku membuka pintu dan keluar dari mobil, Renata menatapku dengan raut tak suka.

"Kenapa kamu bawa dia, mas?

Apakah waktu dia bersama kamu masih kurang banyak?" tatap Renata benci padaku.

"Sebenarnya aku tidak ada niat untuk kesini, ini adalah permintaan Zahra padaku, untuk menemui anak anak. Jadi jangan banyak protes!" tekan mas Albin yang masih jelas terdengar di telinga ini.

"Papa, Tante itu siapa?" tanya bulan dengan wajah bingung.

Mas Albin tidak langsung menjawab, mungkin dia bingung memilih kalimat, matanya menatapku seolah memintaku untuk mengerti.

Tante temennya papa, kenalin nama Tante, Zahra.

Panggil Tante Zahra, ya." sahutku yang membuat mas Albin mengerutkan wajahnya menatap diri ini.

Sedangkan Renata terlihat senyum sinis dengan bersedekap dada. Aku berusaha bersikap setenang mungkin, dan jujur penasaran dengan Renata yang sesungguhnya. Karena saat seseorang marah, dia akan kelihatan aslinya.

"Pah, kata mama kita mau pergi jalan jalan ya?

Kami sudah dandan keren loh. Kita berangkatnya jam berapa?" Bintang menatap penuh harap pada mas Albin, ternyata Renata cerdik juga, menggunakan anak anak untuk mencari kesempatan.

"Jalan jalan?

Papa kan belum ada ngomong, papa kesini cuma sebentar, habis itu papa mau lanjut kerja lagi.

Tadi papa sama Tante Zahra sudah belikan banyak makanan buat kalian. Bentar ya lapa ambilkan." sahut mas Albin yang langsung berdiri dan berjalan menuju mobilnya, tampak kedua bocah itu saling beradu pandang. Sedangkan Renata nampak sekali marah, kedua tangannya mengepal erat.

"Nah, ini buat kalian.

Gak boleh berebut ya?" Mas Albin kembali dengan membawa dua kantong besar berisi jajanan anak anak, tadi raut wajah mereka yang cemberut, kini sudah kembali ceria lagi dengan senyuman lebar.

"Wah banyak sekali jajannya, makasih, masih pa!" seru mereka yang langsung berlari keruang tengah untuk membuka kantong yang mas Albin bawa.

"Dimana nurani kamu sebagai seorang perempuan, hm?

Kamu itu pelakor yang menjijikkan, kejam dan tidak punya perasaan!" tekan Renata dengan wajah mengeras, matanya melotot menatapku nyalang.

"Maksudnya, mbak?" tanyaku dengan mengerutkan wajah. Kata katanya sungguh menyentil hati ini, pedas dan menyakitkan.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Ternyata Aku Yang Kedua

Novel on going :

#Wanita sebatang kara

#Ganti Istri

Novel Tamat :

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!