"Aku mengerti keresahan kamu, sayang.
Kamu memang perempuan berhati lembut, pasti kamu tidak tega melihat mereka menangis tadi.
Tapi aku juga tidak mau, mengorbankan hubungan kita hanya karena rasa kasihanmu itu.
Biarlah, Renata tau apa yang harus dia lakukan untuk menenangkan anak anaknya.
Kita cukup membantunya dari jauh. Selama Soni tidak mau bertanggung jawab pada mereka, aku janji, akan mencukupi kebutuhan kedua anak malang itu. Kamu tidak keberatan kan?" mas Albin begitu berhati hati dalam mengutarakan niatnya. Sebenci apapun suamiku pada mbak Renata, nyatanya dia tidak pernah tega menelantarkan kedua anak tak berdosa itu.
Aku memang tidak salah memilihnya menjadi pendamping hidupku. Nyatanya dia memang sebaik itu. Meskipun sempat ada perasaan ragu karena adanya mbak Renata yang menjadi istri pertamanya.
"Iya, mas. Aku gak papa kok, kasian mereka juga." sahutku yang tersenyum manis pada suamiku.
"Semoga, Renata tak lagi mengganggu kehidupanku lagi. Dan segera dia menemukan jodoh yang baik. Jujur aku lelah dengan apa yang sudah aku sembunyikan bertahun tahun ini." sahut suamiku dengan wajah sendu.
"Sudahlah, lagian semua sudah berakhir.
Ayo kita turun, kasihan anak anak sudah menunggu lama." sahutku yang langsung membuka pintu mobil.
"Mas itu kan mobil mama kamu, apa mama ada disini ya?" aku menatap mobil BMW warna hitam yang terparkir di samping rumah, sudah jadi kebiasaan mama yang lebih suka memarkir mobilnya di halaman samping, katanya lebih luas dan teduh.
"Mungkin, lebih baik kita masuk saja." sahut mas Albin yang juga langsung turun dari mobilnya.
"Asalamualaikum." kamu mengucapkan salam bersamaan, terdengar mama mertua dan anak anak menyahut salam kami.
"Dari mana saja kalian, kenapa ninggalin anak anak sangat kama dirumah hanya dengan pembantu?" todong mama dengan tatapan menyelidik.
Aku dan mas Albin saling melempar pandang.
"Kami ada urusan sebentar tadi, ma.
Jalanan macet, jadi sampai dirumah lama." sahutku mencari alasan. Tapi sepertinya mama tidak mudah percaya begitu saja, wajahnya terlihat mengerut.
"Albin, apa ada yang kalian sembunyikan dari mama?" mama menatap putra sulungnya dengan tajam, mertuaku itu memang sangat peka, sulit sekali menyembunyikan sesuatu darinya.
"Tadi Nesya bilang ke mama, katanya waktu kalian makan direstoran ada tante tante yang marah sama papa, dan Zahra mengajaknya untuk pindah tempat. Siapa perempuan itu, Albin?
Apa dia, Renata?" sambung mama yang terlihat emosional.
"Ma, sebaiknya kita bicara ini tidak di depannya anak anak. Jangan sampai Nesya berpikir macam macam." sahut mas Albin dengan membuang nafasnya kasar.
"Baiklah, kita bicara diruang kerja kamu.
Zahra, kamu juga ikut. Biar anak anak di jaga sama bik Iyam dan adikmu." sahut mama yang langsung melangkah menuju ruang kerja mas Albin yang ada dilantai dua.
"Mas!" lirihku cemas saat mama sudah berjalan duluan di depan kami.
"Tenanglah, semua akan baik baik saja.
Mama sangat benci dengan Renata, wajar dia marah seperti itu. Tenang ya, semua akan baik baik saja. Kamu diam saja, biar aku yang jelasin semuanya sama mama, oke?" mas Albin berusaha untuk menenangkan ku, jujur aku sangat takut, karena selama menikah dengan mas Albin, baru kali ini aku melihat mama semarah ini.
"Iya, mas." jawabku lirih, lalu kami berjalan berdampingan menyusul mama yang sudah sampai duluan.
"Katakan saja mama, apa yang sudah Renata lakukan?" tekan mama yang langsung melontarkan pertanyaan saat kami baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Apa dia bikin ulah?
Atau dia menyakiti kamu, Zahra?" kembali mama memberondong kamu dengan pertanyaan pertanyaannya.
"Ma!
Please, satu satu nanyanya.
Aku bingung gimana jawabnya." sahut mas Albin yang terlihat geleng geleng kepala dengan sikap jutek mamanya.
"Habis mama keburu kesel duluan, mendengar nama perempuan itu saja sudah bikin darah tinggi.
Kamu lagi, kenapa gak kasih tau ke mama, kalau Zahra sudah tau soal Renata si penipu itu?
Apa kalian baik baik saja, tidak sedang bertengkar, kan?" Aku dan mas Albin saling melempar pandang, terpaku dengan pertanyaan mama yang seabrek. Pusing sendiri mendengarnya. Begitu cemasnya beliau dengan kemunculan mbak Renata dalam rumah tanggaku.
"Mama tenang dulu, ya!
Istighfar ma, istighfar.
Kami gak papa, mama sayang.
Alhamdulillah kami baik baik saja.
Mama pasti tau seperti apa sifat menantu mama ini, Zahra wanita yang bijak dan dia juga sangat cerdas, jadi tidak mudah untuk di racuni fitnahan sama Renata.
dan mama tau, apa yang baru saja terjadi antara aku dan Renata?" sahut mas Albin dengan senyuman hangat, tangannya mengusap lembut punggung tangan wanita yang sudah melahirkannya itu dengan penuh kasih.
Mama nampak mengerutkan wajahnya heran, menatapku dan mas Albin bergantian. Seolah meminta penjelasan dari ucapan putranya itu.
"Urusanku dengan Renata sudah clear, mama.
Kami sudah tidak ada ikatan apapun, dan soal perjanjian itupun sudah tak lagi berlaku.
Karena harta yang dia minta tak bisa dia miliki, aku sudah mengalihkannya pada Zahra dan anak anakku." jelas mas Albin dengan senyuman mengembang dan mama nampak menutup mulutnya, mungkin shock dengan penjelasan putranya.
"Apa kamu yakin, Albin?" tanya mama memastikan.
"Iya, mama sayang.
Aku dan Renata sudah selesai. Tak ada lagi yang akan mengancam dan mengusik kebahagiaanku lagi." sahut mas Albin sambil merangkul pinggangku mesra.
"Alhamdulillah.
Akhirnya, wanita itu menyingkir juga. Dan kamu harus ingat, jangan sekali kali mengurusi kedua anaknya, karena itu bisa saja jadi awal masalah baru buat kalian. Paham?" balas mama dengan wajah serius. Aku dan mas Albin saling tatap, karena kamu baru saja membicarakan kedua anak itu dan akan tetap perduli.
Ya Tuhan, apa yang harus kamu lakukan, mengikuti perkataan mama, atau menuruti perasaan iba ini. Ah entahlah.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Ternyata Aku Yang Kedua
Novel on going :
#Wanita sebatang kara
#Ganti Istri
Novel Tamat :
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
meris dawati Sihombing
kalimatnya bnyak yg berantakan thor..sorry
2025-01-22
0
Nayla Ujji ...
iya juga sich.. yang dikatakan ibu mertuamu, Zahra.
2023-05-27
0