19.Salah paham.

Sekali sentak tubuh Sintya lansung membentur tubuh Markus, dan tidak disia-siakan oleh Markus untuk memegang kedua bahu Sintya dengan erat.

" Katakan ada apa?" tanya Markus mengguncang tubuh Sintya seraya menatap wajah Sintya lekat-lekat.

" Lepaskan aku!" kata Sintya datar, dengan wajah yang terlihat tidak senang atas apa yang Markus lakukan padanya.

" Tidak, sebelum kau katakan padaku!" kata Markus kesal.

" Jangan dekati aku lagi!" kata Sintya tegas dan datar.

Markus membeku mendengar perkataan Sintya tersebut, dan seakan mereka orang asing yang tidak saling kenal.

" Katakan, siapa yang menindasmu...aku akan membalasnya untuk mu!" kata Markus dengan suara kencang.

Dia benar-benar sudah emosi, dari tadi dia menunggu Sintya dikantin untuk makan siang.

Sampai dia tidak makan menunggu Sintya agar makan bersama, dia menelepon berkali-kali tidak diangkat Sintya.

Dan sekarang Sintya terlihat marah padanya, dan tentu dia akan membuat perhitungan bagi siapapun yang membuat suasana hatinya yang kesal.

Dia akan membuat perhitungan pada orang yang telah mengacaukan hubungan mereka berdua.

" Tidak ada yang menindas Sintya, tapi ini semua karena kau yang mempermainkan dia!" sahut Jessi.

" Aku?" Markus bingung.

" Iya, kau hanya main-main dengan Sintya...jangan kau buat dia merasa kalau kau begitu perhatian padanya, itu hanya topengmu saja!" sahut Jessi mewakili Sintya.

Sintya menyingkirkan tangan Markus yang memegang bahunya, lalu berbalik pergi dari sana.

Markus bingung dengan apa yang dikatakan oleh Jessi, dia jadi lengah membiarkan Sintya pergi meninggalkannya yang lagi memikirkan apa maksud dari perkataan Jessi.

" Sial!" umpat Markus sangat marah, dia ditinggalkan Sintya.

Dia tidak ada sedikitpun main-main dengan Sintya, dia ingin tahu siapa kira-kira yang membuat Sintya seperti itu.

" Nico..ayo selidiki siapa yang membuat Sintya menjadi benci padaku!" kata Markus dengan pandangan yang tajam kedepan.

Dia akan membuat orang itu minta maaf pada Sintya.

" Tunggu sepertinya aku sudah dapat siapa yang membuat Sintya marah padamu!" kata Nico melihat layar ponselnya.

Nico memberikan ponselnya pada Markus, dan Markus menerima ponsel tersebut.

Markus melihat dilayar ponsel, wajahnya langsung menggelap.

" Angela!" gumamnya marah.

Nico menerima kembali ponselnya dari Markus.

Markus dengan langkah cepat pergi mencari Angela.

Sementara itu Sintya sudah masuk kembali ke dalam kelas, dia membaca komik untuk menghabiskan waktu jam istirahat.

Dia tidak perduli dengan sekitarnya kalau sudah fokus membaca komik, dia langsung hanyut menghayati komik tersebut.

Tiba-tiba terdengar suara bising diluar kelas, dan disusul dengan suara pintu kelas yang dibuka kasar dari luar.

Sintya yang lagi baca komik tidak memperdulikan apa yang terjadi, dia tetap fokus membaca komik.

" Cepat!" bentak suara seorang siswa.

Dan kemudian terdengar suara meja dan kursi yang terdorong dengan kasar.

Mau tidak mau Sintya terpaksa mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang terjadi.

Ternyata beberapa orang telah berdiri didepannya.

" Eh..!" Sintya terkejut melihat banyak orang berdiri didepannya.

Sintya melihat ada Markus dan Angela.

Mau apa mereka? pikir Sintya bingung.

" Cepat katakan, apa sebenarnya yang kau katakan tadi, jangan buat aku semakin marah padamu!" bentak Markus pada Angela.

" Sintya, aku minta maaf " kata Angela dengan suara pelan pada Sintya.

" Maaf?" Sintya bingung.

" Aku tadi hanya iseng saja ingin membuatmu agar menjauh dari Markus!" kata Angela dengan setengah terpaksa.

Terlihat wajahnya tidak senang untuk mengucapkan itu.

" Maksudnya apa, aku tidak mengerti!" kata Sintya semakin bingung.

Sial! ini orang bodoh atau pura-pura bodoh sih, kenapa Markus bisa menyukai cewek kayak gini sih! bisik hati Angela begitu kesal memandang Sintya.

" Tadi kau mungkin ada mendengar kalau aku ada mengatakan bahwa aku dan Markus nanti malam ada kencan...itu semua bohong, aku hanya iseng saja untuk membuatmu marah " kata Angela.

" Lalu...apa hubungannya denganku?" tanya Sintya heran, dia tidak peduli itu benar atau tidak, dia sudah malas menghadapi masalah setiap hari mengganggunya.

" Tentu saja ada, dia ingin kita berpisah...dia pikir dia bisa untuk memisahkan kita, aku tidak ada niat untuk jalan dengannya, dan tidak ada mengajak dia untuk kencan malam nanti!" kata Markus menjelaskan.

" Kalaupun ada enggak apa-apa, aku tidak peduli " kata Sintya dengan tenangnya.

" Sintya!" suara Markus begitu keras mendengar perkataan Sintya tersebut.

Ternyata Sintya benar-benar belum bisa menerima dia.

" Ingat, kalau kau ada mencoba menganggu Sintya lagi...aku pastikan kau harus keluar dari sekolah Lentera ini!" ujar Markus dengan suara tajam pada Angela.

" Markus, kau kan sudah dengar dia tidak peduli kalau kau mau jalan denganku...lepaskan saja dia, ayo kita mulai dari awal hubungan kita!" kata Angela berteriak pada Markus.

" Tidak akan, aku menyukai Sintya...mau dia tidak menyukaiku, aku tidak peduli...aku akan mengejarnya sampai dia menyukaiku!" kata Markus.

" Tidak, aku tidak mau!" kata Angela mendekati Markus.

" Sudah, pergi sana!" Markus mendorong Angela pergi.

Markus memerintahkan geng Angela untuk membawa Angela pergi dari kelas Sintya.

Sintya tetap tenang saja duduk di kursinya, dia seperti menonton drama saja melihat Markus dan Angela saling berteriak dan marah.

Ruang kelas akhirnya sepi, semua orang sudah keluar dari kelas.

Dan kini tinggal Sintya dan Markus.

Sintya kembali membaca buku komiknya, tidak mempedulikan Markus duduk didepannya.

" Sintya, sudahan marahnya ya...aku tadi langsung mencari Angela begitu mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya " kata Markus dengan nada lembut pada Sintya.

Sintya mengangkat wajahnya memandang Markus.

Wajah Markus terlihat begitu memelas memandang Sintya, mata Markus terlihat jujur.

Melihat Markus seperti itu, perasaan Sintya jadi luluh.

Dia merasa kalau Markus sungguh-sungguh padanya.

Markus perlahan meraih tangan Sintya yang memegang buku komik, menariknya kedalam genggaman tangannya.

Sintya membiarkan tangannya digenggam oleh Markus, dan perlahan Markus membawa tangannya ke bibirnya.

Dan satu kecupan mendarat dipunggung tangan Sintya.

" Apakah kau masih marah?" tanya Markus hati-hati pada Sintya, dia takut Sintya masih marah padanya.

Perlahan kepala Sintya menggeleng.

" Tidak lagi " jawabnya.

Wajah Markus langsung cerah melihat gelengan kepala Sintya, dia pun tersenyum.

Markus bangkit dari duduknya, dia meraih Sintya untuk bangkit dan kemudian mendekapnya kedalam pelukannya.

Markus merasa sangat senang karena Sintya tidak marah lagi.

" Aku lapar " kata Markus memelas, " Aku belum makan siang, dari tadi aku menunggumu dikantin..jadi aku belum makan"

Astaga! pikir Sintya, aku memang kelewatan.. aku salah paham padanya, dia ternyata belum makan dari tadi.

Sintya mengambil satu bungkusan dari dalam tasnya.

" Ini, makanlah " kata Sintya menyodorkan bungkusan tersebut.

Dengan wajah cerah Markus menerima bungkusan yang diberikan oleh Sintya.

Membuka bungkusan yang ternyata kotak bekal sama seperti yang dimakan Sintya tadi siang.

Markus dengan semangat memakan bekal yang diberikan Sintya.

" Pelan-pelan makannya " kata Sintya memberikan air minum pada Markus.

" Terimakasih " Markus menerima air minum yang diberikan Sintya.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!