3. Teman sekolah yang aneh.

Sintya turun dekat pasar, dia mau berbelanja dulu baru pulang.

Dia akan memasak untuk Tante Diana saat pulang kerja nanti.

"Apakah dekat pasar rumahmu?" tanya Markus saat Sintya akan turun.

Sintya tidak menjawab pertanyaan Markus, mengabaikan Markus berjalan turun dari bis.

"Aneh!" pikir Sintya mengingat Markus naik bis pulang sekolah, dan seperti menguntitnya.

Apakah kebetulan saja? pikirnya bingung.

Sintya tidak memperdulikan lagi tentang Markus tersebut, dia fokus untuk berbelanja dulu.

Setelah Sintya berbelanja, diapun pulang ke apartemen Tante Diana.

Semenjak Ibunya sakit-sakitan, Sintya sudah mulai belajar memasak, sebagai putri tunggal dia harus bisa membantu Ibu dan Ayah nya.

Dia sudah bisa mengurus dirinya sendiri kala itu.

Suara pintu terdengar dibuka, Tante Diana telah pulang.

"Aku pulang!" sahut Tante Diana seraya menutup pintu dibelakangnya.

"Tante pasti sudah lapar, aku sudah selesai memasak, Ayo kita makan!" kata Sintya seraya menarik kurai, dan kemudian duduk.

"Wah...pasti enak, aku cuci tangan dulu!" kata Diana.

Setelah cuci tangan, dia pun bergabung dengan Sintya untuk makan.

"Ini enak sekali!" seru Diana terkejut saat masakan Sintya menyentuh lidahnya.

Dia pun makan dengan semangat, Sintya ternyata bisa diandalkan untuk mengurus rumah.

"Bagaimana dengan sekolahmu hari ini? apakah sudah dapat teman baru? " tanya Diana pada ponakannya tersebut.

"Sekolahnya lumayan, kalau teman...aku sudah dapat satu namanya Jessi!" kata Sintya.

"Baguslah, kau tidak usah takut masalah biaya, Tante akan mengurusnya, belajarlah yang giat biar bisa masuk Universitas!" kata Diana .

"Baik Tante"

"Masakanmu sangat enak, terimakasih sudah memasak!" kata Diana seraya mengelap mulutnya dengan tissue.

Sintya membereskan meja makan, mencuci piring mereka dan membersihkan dapur.

Diana masuk ke kamarnya untuk mandi dan ganti baju.

Setelah Sintya selesai beres-beres, diapun masuk ke kamarnya.

Dia memeriksa mata pelajaran untuk besok, mengerjakan pekerjaan sekolah yang belum dikerjakannya.

Benar kata Tantenya, dia harus fokus belajar agar dapat nilai bagus dan bisa masuk ke Universitas.

Besok pagi Sintya diantar Diana pergi ke sekolah, dan berpesan jangan sungkan untuk meneleponnya kalau ada masalah.

Sintya mengangguk mengiyakan perkataan Tantenya tersebut.

Sintya kemudian berjalan masuk ke halaman sekolahnya, siswa-siswi lain juga sudah pada datang masuk sekolah.

Halaman penuh siswa-siswi yang akan memasuki kelas merek

Semua siswa-siswi terlihat mempunyai teman, mereka saling bertegur sapa dan jalan berbarengan.

Hanya Sintya yang jalan sendirian.

"Kau tahu tidak, semalam Markus dijemput cewek cantik, tapi dia malah pergi menghindari cewek itu, aku lihat cewek itu menunggu Markus lama sekali di pintu gerbang sekolah!"

Sintya mendengar seorang siswi yang berjalan dibelakangnya bergosip pada temannya.

Ternyata Markus melarikan diri dari seseorang semalam, karena itulah kenapa cowok idaman para cewek di sekolah barunya itu bisa naik bis umum.

"Markus memang selalu dikejar cewek-cewek, dia kan anak orang kaya, tampan lagi siapa yang tidak tergila-gila padanya, contohnya itu Marsha, jelas-jelas Markus sudah menunjukkan rasa tidak suka padanya, eh..malah dikejar terus!" kata temannya.

"Nah, lihat itu Markus sudah datang, aku juga tidak tahan ingin berdekatan dengannya, tampan sekali, oohh...suami masa depanku!" kata siswi tersebut begitu bahagianya melihat sosok Markus yang dingin.

Wajah datar Markus yang dingin tampak tidak perduli dengan disekelilingnya, dia terlihat jalan dengan santainya di koridor sekolah.

Dan para siswi menatapnya dengan pandangan berbinar-binar, mereka sangat senang melihat Markus yang tampan.

Para siswi tersebut senyum-senyum, karena senang melihat pujaan hati mereka lewat disamping mereka.

Sintya merasa para siswi tersebut terlalu berlebihan memandang penampilan Markus.

Karena menurut Sintya sosok diri Markus itu biasa-biasa saja.

Atau mungkin karena dia anak orang kaya, jadi dia terlihat spesial dimata para cewek-cewek tersebut? pikir Sintya.

Ya, bisa jadi! angguk Sintya dalam hati.

Sintya masuk kedalam kelasnya.

Meletakkan tas, dan menarik kursi untuk duduk.

"Halo Sintya, baru datang ya!" sahut Jessi dari belakang punggungnya.

"Oh..hai Jessi, iya baru sampai!" kata Sintya.

"Hari ini kita ada pelajaran olahraga raga, kita akan melihat Markus bertanding dengan sekolah lain di aula olahraga!" kata Sintya bersemangat.

"Kau fansnya Markus juga ya?" tanya Sintya.

"Iya tentu saja, tapi bukan seperti Marsha ingin memiliki untuk dirinya sendiri!" kata Jessi sambil menghempaskan bokongnya ke kursi yang ada didepan meja Sintya.

"Oh, begitu ya"

"Apa kamu tidak tahu kalau Markus itu juga seorang model lho, dia model disekolah kita"

Pantesan! pikir Sintya, ternyata dia seorang foto Model.

"Marsha pernah menembak Markus, dan Markus terang-terangan menolak Marsha, hi..hii..aku sangat geli melihat wajah Marsha waktu itu, dia sangat shock dan pucat, dia malu sekali telah ditolak oleh Markus!"

Sintya bisa membayangkan bagaimana terpukulnya Marsha ditolak oleh idola para wanita tersebut.

Sintya pun tersenyum mendengar perkataan Jessi tersebut.

Tidak berapa lama bel sekolah tanda masuk pun terdengar.

Dan pelajaran pertama pun dimulai.

Sintya fokus mendengarkan arahan guru yang mengajar di depan kelas.

Sintya memiliki ingatan yang kuat, dia bisa mengerti semua apa yang dikatakan oleh guru yang mengajar didepan kelas.

Saat jam istirahat Jessi mengajak Sintya untuk makan bersamanya di taman, dia membawa bekal lebih.

Dan dia sengaja membawanya untuk berbagi dengan Sintya.

Jessi menyukai pribadi Sintya, dia langsung suka pada Sintya saat pertama sekali bertegur sapa dengannya.

Mereka berjalan beriringan di koridor sekolah menuju taman sekolah.

Bukk!!

Tiba-tiba ada yang menabrak Sintya.

"Kalau lagi jalan jangan melamun dong! jangan jalan ditengah begini, orang mau lewat kan jadi nabrak!" sahut siswi yang menabrak Sintya marah.

Dia tampaknya sangat kesal telah menabrak Sintya, karena jalannya terhalang oleh Sintya.

"Eh! situ jangan nyolot ya! bukankah kau yang harusnya minta maaf sama Sintya! jelas-jelas kau yang nabrak dia!" kata Jessi ikutan marah.

"Ini koridor untuk jalan umum, siapapun harus memperhatikan jalannya agar orang lain yang lewat tidak kena tabrak!" kata cewek itu semakin meninggikan suaranya.

"Eh...ada apa ini?" seorang siswi datang menghampiri mereka.

"Marsha..!" siswi itu tampak sedikit takut.

"Huh! kau lagi, cewek yang nabrak aku di pintu kantin itu ya!" tiba-tiba Marsha menunjuk kearah Sintya.

"Iya benar dia Sha..." kata teman Marsha yang selalu setia mengikuti Marsha kemanapun.

"Kau bikin masalah lagi ya!" katanya tersenyum sinis, dipandangnya Sintya dengan tatapan mengejek.

"Iya, dia barusan nabrak aku!" kata siswi yang memarahi Sintya tadi.

Apa? mata Sintya terbelalak memandang siswi tersebut, apa dia tidak salah dengar?

Siapa kena tabrak, siapa yang menabrak?

Wah, ini orang kayaknya tidak sehat! pikir Sintya tidak mempercayai kata-kata siswi tersebut memfitnah dia.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!