5. Masalah air minum.

Sintya merasa dirinya tidak pernah semenjak masuk ke sekolah elite tersebut, belum pernah mencoba untuk bicara atau pun mendekati Markus.

Tapi dari semalam Markus entah bagaimana bisa dekat dengannya, dan berbicara padanya.

Sekolah ini murid siswi perempuannya semua sangat mengerikan, anak orang kaya yang bisa berbuat sesuka hati.

Jadi Sintya sebagai murid siswi yang tidak bisa untuk membanggakan apa pun karena anak yatim-piatu miskin, tidak ada niat untuk tebar pesona pada murid siswa disekolah tersebut.

Dan Markus si bintang sekolah malah mendekat padanya seolah mereka sudah saling mengenal.

Ini membuat Sintya merasa tidak suka, dia pasti akan mendapat masalah terus kedepannya.

Dia tidak ingin dekat dengan Markus.

" Apakah kalian akan datang melihat pertandingan basket?" tanya Markus.

" Iya kami nanti akan datang melihat " Jessi yang menjawab.

Sementara Sintya diam saja tidak menanggapi pertanyaan Markus tersebut.

" Bagus...aku tunggu ya, jangan lupa bawakan aku air minum " kata Markus seraya bangkit dari duduknya.

Dia pun kemudian meninggalkan Sintya dan Jessi.

Mata Sintya melotot memandang Markus, kuping nya seperti bermasalah mendengar perkataan Markus tersebut.

Apa? air minum? bisik hati Sintya tidak percaya, memangnya dia siapa harus aku bawakan air minum untuknya?

" Apa maksudnya membawakan air minum?" tanya Sintya pada Jessi merasa tidak senang diperintah oleh Markus untuk membawakan air minum untuknya.

" Biasanya murid siswi yang menyukai Markus akan memberikan air minum pada Markus setelah menyelesaikan pertandingan basket " kata Jessi.

" Oh begitu...tapi aku kan tidak menyukai Markus.., buat apa aku membawakan dia air minum?" ujar Sintya

" Sepertinya Markus menyukaimu Sintya...dia belum pernah menerima botol air minum siswi manapun semenjak dia sekolah disini "

" Aku tidak peduli...aku tidak ingin punya masalah, aku tidak mau dimusuhi oleh fansnya dia " kata Sintya tidak tertarik.

" Tapi kenapa dia terlihat sangat akrab dengan mu?" tanya Jessi heran.

" Aku tidak tahu!" Sintya menggelegkan kepalanya.

Jessi pun terdiam.

Dia tadi melihat Markus sepertinya menaruh perhatian pada Sintya.

Jessi tahu bahwa Markus tidak pernah akrab dengan murid siswi manapun disekolah ini, dia sangat dingin pada semua murid siswi disekolah mereka.

Tapi dengan Sintya si dingin Markus kenapa bisa menjadi terlihat berbeda, dia tadi tersenyum.

Selama Jessi bersekolah disekolah elite ini, Markus tidak pernah terlihat sekali pun tersenyum.

......................

Tibalah saatnya untuk melihat pertandingan antar sekolah.

Jessi begitu bersemangat untuk cepat-cepat pergi ke aula olahraga.

Sementara Sintya tidak begitu tertarik.

" Ayo kita beli air mineral dikantin, tadi Markus kan sudah pesan pada kita " kata Jessi menarik tangan Sintya yang tampak begitu malas melangkahkan kakinya.

" Kau saja yang belikan untuknya ya " kata Sintya tidak semangat.

" Baiklah "

Mereka pun sampai di kantin untuk membeli air mineral.

Ternyata sudah banyak siswi yang antri membeli air minum.

Sintya malas mengantri, dia menyuruh Jessi saja yang mengantri.

Dia pergi membeli jus jeruk dan camilan.

Lama juga Jessi hanya membeli satu botol air mineral.

Sintya merasa pesona Markus begitu bersinar, sehingga para murid siswi sangat tergila-gila padanya.

Banyak siswi yang membeli air minum untuk diberikan pada Markus.

Dan tidak tahu air minum siapa nanti yang akan diterima Markus.

Kalau Markus mengambil air minum dari salah satu siswi tersebut, berarti Markus menyukai siswi tersebut.

Dan siswi tersebut harus siap-siap dicemburuin para murid siswi lainnya.

Membayangkan itu Sintya senyum-senyum sendiri.

Akhirnya Jessi berhasil membeli satu botol air mineral.

" Yok...aku sudah beli air minumnya " kata Jessi menghampiri Sintya yang tengah duduk menyedot jus jeruknya.

Sintya pun mengekor dibelakang Jessi.

Mereka memasuki aula olahraga.

Ternyata sudah banyak yang datang, bangku-bangku sudah banyak yang terisi.

Sintya dan Jessi dapat tempat duduk dipojok paling atas podium.

Murid siswi dibagian bawah podium sudah berisik berteriak memanggil nama Markus.

Mereka terlihat sangat bersemangat.

Dan pertandingan pun dimulai.

Para murid siswi sangat berisik terus berteriak histeris.

Mereka menjerit meneriakin nama Markus.

Yang diteriaki terlihat santai saja tidak begitu peduli pada para gadis tersebut.

" Markus memang jagonya main basket " kata Jessi tersenyum senang melihat permainan Markus yang sudah beberapa kali mencetak angka.

Sintya diam saja mendengar penjelasan Jessi, dia tidak mengerti permainan basket.

Jadi dia hanya menonton saja tanpa ada emosi untuk menikmati permainan tersebut.

Matanya melihat bola di oper sana di oper kesini, dan di lambungkan masuk kedalam keranjang.

Menurutnya biasa-biasa saja, kenapa musti berteriak kegirangan.

Murid siswi yang begitu bersemangat tersebut sampai melompat dan berjingkrak kesenangan.

Suara mereka langsung histeris menyebut nama Markus.

Akhirnya permainan pun berakhir, dan dimenangkan oleh tim nya Markus.

Semua bersorak kesenangan, dan lagi-lagi berteriak menyebut nama Markus.

Kemudian para murid siswi menghampiri Markus untuk memberikan botol minum yang mereka pegang.

Mereka dengan wajah berbinar dengan penuh harap kalau Markus akan mengambil air minum dari salah satu mereka.

Markus mengedarkan pandangannya, mencari-cari.

Dan begitu dia menemukan, dia pun pergi dari kerumunan para murid siswi tersebut.

Semua mata mengikuti kearah mana Markus pergi.

Markus menaiki podium penonton.

" Eh..,dia datang untuk menagih air minum yang kau belikan " kata Sintya pada Jessi melihat Markus datang menghampiri mereka.

" Nih...kau yang berikan " kata Jessi menyodorkan air mineral tersebut pada Sintya.

" Tidak, kau saja " kata Sintya menolak.

Markus pun mendekat, dia tampak basah oleh keringat.

Wajahnya terlihat memerah, bajunya lengket ketubuhnya yang basah oleh air keringat.

" Mana air minumku?" tanya Markus pada Sintya.

" Itu...Jessi sudah belikan untuk mu " kata Sintya menunjuk botol air mineral yang dipegang Jessi.

" Aku kan suruh kau yang belikan " kata Markus tampak kecewa.

" Aku tidak punya uang untuk membeli air minum " kata Sintya membuat alasan.

" Itu " Markus menunjuk jus jeruk Sintya.

" Ini punyaku " kata Sintya.

Markus mengulurkan tangannya, lalu menyambar jus jeruk Sintya.

Diapun kemudian lansung menyedot jus tersebut.

Mata Sintya terbelalak terkejut dengan tindakan Markus tersebut.

Sedotan itu sudah bekas mulutnya.

Para murid siswi yang melihat itupun terkejut juga.

Mereka terlihat tidak senang menatap Sintya, api cemburu terlihat dari mata mereka.

Wajah mereka terlihat sinis memandang Sintya.

Habislah aku, pikir Sintya.

Setelah ini dia pun pasti akan jadi musuh para murid siswi.

Markus menyedot habis jus jeruk sintya.

Dan dia melihat camilan yang dipegang Sintya, lalu tanpa permisi dan bertanya.

Dia menyambar dari tangan Sintya, lalu memakannya.

" Enak " kata Markus sambil menganggukkan kepalanya.

Astaga! mulut Sintya menganga tidak percaya dengan kelakuan Markus tersebut.

Dia benar-benar tidak tahu malu, bisik hati Sintya tidak percaya.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!