Tiba jam istirahat kelas langsung riuh.
Sintya mengajak Jessi untuk menemaninya memberikan bekal yang dibawanya untuk Markus.
Jessi membawa Sintya ke kelas Markus, karena Sintya belum mengetahui dimana letak kelas Markus.
Sintya dan Jessi celingak-celinguk didepan kelas Markus.
Mencari sosok Markus.
Tiba-tiba kelas Markus riuh, murid siswa terdengar berseru kearah Sintya dan Jessi.
" Wah...ada cewek cantik tuh!"
" Aku belum pernah lihat cewek itu..!"
" Mau kenalan ah.."
" Bening banget bro.."
Plakk!!
Sebuah pukulan mendarat di kepala salah satu siswa tersebut.
" Dasar...kayak tidak pernah lihat cewek cantik saja!"
" Aduh!" yang dipukul meringis kesakitan mengelus kepalanya.
" Awas kalau coba-coba menggoda dia!" sebuah genggaman tinju disodorkan kedepan siswa tersebut dengan biku yang memutih karena dikepal begitu eratnya.
Wajah siswa tersebut langsung berubah, begitu diberi tanda dengan tangan kepalan tinju kedepan wajahnya, dia langsung mengerti.
" Ma..maaf aku tidak tahu kalau dia cewek gebetanmu!" kata siswa tersebut menciut.
Yang lainpun ikut-ikutan takut juga, mereka salah menggoda cewek yang seharusnya tidak boleh digoda.
" Sori dong Markus...kami enggak tahu!" kata yang lain dengan suara yang bersalah.
" Awas ya!" Markus menunjukkan tinjunya kewajah mereka.
Semua pada mundur tidak berani.
Markus menghampiri Sintya dan Jessi yang berdiri diluar pintu kelas.
" Akhirnya aku dapat bekal juga " kata Markus dengan tersenyum senang memandang bontot yang dipegang Sintya.
" Nah ini.." kata Sintya menyerahkan bekal Markus.
" Enggak mau, aku mau makan sama denganmu...ayo ke taman " Markus menarik tangan Sintya pergi ketaman.
" Eh...tidak, kami mau makan dikantin " kata Sintya menolak.
" Kalau gitu ayo makan bekal dikantin " Markus memutar badannya kearah kantin.
Sintya dan Jessi terpaksa mengikuti Markus ke kantin.
Padahal rencananya mereka berdua yang akan makan bersama
Mereka memasuki kantin.
Markus mencari tempat duduk yang masih kosong.
Mereka bertiga duduk di satu meja.
Markus dengan semangat membuka bekalnya.
Sintya dan Jessi pun membuka bekal mereka.
Tiba-tiba Sintya berteriak menjerit begitu melihat isi bekalnya.
Itu bukan bekal yang dibawanya dari rumah.
Markus dan Jessi tersentak juga mendengar teriakan Sintya.
" Ada apa?" tanya Markus.
Dia mengambil bekal Sintya, ada katak mati didalam bekal Sintya.
Wajah Markus langsung berubah, dia tahu ada yang menjahili Sintya.
Markus mengambil bekal Sintya, lalu membawanya keluar kantin.
Membuangnya ke tong sampah.
Siswi di sekolahnya memang luar biasa brengsek, mereka bisa dengan nekat menindas siapapun yang menurut mereka mengganggu kesenangan mereka.
Markus kembali kedalam kantin.
Dengan sudut matanya dia bisa memperhatikan banyak mata para siswa-siswi memperhatikan Sintya.
Markus membuka bekal yang diberikan Sintya padanya.
Disana tidak ada apa-apa, hanya makanan yang terlihat enak.
" Sudah makan yang ini saja, kita bagi dua bekalnya " kata Markus membagi bekal yang diberikan Sintya padanya tadi.
" Ini punyaku juga " kata Jessi membagi bekalnya.
" Sepertinya kau salah kasih bekal padaku...seharusnya bekal yang ada kataknya, supaya aku membencimu " kata Markus mencium gelagat yang mencurigakan.
Sintya tidak menjawab, dia masih shock dengan katak mati didalam bekalnya.
Itu sangat menjijikkan.
Sintya ingin muntah, dia bergidik merasa jijik.
Bernard menyodorkan bekal yang telah dibaginya pada Sintya.
Sintya sudah tidak berselera lagi untuk makan.
" Ayo kita ketaman saja " Bernard memasukkan kembali bekalnya.
Jessi pun demikian, menutup bekalnya.
Mereka bertiga pergi keluar dari kantin.
Sementara itu disudut kantin Maisha tampak semakin tidak senang melihat adegan tersebut.
Lagi-lagi rencananya gagal.
Sial! umpatnya tidak senang.
Dia kesal sekali. Di hentakkanya kakinya ke lantai dengan marah.
Sementara itu Markus, Sintya dan Jessi duduk di bangku taman.
Markus yang sudah lapar memakan bekal yang dibawa Sintya.
Enak, bisik hatinya begitu senangnya.
" Aku akan cari tahu siapa yang menaruh katak mati itu dibekalmu " kata Markus.
" Sudah tidak usah dibahas lagi...biarkan saja" kata Sintya dengan suara tidak bersemangat.
" Tidak, aku mau tahu siapa yang suka iseng mengerjai orang " kata Markus tenang, tapi raut wajahnya berkata lain.
Sementara itu dibelakang halaman sekolah.
Plakk!!
" Sialan..kau tidak becus mengerjakan hal sekecil itu, kenapa hanya satu bekal saja kau masukkan katak itu..bodoh!!"
Plakk!!
" Markus jadi tambah perhatian pada si miskin itu, kau memang bodoh!"
Maisha menendang dan memukul suruhannya yang selalu menurut padanya, kaki tangannya yang mau melakukan apapun yang disuruh nya.
" Aku hampir ketahuan...dia waktu itu ada duduk di kursinya, jadi aku tidak bisa untuk menaruh pada kedua bekalnya "
" Dasar!"
Bukk!!
Satu tendangan mengenai kakinya lagi.
Siswi tersebut meringis kesakitan.
" Lain kali kau harus bisa mengerjakan apa yang kusuruh...sialan, kesal sekali aku!!" geram Maisha.
Dia kemudian meninggalkan temannya tersebut.
" Sialan.., kalau bukan karena orang tuanya sangat berpengaruh di kota ini, aku tidak akan mau jadi suruhannya!" gumam siswi tersebut mencibir dengan penuh benci.
......................
Pulang sekolah Sintya seperti biasa naik bis, menunggu bis di halte.
Dia menolak tawaran Jessi yang ingin mengantarkan nya pulang.
Sintya lebih suka naik bis.
Tin! tin! tin!
Suara klakson mobil terdengar berisik tidak jauh dari halte.
Sintya diam saja ditempatnya, tidak ambil peduli dengan suara klakson.
Tin! tin! tin!
Suara itu terdengar lagi, sangat bising.
Semua mata menoleh kearah mobil yang berisik itu.
Dan Sintya pun ikut-ikutan melihat ke arah mobil.
Kaca mobil pun terbuka begitu Sintya menoleh melihat ke arah mobil.
Markus?
Terlihat wajah tampan Markus didalam mobil.
Tangannya melambai menyuruh Sintya datang ke mobilnya.
Sintya bingung, mau apa dia? pikir Sintya.
Terpaksa Sintya mendekati mobil tersebut.
" Ayo naik, biar ku antar " kata Markus, lalu membuka pintu untuk Sintya.
" Tidak, aku naik bis saja " kata Sintya menutup pintu mobil Markus.
" Sintya!" panggil Markus.
Sintya tidak peduli, dia melangkah kembali ke halte.
Dia tidak tahu ternyata Markus keluar dari mobilnya dan mengekor dibelakang Sintya.
Saat Sintya menoleh kebelakang, dia terkejut melihat Markus sudah ada dibelakangnya.
" Mau apa kau?" tanya Sintya.
" Mau pulang "
" Eh, bukankah itu mobilmu, kenapa naik bis?" tanya Sintya bingung.
" Kau tidak mau ku antar pulang, jadi aku ikut naik bis antar kau pulang " kata Markus dengan santainya.
" Tidak usah, aku ada perlu sebentar..tidak langsung pulang " kata Sintya.
" Aku ikut "
" Hah?!" Sintya bengong melihat Markus kenapa selalu mengikutinya.
Sintya tidak begitu nyaman dengan sikap Markus tersebut.
Dia tidak bisa mengusir Markus agar jangan mengikutinya.
Sintya melihat ada taksi nongkrong tidak jauh dari halte, dia bergegas menuju taksi tersebut.
Markus mengekor dari belakang mengikuti Sintya.
Dengan langkah cepat Sintya mendekati taksi tersebut.
Begitu telah sampai dia langsung membuka pintu mobil taksi, dan kemudian menguncinya dari dalam.
Sintya memberitahukan alamat tujuannya pada sopir taksi.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments