Sintya diam saja mendengar penjelasan siswi yang menabrak nya tersebut, dia rasa tidak ada gunanya menjelaskan, karena mereka tidak akan mempercayai penjelasan darinya.
Jessi tidak terima mendengar perkataan siswa yang menabrak Sintya.
"Dia yang nabrak bukan Sintya!" kata Jessi membela Sintya.
"Aku tidak peduli, yang aku ingat dia ini pernah nabrak aku di kantin!" kata Marsha dengan sinis.
Sintya tidak menjawab perkataan Marsha.
Diraihnya tangan Jessi, lalu menariknya pergi dari sana.
"Hei!!" teriak Marsha marah karena ucapannya tidak dipedulikan oleh Sintya.
"Sialan!" makinya.
Marsha berlari mengejar Sintya, dia tidak pernah diabaikan kalau lagi bicara.
Sintya sungguh lancang, dia tidak suka melihat Sintya tidak takut padanya.
Marsha menarik rambut Sintya yang sudah keluar dari koridor menuju taman sekolah.
Sekali tarik Sintya langsung terhuyung kebelakang, dan terjerembab ke tanah.
Bokongnya terhempas ke tanah.
"Kau tuli ya! tidak mendengar aku lagi bicara padamu?" kata Marsha berteriak pada Sintya.
Semua siswa-siswi yang ada di area taman memandang kearah mereka.
Mereka tahu sifat Marsha, mereka tidak ada yang berani mendekat.
Sintya meringis menahan sakit di bokongnya. Rok sekolahnya sampai tersingkap sedikit akibat terjatuh
Marsha mendengus sinis pada Sintya, dia berjalan memutari tubuh Sintya yang terjatuh.
"Kau sengaja ya membuat aku marah?" katanya menendang kaki Sintya.
Para siswa-siswi yang melihat tindakan Marsha itu hanya bisa menonton saja, tidak ada yang berani untuk melerai perbuatan Marsha.
Sintya meringis lagi menahan sakit akibat tendangan Marsha pada kakinya.
"Hei..kau! hentikan!" teriak Jessi.
"Diam! jangan ikut campur nanti kau juga akan ku tendang!" kata Marsha sarkas menunjuk Jessi dengan telunjuknya.
"Aku tidak ada menyinggung mu, kenapa kau membenciku!" kata Sintya masih bersikap tenang.
"Kenapa? karena kau miskin! masuk ke sekolah elite, aku tahu kau mau coba tebar pesona pada siswa kaya disekolah ini, kan? ingin masuk ke keluarga orang kaya, benar kan?!" kata Marsha tersenyum sinis dengan tatapan tajam pada Sintya.
"Kau gila Marsha, siapapun boleh masuk kedalam sekolah ini, asalkan mampu untuk membayar uang sekolah!" kata Jessi lantang.
"Diam kau! jangan coba-coba membelanya!" kata Marsha tajam pada Jessi.
Teman Marsha datang mendekat pada Jessi, menarik Jessi agar menjauh dari Sintya.
"Awas! jangan pegang aku!" Jessi berontak dari tarikan tangan teman Marsha tersebut.
Sintya perlahan bangkit dari jatuhnya, bokongnya terasa sakit sekali.
Dia tidak mau meladeni Marsha, membiarkan saja cewek kasar itu berprasangka yang negatif padanya.
Tidak ada gunanya dijelaskan pada cewek aneh seperti Marsha.
Yang ada malah semakin dicurigai, tidak mempercayai penjelasannya.
Sintya mengibas roknya yang terkena tanah.
"Hei!!" teriak Marsha dengan kencangnya, "Kau tuli ya, aku lagi bicara padamu!" teriak Marsha.
"Tidak ada yang perlu ku jelaskan padamu!" kata Sintya dengan tenang.
"Kau dasar perempuan miskin, kau pikir bisa membantah perkataan ku?" Marsha mendekati Sintya, dia mencoba untuk menarik rambut Sintya lagi.
Tapi tangannya tiba-tiba ada yang menahan, dan mencengkeramnya dengan erat.
"Cukup! dasar nenek lampir!" kata orang tersebut, lalu menghempaskan tangan Marsha dengan kasar.
"Ma..Markus!!" Marsha terkejut bukan main.
"Kau sangat arogan, perempuan mengerikan!" kata Markus dengan sinis nya.
"Bu...bukan begitu!" wajah Marsha langsung berubah lembut.
"Apa dia menyinggung mu?" tanya Markus pada Marsha.
"Iya, dia menyinggungku, dia mengatakan aku wanita pengganggu!" kata Marsha mencoba mencari perhatian Markus, kata-katanya sangat sedih dan seperti orang yang ditindas.
"Memang benar kan? kau itu pengganggu! dan sangat menjengkelkan!" kata Markus dengan dingin.
"A..aku, aku..!" Marsha tidak percaya Markus membela Sintya.
Dia semakin membenci Sintya.
Dia akan membuat rencana untuk menyingkirkan Sintya.
Marsha mengingat sepertinya Markus sudah dua kali membela Sintya.
Marsha merasa sepertinya Markus menyukai Sintya.
Tidak! itu tidak boleh terjadi! pikir Marsha marah.
Dia mengepalkan tangannya dengan erat, dia sangat cemburu.
Markus adalah milikku! bisik hatinya geram.
"Apakah kau tidak apa-apa?" tanya Markus memandang Sintya, memperhatikan tubuh Sintya apakah ada yang terluka.
"Aku baik-baik saja, terimakasih!" kata Sintya masih dengan mode yang tenang.
"Dia di dorong sama Marsha sampai terjatuh, dan menarik rambut Sintya!" kata Jessi mengadu.
"Jessi!" kata Sintya melotot pada Jessi, dia heran pada Jessi, kenapa mengadu padat Markus.
Markus bukan teman mereka, dan Sintya tidak begitu mengenal Markus.
Dengan mengadu pada Markus, itu menunjukkan seolah-olah dia mencari perhatian pada Markus.
Markus memandang Sintya.
"Benarkah?" tanya Markus.
"Tidak!" kata Sintya dengan cepat.
Sintya cepat-cepat menarik tangan Jessi dan membawanya dari sana.
"Sintya...!" panggil Markus sembari melangkah cepat mengejar Sintya yang menarik Jessi pergi.
"Markus...tunggu, aku bisa jelaskan yang sebenarnya padamu!" panggil Marsha berteriak memanggil Markus.
Markus tidak peduli dengan teriakan Marsha, dia mempercepat langkahnya mengejar Sintya dan Jessi.
"Awas kau Sintya! dasar kau gadis miskin! mencari perhatian calon suamiku, aku tidak akan membiarkanmu tenang disekolah ini, jangan sebut namaku Marsha kalau aku tidak bisa membuatmu keluar dari sekolah ini, dasar pengganggu!!" gumam Marsha dengan penuh kebencian pada Sintya.
Dia mengepalkan kedua tangannya sampai memutih menahan amarah.
Sementara itu, Jessi dan Sintya akhirnya bisa menikmati makan siang mereka.
Sintya menerima bekal yang diberikan Jessi.
"Terimakasih Jes, ini enak sekali!" kata Sintya mencicipi bekal yang diberikan Jessi.
Tiba-tiba sebuah tangan datang mengambil bekal Sintya.
Sintya dan Jessi terkejut.
Dan semakin terkejut melihat siapa yang mengambil bekal Sintya tersebut.
"Markus?" sahut Sintya dan Jessi bersamaan.
"Enak!" kata Markus mencicipi makanan bekal Sintya.
"Berikan! itu punyaku!" kata Sintya meraih bontot yang diambil oleh Markus tersebut.
"Aku belum makan!" kata Markus tanpa bersalah kembali memakan bekal Sintya.
Jessi jadi terdiam melihat aksi Markus tersebut.
Dia belum pernah bisa sedekat ini dengan Markus, dan mendengar cowok idola sekolah mereka itu berbicara santai.
Dan ini baru pertama kalinya Jessi mendengar Markus berbicara seperti orang normal, tidak dingin seperti biasanya.
Jessi melihat Markus sepertinya menggoda Sintya, Jangan-jangan dia? pikir Jessi tidak berani melanjutkan pemikiran nya.
"Itu punyaku!" teriak Sintya, merampas bekal yang diberikan Jessi padanya.
"Yah..sudah habis!" kata Markus tanpa merasa bersalah memberikan tempat bekal yang kosong pada Sintya.
Sintya sangat kesal melihat bekalnya habis dimakan oleh Markus.
"Nanti aku traktir makan di kantin ya!" kata Markus dengan santainya.
"Keterlaluan! itu pemberian Jessi!" teriak Sintya sangat marah.
"Tidak apa-apa Sintya, ini ada punyaku, masih banyak!" Jessi menyodorkan bekalnya yang belum disentuhnya.
"Oh..itu masih banyak, kau bisa makan yang itu dulu!" tunjuk Markus kearah bekal Jessi.
"Kalau kurang, nanti aku traktir makan di kantin!" kata Markus dengan santainya.
Sintya tidak bisa berkata-kata lagi, dia sangat kesal telah di ganggu oleh cowok yang di idolakan para siswi itu.
Dia heran sejak kapan si Markus ini bisa sok akrab dengannya? perasaan, dia tidak pernah ada niat untuk berdekat dengan cowok tersebut.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments