Kemarilah Jangan Menjauh
Sintya sebagai siswi baru di sekolahnya belum mempunyai teman dan juga belum mengenal para siswa dan siswi di sekolahnya.
Jam istirahat siang ini Sintya pergi makan sendirian ke kantin.
"Lihat itu Markus...!!" tiba-tiba Sintya mendengar para siswi berteriak di koridor sekolah.
Mereka berlarian ingin melihat seorang yang bernama Markus tersebut.
Sintya terpaksa menyingkir merapat ke tembok sekolah agar dia tidak ditabrak para siswi tersebut.
Mereka begitu bersemangat sekali ingin melihat siswa yang bernama Markus.
Sintya tidak memperdulikan kerumunan tersebut, dia sudah lapar.
Harus buru-buru ke kantin.
Akhirnya Sintya sampai juga di kantin.
Dia pun memesan makan siang.
Duduk di sudut kantin, dia menikmati makan siangnya.
Mengabaikan sekitarnya, dia lebih fokus pada makanan yang ada didepannya.
"Ya ampun..itu Markus, tumben dia masuk ke kantin untuk makan siang!" seru para siswi yang duduk tidak jauh dari Sintya.
Dengan iseng Sintya menoleh kearah siswa yang dipandang oleh para siswi tersebut.
Tampak seorang siswa tampan dan tinggi memasuki kantin.
Siswa tersebut bersama dengan dua orang siswa lainnya mengambil tempat duduk di salah satu meja kantin tersebut.
Dan para siswi tidak jauh dari banyak berkerumun ingin mencoba mendekat pada Markus.
Tapi mereka tidak berani.
Mereka hanya dapat melihat Markus dari jarak tiga meter darinya, mulut mereka tidak berhenti berbicara satu sama lain membicarakan betapa tampannya Markus.
Sintya heran pada para siswi tersebut, menurutnya Markus biasa saja, tidak beda dengan siswa lainnya.
Sintya kembali melanjutkan makan siangnya, tidak memperdulikan siswi-siswi tersebut terus ribut mengagumi Markus.
Setelah selesai makan Sintya pun meninggalkan kantin yang masih ribut karena siswa bernama Markus tersebut.
Saat Sintya akan keluar pintu kantin, tidak sengaja dia menabrak seorang siswi yang akan masuk kedalam kantin.
"Sialan! kau tidak ada mata ya!!" bentak siswi tersebut marah.
"Maaf aku tidak sengaja" kata Sintya meminta maaf.
"Kalau jalan pakai mata dong!" kata siswi tersebut dengan suara keras.
"Maaf" kata Sintya lagi.
"Aku baru lihat tampangmu disini! apakah kau murid baru?" tanya teman siswi tersebut dengan nada tinggi.
"Maaf" kata Sintya lagi.
Setelah itu dia berbalik untuk pergi dari sana.
"Hei tunggu! sialan malah pergi orang lagi bicara dengannya!" seru teman siswi tersebut berteriak pada Sintya.
Semua siswi dan siswi yang ada dalam kantin jadi menoleh kearah mereka.
Tidak terkecuali Markus dan dua temannya yang lagi makan siang.
Sintya terpaksa menghentikan langkahnya.
"Aku kan sudah minta maaf!" kata Sintya pada tiga siswi tersebut.
"Kau tidak punya sopan ya! Marsha belum selesai bicara kau malah pergi!" kata satu dari siswi tersebut.
"Kau tidak kenal dengan Marsha ya?!" bentak siswi lainnya.
"Tidak!" geleng Sintya, dia memang tidak kenal dengan Marsha.
"lain kali kau harus sopan didepan Marsha, mengerti?!" bentak siswi tersebut membentak Sintya.
"Ada apa ini?" tiba-tiba Markus sudah berdiri diantara mereka.
Sontak membuat mereka terkejut menoleh pada Markus.
"Halo Markus.." sapa mereka ramah, berbanding balik dengan sikap mereka yang tadi berteriak pada Sintya.
"Ribut sekali!" kata Markus dingin dengan wajah datarnya, "Membuat orang tidak bisa makan siang dengan tenang"
Setelah berkata begitu Markus pun melangkah meninggalkan kantin.
Dia sudah tidak berselera lagi untuk melanjutkan makannya.
Para gadis tersebut sangat berisik, dia tidak suka pada gadis yang sok imut didepannya.
Tapi dibelakangnya bagaikan rubah betina yang sangat menyeramkan, kasar dan arogan.
Marsha dan kedua temannya jadi terdiam melihat Markus begitu cuek pada mereka.
"Maaf telah membuat makan siangmu terganggu" kata Marsha dengan nada lembut.
Markus melirik Marsha dengan tatapan tajam.
Dia tidak menyukai gadis seperti Marsha, seperti nenek lampir dalam pandangannya.
Sementara itu Sintya cepat-cepat menyingkir dari sana, setelah melihat Marsha dan kedua temannya tidak memperhatikan dirinya lagi.
Dia sebenarnya tidak ada niat untuk menyinggung siapapun disekolah barunya tersebut.
Tapi kejadian tidak terduga malah membuat dia mendapat masalah, dan kedepannya pasti tiga gadis tadi tidak akan pernah ramah lagi padanya.
Pertama kali Tantenya mendaftarkan dirinya disekolah elite tersebut, Sintya sudah menolak tidak ingin bersekolah disini.
Tapi Tante Diana tidak mempermasalahkan biaya sekolah Sintya yang mahal, dia ingin Sintya mendapatkan pendidikan yang bagus dan lingkungan yang bagus juga.
Tapi menurut Sintya sekolah ini bukan tempat yang bagus, ini sekolah kalangan anak orang kaya yang manja.
Terlihat dari sikap mereka yang cuek satu sama lain, dan saling berkelompok memilih teman yang menurut mereka sangat cocok dengan status orang tua mereka yang kaya.
Sintya anak desa yang dibesarkan dilingkungan yang ramah dan sopan, tentu saja merasa sangat berbeda dengan lingkungan sekolah barunya tersebut.
Disekolah sebelumnya semua siswi menegurnya untuk mengenalnya, mereka akan datang padanya menanyakan siapa namanya, tinggal dimana, boleh tidak berteman dengannya.
Disini berbanding balik, semua siswi nya sangat cuek dan suka berdandan.
Sintya jadi merasa sendirian disekolah tersebut.
Karena orang tuanya telah meninggal Sintya harus ikut dengan Tantenya ke kota.
Di Desa hanya tinggal dia sendirian, tidak ada yang mengurus dirinya lagi, dan juga biaya hidupnya.
Tante Diana masih lajang, belum menikah.
Tinggal di kota sendirian tinggal di sebuah Apartemen, jadi dia memutuskan untuk mengurus Sintya.
Pekerjaannya yang bergaji lumayan memungkinkan Sintya bisa sekolah disekolah elite tersebut.
Tante Diana mengatakan pada Sintya supaya jangan memikirkan soal biaya sekolah maupun hidup Sintya, dia hanya menyarankan pada Sintya untuk memikirkan pelajaran sekolahnya saja.
"Kau harus belajar yang rajin, menjadi anak pintar, agar bisa meraih cita-cita mu!" itu yang dikatakan Tante Diana padanya.
Sintya pun menuruti apa yang dikatakan oleh Tantenya tersebut.
Dia akan fokus untuk belajar dengan giat, dia akan membuat Tantenya bangga padanya
Karena jam istirahat belum selesai, Sintya pergi sendiri untuk berjalan-jalan melihat ruang perpustakaan ada disebelah mana.
Akan mudah nantinya kalau dia akan ke perpustakaan, setelah tahu letak perpustakaan tersebut.
Koridor sekolah yang panjang dan berkelok membawa langkah Sintya sampai juga diruang perpustakaan.
Perpustakaan disekolah ini ternyata cukup besar juga.
Ditempat ini sangat hening dan sepi.
Sintya sangat menyukai suasana perpustakaan.
Dia sepertinya akan banyak meluangkan waktu di perpustakaan nantinya.
Tempat ini sangat cocok untuk menghindari masalah dengan para siswi yang seperti Marsha tadi.
Sintya melihat tatanan perpustakaan sangat rapi dan bersih.
Dia melihat rak-rak buku yang tersusun rapi.
Sangat beda dengan perpustakaan di desanya.
Perpustakaan di desanya sangat kecil dan rak bukunya juga tidak terlalu banyak.
Sintya berjalan berkeliling melihat buku di setiap rak.
Sintya tanpa sadar tersenyum senang.
Sintya adalah penggila buku komik, ternyata di perpustakaan tersebut ada juga buku komik.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments