Sintya membuka pintu apartemen, lalu menyilahkan Markus untuk masuk.
" Duduklah dulu...,kau mau minum apa?" tanya Sintya berjalan kedapur.
" Apa saja boleh " kata Markus seraya menghenyakkan bokongnya disofa.
Markus mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang apartemen tersebut, tidak begitu luas, tapi cukup luas juga untuk dua orang.
Sintya datang membawakan teh untuk Markus, dan meletakkannya diatas meja.
" Aku mau ganti baju dulu, ini tehmu " kata Sintya.
" Terimakasih " kata Markus meraih gelas dari atas meja, lalu menyesap teh yang dibuat oleh Sintya.
Sintya masuk ke kamarnya, lalu mengganti baju dengan pakaian santai.
" Aku mau masak dulu, sebenar lagi tanteku pulang " kata Sintya, lalu berjalan menuju kulkas.
Mengeluarkan bahan-bahan sayur dan lauk yang akan dimasak.
Markus melihat cara Sintya begitu cekatan memasak, sekarang dia akan lebih mengenal Sintya.
Ternyata memang Sintya gadis yang mandiri, dia terlihat sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan dapur.
Markus semakin menyukai Sintya, dia memang spesial berbeda dengan cewek-cewek lain.
Para siswi disekolahnya kebanyakan sudah terbiasa dilayani, jadi yang namanya memasak mereka tidak bisa.
" Ada yang bisa kubantu?" tanya Markus menghampiri Sintya yang lagi memotong ayam.
" Tidak ada, duduk saja...sebenar aku akan selesai " kata Sintya seraya terus memotong daging ayam.
Markus terpaksa menuruti Sintya, dia duduk di kursi meja makan memperhatikan Sintya memasak.
Dalam satu jam Sintya selesai.
" Apa kau tidak bosan melihat aku memasak?" tanya Sintya seraya meletakkan satu mangkuk mie kuah kedepan Markus.
" Makanlah, mudah-mudahan sesuai dengan lidahmu " kata Sintya.
Markus mengambil sumpit, lalu mencicipi Mei buatan Sintya.
" Enak, aku suka!" kata Markus begitu dia mencicipi mie buatan Sintya.
Markus terlihat sangat menikmati, dan menghabiskan mie tersebut.
" Terimakasih " kata Markus, dia sangat kenyang dan puas.
Sintya pandai memasak, masakannya sangat enak.
Pintu apartemen terdengar ada yang membuka, Tante Diana ternyata sudah pulang kerja.
" Eh, ada tamu ya...teman Sintya yang waktu itu ya " kata Diana memandang Markus.
" Iya Tante " jawab Markus.
" Wah, Sintya sudah selesai masak..hemm kelihatannya enak, dia sangat pandai memasak " kata Diana pada Markus.
" Sepertinya sudah terlalu lama kau disini...apa tidak ingin pulang?" tanya Sintya pada Markus, mengalihkan pembicaraan Tantenya.
" Baiklah...aku sudah disuguhi minum teh dan makan mie buatanmu, aku akan pulang " kata Markus bangkit dari duduknya.
" Hati-hati dijalan...sering-sering main ke sini" kata Diana.
" Tante...!" mata Sintya melotot pada Tantenya, dia tidak suka kalau Markus diundang selalu datang kerumah mereka.
" Dia kan temanmu...jadi tidak masalah kan, lain kali bisa belajar bersama " kata Diana tanpa merasa bersalah.
" Baik Tante!" kata Markus, dia tersenyum senang akan sering-sering datang kerumah Sintya.
" Tidak, jangan...aku tidak mau, dia anak orang kaya...nanti Mamanya menyelidiki tempat nongkrongnya, aku yang jadi kena marah " kata Sintya tidak setuju.
" Mamaku tidak seperti itu " kata Markus.
" Sudahlah...pulang sana" kata Sintya mendorong Markus keluar dari rumah mereka.
" Besok pagi kujemput ya " kata Markus.
" Tidak usah, aku bisa berangkat sendiri "
" Aku akan datang seperti biasa besok pagi...aku akan tunggu diparkiran "
" Tidak mau, aku bisa sendiri " sahut Sintya.
Markus tidak menjawab, dia terus berjalan sambil melambaikan tangannya.
" Temanmu itu sepertinya orangnya baik, dia menyukaimu ya?" tanya Diana setelah pintu ditutup oleh Sintya.
Sintya tidak menjawab.
" Aku mau belajar dulu dikamar " kata Sintya terus berjalan kekamar.
Diana tersenyum saja melihat sikap Sintya yang dingin pada Markus.
Dia tahu Sintya bukan gadis yang gampang tergoda dengan seorang cowok yang menaruh suka padanya.
Diana mengetahui pribadi Sintya dari almarhum kakaknya, bahwa Sintya seorang gadis remaja yang punya prinsip sendiri.
Kalau dia punya satu tujuan, maka dia akan terus berupaya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya tersebut.
Karena itulah Diana begitu bersemangat menyekolahkan Sintya disekolah Lentera, sekolah elite yang akan membuat Sintya mendapat ijazah yang akan bisa masuk ke Universitas bergengsi.
Dan setelah lulus bisa masuk ke perusahaan terkenal dengan gaji yang tinggi, lalu Sintya bisa mengubah kehidupannya yang miskin menjadi sukses.
Diana sangat yakin Sintya akan bisa sukses dimasa depan, karena Sintya adalah murid yang pintar.
Diana memandang Sintya yang terlihat serius belajar.
......................
Besoknya seperti apa yang telah dikatakan oleh Markus akan menjemput Sintya pergi sekolah, sudah terlihat menunggu diparkiran bersandar di mobilnya.
Sintya berdecak tidak senang, tapi karena Markus sudah menghabiskan waktu untuk menjemputnya, terpaksa dia pun ikut naik ke mobil Markus berangkat sekolah bersama-sama.
Markus begitu senang Sintya mau berangkat bersama kesekolah.
Saat sampai disekolah, begitu turun dari mobil Sintya langsung pergi meninggalkan Markus dengan berjalan tergesa-gesa.
" Tunggu Sintya, kita jalan sama dong!" sahut Markus mengejar Sintya.
Sintya semakin mempercepat jalannya, mata para siswi sudah mulai menatapnya tidak senang.
Tiba-tiba sesuatu melayang kearahnya, dan mengenai baju seragamnya.
Dan baju seragamnya pun kotor oleh tepung, dan mengenai rambutnya juga.
Seruan para murid cewek pun terdengar riuh melihat Sintya yang dilempar tepung.
Tentu saja membuat Sintya sangat terkejut, dia ditindas pasti karena Markus.
" Rasakan!" kata Angela tersenyum sinis, dia berdiri angkuh bersama dua murid siswi yang menjadi pengawalnya yang suka mengikutinya kemanapun.
Angela dengan melipat tangannya didada, matanya tajam mendelik memandang Sintya.
" Apa yang kau lakukan!" teriak Markus marah pada Angela, dia juga terkejut melihat Angela melempar Sintya dengan tepung.
Angela terkejut melihat Markus sudah ada berdiri tidak jauh dari mereka, sial! pikirnya tidak melihat ada Markus.
" A..aku tidak sengaja, aku hanya mau bercanda saja...tidak tahunya malah kena dia!" kata Angela dengan wajah memelas merasa bersalah.
Karena tadi tidak melihat Markus, jadi sembarang melempar Sintya begitu melihat Sintya jalan sendiri.
Markus mendekati Sintya, dia mengibaskan tepung yang ada di rambut Sintya.
" Markus...maaf aku tidak bermaksud melempar Sintya dengan tepung...aku tidak sengaja, aku didorong oleh Nela jadi tanganku terpeleset!" kata Angela dengan suara yang lembut berjalan mendekati Markus.
Dia harus membuat Markus percaya padanya, dia ingin berbaikan lagi dengan Markus.
" Jangan mendekat!" bentak Markus marah.
Markus membawa Sintya dari sana.
" Markus, tunggu!" panggil Angela mencoba meraih tangan Markus.
Mata Markus melotot memandang Angela dengan tajam.
" Kau dengar tidak apa yang kukatakan...jangan mendekat!" katanya dengan dinginnya.
Angela spontan menarik tangannya yang ingin memegang tangan Markus, dia mengepalkan tangannya menahan kesal.
Dia semakin dalam membenci Sintya.
Dia melihat begitu perhatian sekali Markus membawa Sintya untuk membersihkan dirinya dari tepung.
Geraham Angela mengetat menahan amarah, dia tidak suka cara Markus memperhatikan Sintya.
Angela menghentakkan kakinya dengan kesal ketanah.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments