9. Lupakan...

Semenjak Sinytia mengetahui bahwa ternyata Markus memiliki seorang tunangan, dia berupaya selalu untuk menghindari Markus.

Dia tidak ingin menambah musuh, dan dia tidak ingin dikatakan perebut tunangan orang.

Sinytia lebih banyak menghabiskan waktu didalam kelas, dia tidak ingin bertemu dengan Markus.

Dia selalu membawa bekal dari rumah agar tidak pergi untuk makan dikantin.

Dan setelah itu membaca komik setelah memakan bekalnya.

Jessi merasa heran dengan sikap Sinytia, dia melihat kalau Sinytia sepertinya berupaya menghindari seseorang.

Tapi jawaban Sinytia selalu mengatakan kalau dia lagi malas berbaur dengan yang lain, takut dapat masalah lagi seperti kemarin.

Dan menurut Jessi masuk akal juga apa yang dikatakan oleh Sinytia tersebut.

Hari ini seperti biasa Sinytia pergi ke perpustakaan untuk mencari buku komik baru, sebab buku komik yang semalam telah selesai dibacanya.

Dia sangat hobi membaca komik, itu seperti mata pelajaran kedua baginya.

Dia bisa membaca komik berjam-jam lamanya.

Sinytia sangat menyukai rak perpustakaan yang penuh dengan buku komik tersebut.

Seperti melihat harta karun.

Sinytia begitu bersemangat melihat buku komik-komik tersebut.

Dia tidak menyadari tidak jauh dari rak buku, sepasang mata yang sedari tadi mengikutinya masuk perpustakaan terus memandangnya tanpa mengalihkan perhatiannya kepada yang lain.

Sintya mengambil beberapa buku komik, dan membawanya untuk dibaca dirumah.

Setelah selesai meminjam buku komik diapun meninggalkan perpustakaan.

" Aduh!" karena dia membaca sambil berjalan, tanpa sengaja dia sudah menabrak seseorang.

" Maaf " kata Sintya pada orang tersebut.

Tidak ada tanggapan dari orang tersebut.

Sintya mendongakkan kepalanya memandang orang tersebut.

Dan tanpa sadar dia sontak terkaget melihat siapa orang tersebut.

" Markus?" gumamnya tanpa sadar.

Markus masih tetap diam saja, dia memandang Sintya tanpa mengatakan apa pun.

" Ada apa?" tanya Sintya bingung, dia heran melihat Markus yang terlihat diam saja.

Markus tiba-tiba menarik tangan Sintya, membawanya dengan langkah cepat menuju halaman belakang sekolah.

" Markus ada apa? lepaskan aku!" Sintya berontak dari pegangan tangan Markus.

Markus dengan erat memegang tangan Sintya, dia masih tetap diam dengan mode wajahnya yang dingin.

Membawa Sintya dengan langkah cepat menuju gudang penyimpanan alat olahraga dihalaman belakang sekolah.

" Markus!!" teriak Sintya berusaha menarik tangannya.

Markus membuka pintu gudang, lalu menarik Sintya masuk kedalam gudang.

Lalu Markus menutup pintu gudang.

Dia kemudian mendorong Sintya ke tembok gudang, dan tanpa basa-basi dia mencium Sintya.

Buku komik yang dipegang Sintya berhamburan ke lantai gudang.

Memepetkan tubuh Sintya ke tembok gudang dengan menekan tubuhnya ketubuh Sintya.

Tangannya memeluk pinggang Sintya dengan eratnya.

Sintya sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Markus padanya, matanya terbelalak tidak percaya.

Dengan sekuat tenaga Sintya mendorong tubuh Markus.

Tapi Markus tidak bergeming, pelukan Markus sangat erat dipinggangnya.

Tangan Sintya dengan sekuat tenaga mendorong dada Markus.

Tapi Markus dengan sigap menarik tangan Sintya keatas kepalanya.

Menekan kedua tangan Sintya ke tembok gudang.

Dan Markus dengan rakus kembali mencium bibir Sintya, dia sangat menyukai rasa bibir Sintya, sangat lembut dan manis.

Sintya merasakan lidah Markus masuk ke sela-sela bibirnya, dan menemukan lidahnya.

Markus mengulum bibir Sintya dan memilin lidah Sintya dengan begitu rakusnya.

Sintya sampai kehabisan nafas dicium oleh Markus.

Merasa Sintya sepertinya kehabisan nafas, Markus pun melepaskan ciumannya.

Nafas mereka memburu.

Markus melihat bibir Sintya membengkak dan basah oleh air liurnya.

Markus sangat menyukai bibir Sintya yang bengkak akibat ulahnya, pemandangan itu sangat indah di pandangannya.

Dan wajah Sintya tampak merona karena ulahnya, dia sangat suka melihatnya.

" Kenapa kau menghindariku beberapa hari ini, kau seolah-olah tidak ingin lagi berdekatan denganku!" kata Markus serak, dia ingin mencium kembali bibir Sintya, merasakan bibir lembut itu.

" Apa kau sudah gila!" teriak Sintya.

Dengan sekuat tenaga dia menendang kaki Markus.

Markus akhirnya melepaskan tangan Sintya, dia meringis menahan sakit dikakinya.

" Jangan karena aku gadis miskin bisa kau permainkan, kau dasar playboy....aku bukan tipe gadis perusak hubungan orang lain, kau sudah bertunangan tapi masih menggoda gadis lain!" teriak Sintya.

Kemudian dia mengelap bibirnya yang dicium oleh Markus.

" Aku tidak ingin bicara lagi denganmu " kata Sintya dengan kesalnya.

Sintya memunguti buku komiknya yang jatuh di lantai, dan mendekapnya ke dadanya.

" Tunggu!" kata Markus menghalangi langkah Sintya yang akan pergi keluar gudang.

" Minggir...kejadian hari ini aku anggap tidak pernah terjadi, aku akan melupakannya!" kata Sintya dengan datar.

Wajah Markus menggelap mendengar perkataan Sintya tersebut, perasaannya tidak senang.

Melupakan ciumannya? tidak! Markus merasa kalau hatinya sangat sakit pendengar perkataan Sintya.

" Dengarkan penjelasanku...aku dan Angela hanya sebatas perjodohan orang tua kami, aku tidak pernah menyukainya!" kata Markus menjelaskan tentang hubungannya dengan Angela.

Sintya memandang Markus dengan tatapan tidak berminat, ini situasi yang tidak diinginkan oleh Sintya.

Orang tua Markus telah memilih jodoh untuk Markus, ini adalah peringatan untuk Sintya.

Dia tidak boleh berteman ataupun berdekatan dengan Markus, karena orang tuanya lebih menginginkan Markus berjodoh dengan kalangan yang sama dengan mereka.

Sama-sama orang kaya dan berkelas.

Dia adalah gadis miskin yatim piatu, status mereka bagaikan Langit dan Bumi.

Pasti akan ada banyak masalah yang akan dia hadapi jika terus ada disekitar Markus.

Bisa bahaya.

" Aku tidak peduli...kau menyukai atau tidak menyukainya, tidak ada hubungannya denganku, status kita berbeda...aku tidak ingin dapat masalah, aku tidak ada siapa-siapa lagi untuk melindungiku...jadi aku harap kita jangan lagi saling berdekatan!" kata Sintya dengan tegas.

" Tidak! Sintya dengarkan aku...aku tidak ingin kau menjauhiku!" kata Markus mencoba untuk meraih tangan Sintya.

" Maaf!" Sintya tidak peduli apa lagi yang dikatakan oleh Markus.

Sintya dengan langkah cepet berjalan ke pintu gudang.

" Sintya...!" Markus mengejar Sintya.

Sintya membuka pintu gudang, dan kemudian langsung berlari dari sana meninggalkan Markus.

Markus yang ditinggalkan mengepalkan tangannya dengan erat, dia tidak suka dengan perkataan Sintya tadi.

Dan dia tidak akan membiarkan Sintya menjauh darinya, dia akan terus berusaha mendapatkan rasa suka Sintya padanya.

Markus mengelus bibirnya, rasa lembut dan manis bibir Sintya seakan masih menempel dibibirnya.

Perlahan bibir Markus menyunggingkan senyuman, dia merasa bahagial akhirnya dapat mencium Sintya.

Rasanya dia ingin lagi mencicipi rasa bibir Sintya dibibirnya, sangat manis.

Markus pun kemudian menutup pintu gudang, lalu meninggalkan gudang.

Sementara itu, dikelas Sintya masih shock dengan apa yang barusan dialaminya.

Dia tidak percaya Markus berani menciumnya.

Markus benar-benar sungguh lancang, dia sudah bertunangan, tapi masih bermain-main dengan perasaan gadis lain.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!