Sebuah Cerita Tentang Kita Dan Rasa
Ray, Terima kasih..
***
Desember 2020,
Hari itu, wajah Ray lebih sendu dari sebelumnya.. Nala tidak pernah lupa tentang garis wajah yang menatapnya nanar.
Langkah Nala terasa berdetak lambat saat tangan Ray menyambut tangan lainnya dan mengucapkan nama wanita yang selama ini sangat mencintai laki-laki itu, diiringi gemuruh suara bahagia semua orang yang mengatakan “SAH”.
“Ray, ku berdoa yang terbaik untukmu..” batin Nala
***
Juli 2006,
“baik pak, terima kasih banyak semoga Nala betah sekolah disini” senyum ayah Nala sambil berjabat tangan dengan kepala sekolah.
Yaa.. hari ini Nala adalah murid pindahan kelas 3 di SMP Cendekia Bandung pada awal semester 2. Keluarganya memutuskan untuk pindah mendadak ke Bandung kota kelahiran ayahnya setelah mereka kehilangan wanita terhebat dalam hidup mereka.
Nala, hanya gadis kecil yang tidak tahu apapun tentang kehidupan luar selain sekolah dan rumah. Dia memiliki seorang kakak laki-laki yang sedang kuliah semester akhir di Jakarta dan akan segera menjadi dokter hewan. Ayahnya seorang Dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung dan ibunya seorang wanita hebat yang mengabdikan hidupnya untuk keluarga dan kemudian beberapa minggu yang lalu pergi meninggalkan mereka setelah sakit yang dideritanya. Kepergiannya adalah sakit hati terhebat untuk mereka sehingga sang ayah harus memutuskan untuk pindah kekota yang sangat ingin istri tercintanya tinggali sebelum sang istri pergi.
“selamat pagi semuanya, nama saya Nala Qeena Ramadiansyah. Senang bertemu kalian semua” sapa Nala didepan kelas
“Haaaii Nalaaa” sapa semua orang yang berada dikelas itu
“Ray”
seorang anak laki-laki yang duduk dibelakang pada barisan tengah terkejut setelah namanya dipanggil
“iya bu?” jawabnya
“Ray, kursi disamping kamu selalu kosong kan? Nala bisa duduk disamping kamu yaa.. Nala silahkan kamu duduk disamping Ray yaa” pinta ibu guru tanpa menunggu persetujuan anak laki-laki itu.
Nala duduk dan tersenyum tipis padanya, wajahnya sangat kaku tapi terlihat manis.
“gua Ray” ucapnya singkat, Nala hanya membalasnya dengan anggukan kepala..
Ray, dalam hatinya Nala..
***
“Nalaa..” suara yang sangat akrab memanggilnya untuk menemuinya
“Apa sih ganggu terus..” jawab Nala ketus
“eh Nal.. sini dulu bentar gawat ini”
“apa sih Ray..” dengan hati gondok Nala sambil berjalan kearahnya
“itu liat gosong mie nya” muka panik Ray sambil nunjuk panci yang dipegangnya
“laaah lu ngapain tadi sampe gosong gitu masak mie doang?” Tanya Nala
“eh Nalaaaa gua kan udan bilang tadi nitip matiin kompor kalo mie nya udah mateng, gua pipis dulu” ucap Ray
“kapan lu ngomong” protes Nala
“tadi Nalaa gua ampe teriak”
“gua ga denger”
“makanya itu kuping jangan dijejelin headset mulu kan jadi budek” protesnya dengan sangar
“iya maaf, trus gimana ini? Mau pesen makan aja?”
“ga mau, bikinin gua mie yang baru!” pinta Ray sambil cemberut duduk disofa
“iyaa sayang” jawab Nala sambil menggoda Ray
Ray menghabiskan 2 bungkus mie yang Nala buat dan langsung pulang setelah ayah Nala pulang kerumah. Yaa.. Ray menjadi pengasuh Nala sekarang, hampir setiap hari Ray dirumah Nala untuk menemani sesuai permintaan sang Ayah.
Dua minggu lalu, Nala berdebat dengan ayahnya atas keputusan bahwa Ray menjaga Nala dirumah, tidak hanya dirumah sebetulnya karena nyatanya Nala dan Ray satu sekolah bahkan satu meja dikelas.
Semua itu karena ada pencuri yang membuntuti Nala sejak di jalan pulang sekolah sampai rumah, gadis itu terluka kecil didahinya karena terpukul orang itu yang menjambret kalungnya.
“ayah tuh harusnya lebih khawatir kalo aku dijaga sama Ray,dia kan cowok masa aku sama cowok terus?” protes Nala
“kan ada bibi juga dirumah jadi ayah ga usah khawatir” lanjutnya
“bibi kan perempuan dan ga bisa ngelawan kalo ada penjahat” jawab ayah sambil tidak teralih dari bukunya
“tapi kan..”
“Nalaa.. Ray itu tetangga kita yang paling dekat, dia juga teman sekolah kamu jadi bisa pulang bareng dan dia juga jago berantemnya, anak tinjuu..” ucap ayah sambil mengacungkan jempolnya
“elah anak tinju apa hebatnya masih bocah gitu” malas Nala
“eh kamu kalo kemarin ga ada dia pasti udah bonyok sama jambret itu, untung ada Ray.. udah percaya aja sama dia”
“au ah” gerutunya sambil masuk kamar, entah kepercayaan dari mana ayah bisa sebegitunya sama Ray. Meskipun Nala tau walaupun mereka masih SMP tapi badan Ray tinggi besar seukuran badan orang dewasa. Makan galah kayanya.
***
“Takk!..bukan begitu Nala, ini nih rumusnya” Ray sabil megayunkan pulpen dikening Nala
“ih katanya tadi yang ini! Tunjuk Nala sambil cemberut
“itu rumus nomor 3 kalo ini beda lagi, nih tadi udah berkali kali latihan soal tetep aja ga ngerti, katanya mau jadi arsitek tapi ngitung aja salah terus” ucap Ray
“tuhkan ngomongnya malah kesitu” marah Nala
“mau apa engga?” Tanya Ray
“iyaaa..” gerutu Nala
“yaudah itung lagi itu salah” pinta Ray
“Kenapa ada orang senyebelin Ray dihidupku ya Tuhan..” protes Nala, Ray hanya tersenyum mendengar keluhan Nala sambil terus memperhatikan hitungannya.
Hari-hari Nala memang lebih ramai setelah ada Ray, tapi Ray selalu tidak pernah berhenti mengganggu Nala. Ibunya seorang bidan bekerja di salah satu Rumah Sakit dan pulang malam hari. Ray hanya tinggal berdua dengan ibunya karena ayahnya sudah meninggal ketika Ray berusia 10 tahun.
Ray adalah laki-laki yang sangat menyayangi ibunya, dia bahkan selalu membantu mendapatkan uang tambahan untuk biaya sekolah dengan bekerja serabutan padahal ibunya bisa memberikan kehidupan yang layak untuknya tapi dia tidak pernah mau minta uang jajan sekalipun. Saat ayah Nala memintanya menjaga Nala, ia sangat senang Karena punya tambahan uang jajan..
***
Februari 2010,
“Nal, kamu beneran ga mau antar Ray kebandara? Ucap kakak Nala yang tiba-tibak nongol dibalik pintu kamar
“engga kak.. Nala kan ada seminar juga dikampus” jawab Nala
“tapi kan Ray pulangnya bisa lama lagi tau Nal, gimana kalo misalnya dia disana punya pacar coba?” goda Dimas, kakak Nala
“ya biarin aja kak, dia kan juga bukan pacar aku kenapa aku harus takut?” jawab Nala sambil terus coba fokus pada laptop
“serius?” Dimas memasang wajah imutnya dihadapan Nala
“iya! Udah sana ih kakak ganggu terus udah tau adenya lagi banyak tugas” gerutu Nala
“uuhh awas aja kalo nangis ditinggal pergi Ray” Dimas pun bersiul keluar kamar
Entah kenapa hati Nala terasa berat saat ini, yaa.. Ray, dia akan pergi kembali ke Singapura untuk kuliah disana. Nala tidak terkejut saat dulu dia diterima di kampus bergengsi disana karena kecerdasannya, impiannya menjadi dokter bedah seperti ayahnya dulu.
Laki-laki yang selama ini ada dihidup Nala selain ayah dan kak Dimas. Walaupun Nala dan Ray tumbuh besar bersama menjadi sahabat tapi ada satu rasa yang entah.
“Nalaaaa….” Teriak seseorang dibawah jendela kamar Nala dan mengejutkan gadis yang sedang asik dengan laptopnya
“Ah bocah itu masih sama saja bertahun tahun selalu berteriak disitu” batin Nala
“pintu tuh ada belnya sampe kapan jadi ga berguna terus?” kepala Nala keluar jendela sambil memaki
“elah Nal, sini cepetan dipanggil ibu tuh” ucap Ray
“bilang ibu, gua lagi ngerjain tugas” tolak Nala
“eh anak durhaka, buruan tar dikutuk jadi batu lu” protes Ray
“iissshh.. tunggu bentar gua ganti baju dulu” jawab Nala
“sama aja lu mau pake baju apa juga ga cantik” gerutu Ray
“lu mau liat gua seksi pake hotpants? Yakin ga jatuh cinta? Gua udah jadi gadis dewasa loh sekarang?” goda Nala sambil nunjukin paha
“gua lempar batu beneran lu Nal, buruan ganti!” teriak Ray buat Nala terkikik
Beberapa menit kemudian Nala turun dari kamarnya.
“Ray, si Nala masa ga mau anter kamu ke bandara katanya? Jelas kak Dimas sambil nyemil cireng
“tau lu Nal ga setia kawan sama gua” protesnya sambil ambil cireng
“buruan katanya dipanggil ibu malah makan cireng disini” Nala sambil narik kerah baju Ray dan menariknya keluar.
Rumah Nala dan Ray hanya terpisah halaman saja, rumah Ray memiliki halaman yang luas dan dulu mereka sering main futsal disana.
“Nal, lu beneran ga mau nganter gua?” tatap Ray
“ada seminar, gua kan anak semester baru jadi harus rajin” jawabnya sambil berjalan melihat langit yang penuh bintang
“dasar lu ga so sweet” protes Ray
“iihh jijik” toyor Nala ke Ray
“Nalaa..” sapa wanita paruh baya dengan senyum manisnya
“ibu kok duduk diluar, dingin bu..” sapa Nala
“sini duduk” tunjuk kursi disampingnya
“Nal, besok kan Ray berangkat dan ibu juga ga bisa antar karena di RS lagi ada jadwal melahirkan besok. Kamu bisa gantikan ibu antar Ray kan nak? Ucap ibu
“ga mau dia bu” jawab Ray ketus
“bukannya Nala ga mau bu, tapi Nala besok ada seminar dikampus” jawabnya tak enak
“wah gitu.. Ray, kamu sendirian aja gapapa kan berangkat?”
“ga sendirian juga bu, kan ada Sarah” asal Nala
“Sarah?” lirik ibu pada Ray
“itu bu pacarnya Ray” sambung Nala singkat
“pacar apanya, sembarangan aja lu” Jewer Ray
“lah emang iya, kan Cuma dia cewek yang ngejar-ngejar lu dari SMA, tau ga bu sampe Sarah ngasih hadiah tapi malah dibuang sama Ray, ih jahat banget pokoknya anak ibu itu” adu Nala
“bener Ray kamu kaya gitu ke perempuan?” wajah ibu berubah cemberut dan Nala terkikik melihat ekspresi Ray yang kebingungan
“apaan si lu, jadi gini bu dia kan ngasih aku kado trus tanganku kan satu pegang bola basket dan satu lagi pegang tas, itu tuh susah mau nerima kado dia eh ga sengaja kadonya jatoh keselokan yang ada disamping aku” jelas Ray
“bohong itu bu, alesan” ucap Nala
“apaan sih lu nenek sihir. Besok Ray dianter Rendy kok bu, ibu tenang aja yaa..” ucap Ray
“Oohh.. Ray mulai belok ternyata karena sering beduaan sama Rendy..” Tawa Nala mengejek
Nala dan Ray pun berdebat dengan penuh tawa saat itu, malam sangat indah hingga tak ingin mengakhirinya.
***
November 2008,
“Nal, ini buat kamu” ucap seorang laki-laki sambil memberikan seikat bunga mawar pink
“buat apaan?” Nala bingung
“Nala, aku udah suka sama kamu sejak kita kelas 10. Kamu mau kan jadi pacarku? Ucapnya
Nala terkejut mendengar pengakuan lelaki dihadapannya itu
“duh sori gua ga bisa..” jawab Nala spontan
“kenapa Nal?” bingungnya
“hhmm itu.. aku udah suka sama seseorang, maaf ya Rendy..” Nala pun meninggalkannya
“siapa Nal? Nalaa..” panggil Rendy tapi Nala tetap berjalan pergi
Saat itu, entah kenapa hati Nala sangat sedih. Rendy adalah laki-laki yang baik dan dia juga temannya dan Ray sejak mereka masuk SMA.
Rendy orang yang sangat hangat dan penyayang entah itu pada Nala atau pun Ray. Mereka sering menghabiskan waktu akhir pekan bersama dengan menonton film, olahraga atau hanya sekedar duduk ditaman. Anak kepala sekolah yang cerdas dan mendambakan menjadi seorang Polisi, dengan fisik yang tinggi putih dan wajah oriental. Nala rasa sangat sayang jika menjadi polisi, kenapa tidak menjadi aktor saja yang jelas-jelas dia selalu dipuja puja dan didambakan oleh gadis-gadis di sekolah mereka.
Seminggu setelah kejadian hari Rendy menyatakan perasaannya pada Nala, Nala bertemu dengannya saat dia bermain basket dengan Ray. Entah apa yang harus Nala lakukan.
“Nalaa..” panggil Ray
“pulang duluan yaa..” jawab Nala singkat sambil melambaikan tangan kepada mereka
“kenapa sih tuh anak, Ren gua duluan ya kasian Nala pulang sendirian. Nalaaa.. tunggu” pamit Ray. Rendy hanya menatap mereka jalan beriringan.
Sesampainya dihalaman rumah,
“Nal, kenapa?” Tanya Ray
“apanya?” Jawab Nala ketus
“seminggu ini lu aneh.. menghindar dari gua sama Rendy, gua punya salah ya?” bujuk Ray
“engga..” Nala terdiam
“trus kenapa Nal?” bingung Ray
“gapapa..” jawab Nala singkat dan ingin segera masuk rumah tapi tangan Ray menghentikannya berjalan
“Nala..” Ray berusaha membujuk Nala
“lu tuh ga peka, bego atau gimana sih Ray” bentak Nala
“apa? Kenapa? Lu aja ga ngomong ke gua” bingung Ray
“bilang kenapa Nal..” sambung Ray yang masih menggenggam tangan Nala
“Rendy nembak gua” ucap Nala pelan
“hah? Rendy? kok bisa? Wajah Ray kebingungan
“iya Rendy, gua juga bingung kenapa malah dia.. ah udahlah” Nala bergegas masuk rumah
Saat masih SMP dulu hanya ada Nala dan Ray. Mereka selalu bersama dimana pun, terkadang Nala tidak tahu rasa nyamannya seperti apa terhadap Ray. Perasaan itu tidak pernah jelas, selalu abu-abu.
Ray, orang yang akan selalu menjaga Nala saat dalam kondisi apapun. Bahkan pernah saat itu dia sedang demam tinggi tapi malah menjemput Nala pulang les karena kemalaman dan sesampainya dirumah dia malah jatuh pingsan karena kelelahan.
Rendy, yaa.. saat ini ada dia diantara Nala dan Ray. Bukannya Nala tidak tahu tentang perasaan Rendy terhadapnya. Sejak mereka dulu masih dikelas 10. Rendy sering sekali menunjukannya. Tapi, Nala tidak pernah mau jika dia dan Rendy lebih dari sekedar teman. Hanya ada satu arah dalam hati Nala dan dia tidak tahu apakah arah itu akan menjadi tujuannya pada akhirnya.
Beberapa minggu kemudian,
“Ray” sapa Rendy
“eh Ren..” Ray terkejut
“ngapain lu bengong sendirian disini? Nala ga ikut?” Tanya Rendy
“engga, dia..” suara Ray terhenti
“masih marah paling sama gua” sambung Rendy
“ga marah, dia Cuma ga tau gimana harus bersikap” ucap Ray
“Hmm.. yaa salah gua juga sih kenapa nekat ngomong ke dia” tunduk Rendy
“Cinta gada yang salah Ren” tatap Ray
“trus lu sendiri kenapa diem selama ini kalo memang punya pendapat begitu? Timpal Rendy
“hah? Apa?” Tanya Ray bingung
“udahlah yuk maen” sambung Rendy mendrible bola ketengah lapangan
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Erni Fitriana
baca komen reader..memberi aplouse padamu👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
2023-06-21
0