#11

“Wah bu Nala ngopi buk?” sapa seorang security yang membuyarkan lamunan Nala

“eh pak Asep. Ini, tadi saya mau ngopi tapi tiba-tiba asam lambung saya naik pak jadi agak sesak. Belum saya minum pak. Kalau bapak mau ini boleh untuk bapak” Nala menyodorkan gelas yang ia pegang

“Wah serius bu? Kebetulan saya mau bikin kopi ini. Wah rejeki ini dibikinin kopi sama bu Nala, makasih banyak bu, saya bawa ya kopinya? Bu Nala mending langsung pulang aja bu dari pada nanti tambah sakit” senyum pak Asep

Pak Asep pun berlalu. Nala yang rencananya ingin kerja lembur tetiba membatalkannya dan bergegas pulang kerumah. Ditengah perjalanan ia berhenti disalah satu coffee shop, setelah memesan dia duduk diujung jendela sambil menekan tombol kontak nomor Rendy.

“Nal, kenapa?” Rendy yang ngosngosan mengangkat telpon Nala

“Ngapain Ren?” Tanya Nala

“Lagi jogging, duh cape” keluhnya sambil duduk bersandar dan meminum air mineral

“Hey diem, kenapa?” lanjut Rendy bingung

“Ren, gua harus gimana sama Tama?” suara Nala terasa tercekik sesak

Seketika Rendy terduduk tegap mendengarkan suara Nala

“Nal, pelan-pelan.. ada apa?” Rendy mencoba menenangkan sahabatnya yang ia tau sedang tidak baik –baik saja.

Rendy mengalihkan sambungan teleponnya menjadi panggilan video, dan benar saja Nala Nampak menangis dan menunduk lesu disebrang sana.

Sesaat setelah Nala sudah bisa menguasai diri, ia menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya dan Tama. Sejujurnya Rendy tidak begitu terkejut mendengar Tama menyatakan perasaannya pada Nala.

Sudah sangat jelas jika Tama menyukai sahabatnya itu sejak mereka bertemu di rumah sakit untuk pertama kalinya.

“Trus apa yang bakal lu bilang sama Tama, Nal?” lanjutnya setelah Nala selesai bercerita

“Gua ga tau Ren, gua akan menjadi manusia paling egois kalau nerima cinta Tama sementara ada hal yang belum selesai dari masa lalu gua.” Ucap Nala pelan

“Bukan masa lalu Nal, tapi sampai saat ini pun masih. Cuma kaliannya aja yang saling gengsi untuk saling terbuka” jawab Rendy

Rendy langsung terdiam mengingat dua minggu yang lalu Ray meneleponnya dan menceritakan tentang Adelia dan perjodohannya.

“seandainya memang kalian ingin membuka lembaran baru, tolong selesaikan dulu diantara kalian. Jangan menarik dan menyakiti orang lain kedalam kehidupan kalian” ucap Rendy

Nala terkejut mendengar apa yang Rendy ucapkan

“Maksud lu apa Ren?” tanyanya bingung

“Lu cari jawabannya sendiri ya Nal, gua ga bisa ikut campur antara kalian” senyum Rendy

Nala memutuskan sambungan video call bersama Rendy. ia terdiam memikirkan apa yang Rendy maksudkan.

*Rendy: “Sebelum semuanya makin rumit. Lebih baik lu perjelas dan cari jawaban sendiri ya Nal. Gua yakin lu bisa.. semangat cintaquuu ^o^.”

Pesan Rendy makin membuat Nala bingung. Ia kemudian langsung menelpon seseorang

“Mas Tama, mohon maaf saya ada acara mendadak besok sampai lusa jadi kemungkinan pertemuannya saya undur mas” Nala memberanikan diri menelpon Tama

“Tidak apa Nala, tolong jangan dijadikan beban. Apapun itu hati-hati di jalan yaa” senyum Tama

Tama mematikan teleponnya.

Nala begegas pulang. Sesampainya di rumah ia langsung mengeluarkan koper kecilnya dan memasukan barang-barang yang ia perlukan. Ia sudah memutuskan akan menemui Ray di Singapura. Ia sudah memesan tiket pesawat dan hotel pada saat setelah menelepon Tama.

Keesokan harinya Nala sudah berada dibandara. Penerbangannya pukul 14.00 WIB

*Nala: “Gua dibandara, otewe Singapura”

Pesan Nala langsung membangunkan Rendy di tidur siangnya

“Rendy : “Safe flight, dear”

Nala hanya tersenyum membaca balasan dari Rendy. hatinya sudah bulat ingin meminta kejelasan tentang apa yang Ray rasakan kepada dirinya selama ini. Ia tidak ingin seterusnya dihantui perasaan abu-abu.

Dua jam perjalanan akhirnya Nala tiba di depan Rumah sakit tempat Ray bekerja, sebelumnya ia sudah check in dan menaruh barang-barangnya di hotel.

Ia pun bergegas menelepon Ray dan akan mengabari bahwa dirinya ada di depan Rumah Sakit.

Setelah dua kali tidak mendapat jawaban dari Ray, Nala terkejut melihat Ray berjalan dengan seorang wanita dan mereka terlihat cukup akrab.

“Ray, dia bukan tipe orang yang bisa berkomunikasi dengan orang lain seperti itu kecuali dengan orang terdekatnya. Siapa perempuan itu?” Batin Nala

Beberapa saat kemudian Ray terkejut mendapati Nala ada dihadapannya

“Nala..” Ray berjalan setengah berlari menghampiri Nala

“Kamu ada disini?” Ray tersenyum lebar tak percaya dengan apa yang dia lihat kemudian dengan spontan memeluk hangat Nala

Adelia yang berjalan bersama Ray pun terlihat sangat terkejut. Ia belum pernah melihat Ray begitu bahagia dan bersikap ramah terhadap wanita apalagi sampai memeluknya.

“Kenapa telpon gua ga diangkat hey?” protes Nala pada Ray

“Telpon?” Ray seketika memeriksa sakunya

“Ya ampun ketinggalan di ruang istirahat, maaf ya Nal” senyum Ray

Nala kemudian beralih menatap Adelia dan juga Ray

“Dia Adelia, temanku” Ray memperkenalkan Adelia

“Adelia” sapa Adelia dengan lembut seraya tersenyum

“Nala” balas Nala dengan senyuman

“Nala?” beo Adelia di dalam hatinya

“Maaf ya Ray gua ganggu tiba-tiba kesini” ucap Nala

“Gak, Nal. Pliss gua bahagia. Yuk ikut kita mau makan siang sekalian ngobrol disana” Ray menggenggam tangan Nala, Adelia termenung melihat apa yang dilakukan Ray pada Nala. Entah kenapa hatinya begitu sedih.

Sesampainya ditempat makan, Ray memesan dua porsi makanan dan minuman kesukaan Nala.

“Del mau makan apa?” pertanyaan Ray membuat Adel terkejut lalu ia langsung memberi tahukan pesanannya pada waiter.

Adelia merasa canggung berada diantara Ray dan Nala. Terlebih melihat Ray yang terlihat sangat bahagia dengan adanya Nala tetapi ia berusaha menampik perasaan cemburunya pada Nala.

“Kalian makan siang sesore ini?” Tanya Nala pada Adelia

“Ini masih beruntung Nal, biasaya magrib kita baru bisa makan setelah seharian” Jawab Adelia sambil tersenyum

Nala bengong dan menatap Ray

“Pantesan kurus” celetuknya

Ray hanya tersenyum mengelus kepala Nala yang tentu saja tidak luput dari perhatian Adelia. Sesungguhnya perlakuan Ray pada Nala sangat menyakiti hati Adelia.

Beberapa minggu terakhir ini hubungan Adelia dengan Ray cukup baik. Tidak jarang mereka makan bersama dan berbincang tanpa canggung bercanda. Tapi, hari ini melihat apa yang Ray lakukan pada Nala membuat Adelia kembali meragukan hati Ray untuknya.

“Jadi, Nala saudaranya mas Ray?” Tanya Adelia penasaran

Ray dan Nala langsung saling menatap

“Bukan..” jawab Nala terbata

“Dia sahabatku Del” jawab Ray dengan senyumnya

“Hmm.. sahabat” Hati Adelia semakin tak menentu. Adelia langsung mengambil ponselnya dan beranjak dari duduknya

“Maaf ada telpon, sebentar ya” bohongnya pada Nala dan Ray

Adelia pergi keluar cafe dan meletakan ponselnya ditelinga seolah sedang menelpon seseorang, dia menatap Ray dan Nala dari belakang.

beberapa saat kemudian ia bergegas masuk kembali

“Mas Ray maaf saya duluan ya ada yang urgent” tetiba Adelia mengambil dompetnya

“Tapi kamu belum makan Del?” ucap Ray bingung

“Gapapa mas, gampang nanti di kantin aku beli makanan. Nala aku duluan ya.. senang bertemu kamu” pamit Adel setengah berlari kepintu keluar yang ditatap oleh Nala dan Ray

Nala yang sedari tadi menyadari dengan apa yang terjadi pada Adelia pun merasa tidak enak hati. Mungkin memang tidak seharunya dia berada disana bersama Ray dan Adelia.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!