#2

Januari 2020,

Seseorang memeluk tubuh Nala dengan hangat

“Selamat ulangtahun ya Nal” sambil memberikan seikat bunga mawar pink yang membuat Nala tersenyum.

“kok cuma senyum, niihh ambil” sambungnya

“kalo gua ambil berarti gua terima cinta lu dong Ren?” jawab Nala sambil tersenyum

“hahaha.. Nala.. masih inget masa lalu aja lu, tapi kalo mau terima sekarang juga gapap Nal” sambungnya sambil tertawa puas

“sori ya gw baru bisa nemuin lu sekarang, tau lah akhir tahun kan gw harus jaga dan balik-balik gw tepar langsung tidur, hahaha” jelas Rendy

“sekalian aja lu ga usah bangun Ren” protes Nala

“jih jahatnya.. mana Ray?” Rendy celingak celinguk

“paling bentar lagi sampe” jawab Nala

“are you okay Nal?” Rendy menatap lekat Nala

“Hmm? Apa nih?” jawab Nala sambil menyeruput kopi

“Ray” senyum Rendy

“kenapa Ray?” jawab Nala bingung

“come on Nal.. kita udah bukan anak SMA, selama itu Nal lu diem?” heran Rendy

“emang gua harus gimana?” senyum Nala

“Nala, Rendy…” seseorang yang mereka tunggu akhirnya muncul

“eh bro men” peluk Rendy

“anjir kangen banget gua sama kalian” kini Ray pun memeluk Nala erat

Mereka menghabiskan waktu bersama seharian. Membicarakan masa lalu yang indah, entah betapa sakit perut mereka karena tertawa. Yaa.. betapa beruntungnya Nala memiliki dua sahabat tampan, bertubuh atletis dan cerdas.

Meskipun sekarang mereka hanya bertemu sesekali dalam setahun tapi rasanya semua masih sama seperti saat mereka SMA.

Saat ini Nala, Ray dan Rendy sudah menjadi apa yang mereka bertiga impikan.

Rendy berhasil menjadi Polisi yang ditugaskan di Jakarta. Nala saat ini sudah menjadi PNS disalah satu kantor pemerintahan Kota Bandung sebagai Eksterior designer tata kelola kota. Dan Ray.. yaa dia segera akan menjadi Dokter spesialis bedah dan masih melanjutkan studi dan praktek di Rumah Sakit di singapura untuk gelar spesialisnya, karena itulah mereka sudah jarang bertemu.

Nala dan Ray pulang bersama setelah berpamitan dengan Rendy yang langsung pulang ke Jakarta karena ada tugas esok siang.

“Gimana Ray disana?” Nala dan Ray berbincang dalam mobil menuju rumah

“yaa gitu, siang ngampus dan malem langsung praktek ke RS” Ray sambil menyetir

“syukurlah kalo enjoy disana” senyum Nala

“gua kangen sama lu Nal” tatap Ray.

Netra Ray dan Nala bertemu dan entah berapa lama mereka saling bertatapan sampai bunyi klakson mobil belakang yang memperingatkan lampu hijau sudah menyala

“iya gua juga kangen sama lu” jawab Nala canggung sambil melihat ramainya jalanan

“gimana udah dapet cowok belum lu? Anak PNS banyak yang kece kan?” goda Ray

“gada, boringin” Nala memonyongkan bibirnya

Ray hanya tersenyum melirik wajah Nala

“tar kalo gua udah lulus dan pulang, kita nikah aja ya? dari pada lu jadi perawan tua dari lahir ga pernah pacaran” Ray hanya tersenyum sambil terus melihat jalanan didepan

“tenang Nal, Cuma beberapa bulan lagi kok” sambungnya

“trus gua harus seumur hidup sama perjaka tua yang dari orok jomblo dong?” sambung Nala

“hahahaha… dasar lu” Ray mengusap lembut rambut Nala

Entah seberapa kencang jantung Nala berdetak saat itu, dan Ray, dia.. tidak pernah mengatakan dengan jelas apa yang dia rasakan selama ini.

Ray mengambil cuti libur selama dua minggu di Indonesia. Nala dan Ray sering menghabiskan waktu bersama dengan keluarga dan sesekali jalan berdua dan mengunjungi Rendy di Jakarta.

Hari ini Nala dan Ray duduk ditepi lapangan basket SMA mereka dulu, banyak sekali cerita yang mereka habiskan disana. Melihat permainan anak-anak SMA penuh dengan canda tawa yang sesekali membuat mereka tersenyum.

“Nal, dulu pas Rendy nembak lu kenapa ditolak?” seketika Ray membuat Nala terkejut dengan pertanyaanya

“Hmmm?.. ya ga mau aja, kita kan temen dari dulu masa harus terlibat hal kaya gitu.. iya kalo hubungannya awet tapi kalo engga yang ada rusak pertemanan Cuma karena hal itu” jawab Nala ragu

“kalo gua yang nembak lu, bakal diterima ga?” celetuk Ray bikin Nala mau gantung diri dipohon sawi

“kenapa ga pernah coba?” jawab Nala penasaran

“katanya ga mau sama temen, hahahaha…” Ray pun beranjak dan bergabung main basket, lagi-lagi meninggalkan Nala dengan pertanyaan besar dan hati yang sesak.

***

Maret 2020,

Mereka kembali pada aktivitas seperti biasanya. Ray dan Rendy juga meninggalkan Nala sendiri di Bandung. Kepergian Ray dan Rendy kali ini sangat begitu membuat Nala kesepian.

Teringat Rendy mengatakan hal yang membuat dada Nala sesak

“Nala, sesulit apapun cara mengungkapkan perasaan terhadap seseorang yang kita cinta, seberat apapun jalan setelahnya, bukankah itu lebih baik dihadapi dari pada harus terus berdiam dalam teka teki yang entah kapan akan terbuka? Jangan sampai semua tersudahi tanpa dimulai yaa”

Rendy mengusap pucuk kepala Nala dengan lembut seraya pamit dari hadapannya dihari terakhir mereka saling bertemu.

Nala termenung dimeja kerjanya sambil terus memikirkan kalimat yang Rendy sampaikan dengan lembut padanya, kalimat yang sangat ia tau arah tujuannya namun entah ia tidak tahu harus berbuat apa.

“Nala…” sapa seseorang sambil menyentuh lembut pundak wanita yang sedari tadi termenung

“Ya? Eh ya ampun maaf mas, ada yang bisa saya bantu? Jawab Nala terkejut

“kamu belum pulang? Ini sudah jam 9 malam? Tanya pria itu

“Hmm iya mas, masih ada yang harus diselesaikan dari revisian design tadi siang” senyum Nala

“Itu kan belum deadline Nal masih ada waktu dua minggu lagi, wajah kamu pucat tuh lebih baik pulang dan istirahat ya..” ucapnya lembut

“Betul juga sih belum mendesak, hehehe.. kalau begitu saya siap-siap pulang duluan ya mas Tama” Nala salah tingkah

“mau saya antar?” Tama menawarkan diri

“Hmm.. gimana?” Tanya Nala yang masih belum fokus

“Boleh kah saya antar pulang Nala?” pinta lembut Tama melihat kebigungan diwajah Nala

“saya kebetulan memang searah dengan rumah kamu, ini udah malam lebih baik saya antar ya?” lanjutnya

“Terima kasih mas tapi nanti merepotkan” tolak halus Nala

“engga kok Nal lagian juga searah, yuk..” Tama menuntun Nala untuk mengikutinya

Dengan langkah ragu Nala pun berjalan mengikuti Tama, mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan Kota Bandung yang ramai menyambut akhir pekan.

“Besok ada acara apa Nal?” Tanya Tama memecahkan keheningan

“Besok ga ada acara apa-apa mas, paling dirumah saja kebetulan kakak saya ada berkunjung dengan anak dan istrinya” jawab Nala

“wah kamu sudah punya berapa ponakan Nal?” Tanya Tama antusias

“sudah dua mas, Alhamdulillah kembar sepasang usia 3 tahun sekarang” senyum Nala mengembang membayangkan kelucuan dua keponakan kembarnya

“duh lagi lucu-lucunya itu Nal, jadi ingin bertemu” senyum Tama tak bisa dibendung saat melihat senyuman hangat Nala merubah ekspresi yang seharian ini terlihat murung

“kapan-kapan apa boleh saya berkunjung kerumahmu Nal?” sambung lelaki tampan berwajah khas bule turunan dari sang ibu yang berasal dari Australia itu

Nala yang mendapat pertanyaan itu makin dibuat bingung dengan sikap Tama yang semakin lama semakin terus mendekat.

Tama Alexander merupakan kepala Divisi dikantor Nala, Tama pribadi yang sangat sopan, baik, dan hangat juga professional dan cekatan dalam bekerja. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Tama dengan perhatian yang terkadang membuat Nala sungkan didekatnya.

“Nal, kok bengong?” senyum Tama berganti menjadi rasa bersalah

“Maaf ya kalau saya lancang” sambungnya

“eh engga mas, maaf sepertinya saya hari ini kurang fit jadi kurang fokus” ucap Nala

“Rumah kamu ini kan?” senyum Tama

Nala celingukan melihat sekeliling

“oya sudah sampai ternyata, maaf ya mas merepotkan. Terima kasih dan hati-hati dijalan mas” pamit Nala yang kemudian hilang dibalik pintu pagar

Tama termenung melihat punggung Nala, entah bagaimana ia bisa meluluhkan hati Nala yang sedari beberapa bulan terakhir sudah ia coba lakukan. Tama pun kembali melajukan mobilnya pulang.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!