#10

Bandung,

Nala dengan teliti memasukan beberapa keperluannya kedalam tas. Sambil sesekali mengecek apa saja yang harus dibawa. Besok Nala sudah mulai bekerja kembali, sudah terlalu lama ia absen dari pekerjaannya.

“Udah semua Nal?” Ray terduduk dikasur

“Udah, oya lu kapan berangkat Ray?” Tanya Nala yang baru sadar bahwa sahabatnya itu terlalu lama ambil cuti

“Besok lusa, telat banget baru nanyain” protes Ray

“ya maaf, baru keingetan” Nala ikut terduduk diujung kasur sambil mengambil beberapa obat lalu meminumnya

“mikirin apa sih Nal sampe gua dilupain?” goda Ray

Pertanyaan Ray sesungguhnya mengingatkan Nala akan Tama, beberapa hari ini ia tidak fokus dan memikirkan apa yang akan ia lakukan pada Tama.

“Lu sendiri gimana Ray? Dari kemaren ngurung diri dirumah terus gada jengukin gua” selidik Nala

“Ga usah ngalihin issue deh” malas Ray

“jadi, siapa dulu yang bakal cerita?” Nala menatap Ray dihadapannya

“Lu lah, cewek duluan” Ray memain mainkan pajangan kecil

“gender banget sih lu Ray” ketus Nala

Ray tersenyum menang

“So? What happen Nal?” Ray menatap Nala

Nala mengambil sesuatu diatas meja riasnya dan memberikan pada Ray. Ray membuka kotak perhiasan yang berisikan kalung pemberian Tama.

“Tama nembak gua Ray” seru Nala sambil menyelidik ingin tahu ekspresi dan respon Ray kepadanya

Ray terdiam lalu memberikan kalung itu pada Nala

“Cantik kalungnya.. jadi, apa keputusan lu Nal? Kayanya dia orang yang baik” ucap Ray datar

“Menurut lu dia orang yang baik?” selidik Nala

“Gua baru beberapa kali ketemu dia Nal, semoga aja dia orang yang baik. Terlihat tulus kok” sambung Ray dengan datar

“Apapun keputusan lu dan menjadi kebahagiaan lu itu juga akan jadi kebahagiaan gua Nal” lanjutnya

Nala yang mendengar respon Ray merasa sangat sedih, pasalnya Ray terlihat biasa saja dan tidak terganggu dengan Tama.

“Apa sudah seharusnya aku berbalik arah?” batin Nala

Nala hanya tersenyum memendam gundah di hatinya

“Jadi, lu kenapa Ray?” alihnya

“Hmm.. I’m fine Nal, gua cuma lagi ada di fase cape aja. Pengen cepet-cepet pulang dan menetap disini. Rasanya empat bulan itu lama banget buat nyelesain semuanya di sana” ungkap Ray yang menyembunyikan fakta tentang keresahannya beberapa hari ini.

“Bentar lagi Ray, Cuma empat bulan lagi kok sabar” senyum Nala

Keduanya saling tatap dengan perasaan yang entah dan dengan dugaan masing-masing.

“Hp lu bunyi Ray” alih Nala

Ray menatap ponselnya dan terkejut mendapati Adelia yang meneleponnya

“Assalamualaikum” suara Adelia lembut disebrang sana

“Wa’alaikumsallam, dokter Adelia ada apa?” Ray pura-pura tidak terjadi apa-apa

Dengan jantung yang berdegup kencang Adelia berusaha menata kata-katanya pada Ray.

“Dokter Ray, mohon maaf jika saya mengganggu. Boleh saya Tanya kapan dokter kembali ke Singapura?” ucap Adelia

“Besok lusa, kemungkinan jam 7 malam saya sudah sampai. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Ray

“Jika memungkinkan apa bisa kita bertemu dok? sepertinya ada yang harus kita berdua bicarakan” sambung Adelia.

Ray menatap Nala sekilas

“Baik, nanti saya kabari jika sudah sampai disana” Ray menutup teleponnya sambil menatap Nala yang terlihat acuh.

***

Dua hari kemudian,

Ray menatap kotak cincin sambil mengingat kejadian tadi pagi saat Tama dengan wajah bahagia menjemput Nala bekerja.

Sudah terlalu lama ia meninggalkan Nala seorang diri disini, sudah sewajarnya jika sudah ada orang baru yang menemani hari-hari Nala.

Segera ia memasukan kembali cincin itu kedalam laci meja saat ibunya memanggil jika taksi online pesanannya sudah sampai menjemput.

“Bu, sesampainya di Singapura nanti Ray akan langsung bertemu dengan Adelia dan membahas tentang perjodohan ini.” ucap Ray

“ia nak, bicaralah dengan baik dan jangan sekalipun menyinggung hatinya. Sampaikan salam ibu untuk Adelia ya”

Ray pun memeluk ibu dan pergi menuju bandara untuk kembali ke Singapura.

Tepat jam delapan malam, Ray sudah sampai ditempat yang dijanjikan bertemu dengan Adelia. Entah apa yang harus ia katakan kepada Adelia nanti.

Lima menit kemudian gadis berparas cantik dengan anggunnya menyapa Ray dan duduk dihadapannya.

“Saya akan mendengarkan apa yang akan kamu katakana terlebih dahulu Adelia” Setelah pesanan mereka tersaji Ray pun membuka percakapan.

Dengan ragu dan menunduk Adelia memberanikan dirinya

“Pertama, saya minta maaf karena mendahului mas Ray untuk bertemu tapi, saya tidak bisa menunggu tanpa kepastian seperti ini. Sesungguhnya tanpa saya ungkapkan pun mungkin mas Ray sudah menyadari tentang apa yang saya rasakan selama ini. Sesungguhnya itu bukan hanya rasa kagum kepada seorang teman” Adelia berhenti sejenak mengatur nafasnya

“Saya sungguh tidak mengetahui kenyataannya sampai dengan beberapa hari yang lalu orangtua saya memberikan kabar yang sama dengan apa yang ibu mas Ray katakan.” Lanjutnya

Ray menghidup napas dalam dan beralih menatap Adelia

“Kita berdua sama-sama tidak tahu tentang apa yang direncanakan orangtua kita, kamu tidak perlu merasa bersalah Del.” ucap Ray

Adelia pun memberanikan diri menatap Ray dan tersenyum

“Bohong rasanya jika saya tidak bahagia dengan perjodohan ini, saya sangat bahagia karena ternyata mas Ray adalah lelaki yang telah dipilih oleh orangtua saya dan saya adalah wanita yang dipilih oleh orangtua mas Ray." ucap pelan Adelia

"Tapi, saya pun tidak bisa memungkiri bahwa selama ini mas Ray terlalu jauh untuk saya jangkau. Saya tahu bahwa mungkin bukan saya yang ada didalam hati mas Ray” senyum Adelia

Ray terdiam menatap wanita dihadapannya

“Saya tidak mau memaksakan hati siapapun untuk mencintai saya, saya selalu berharap ada seseorang yang nantinya bisa menerima saya dan mencintai saya dengan tulus. Apapun keputusan mas Ray, saya akan coba menghargai dan menerimanya dengan ikhlas” tatap Adelia

“Adelia..” suara Ray tertahan

“Sebelum saya membuat keputusan, jika boleh saya mengajukan permintaan yang egois ini?” lanjut Ray

Adelia menatap Ray penasaran

“Jika boleh, saya ingin mengenalmu lebih jauh. Saya tidak ingin bertindak tidak adil” ucap Ray

Senyum Adelia pun seketika mengembang mendengar pernyataan Ray yang sesungguhnya tidak ia sangka. Ia berpikir Ray akan langsung menolak dan mengacuhkannya begitu saja, tetapi ia mendapatkan kesempatan untuk bisa saling mengenal terlebih dulu.

“Tentu saja. Terima kasih mas sudah mempertimbangkannya”senyum tulus Adelia

Beberapa waktu berbincang Ray dan Adelia pun pamit masing-masing pulang.

***

Bandung. Juni 2020,

Nala mengaduk kopi yang ia seduh di pantry dan terkejut canggung melihat Tama yang akan menaruh gelas kotornya.

Tama hanya tersenyum menyapa Nala dan langsung membalikan badannya bersiap kembali keruangan

“Mas Tama,” suara Nala menghentikan langkah Tama

“Iya Nal?” jawabnya yang tak kalah canggung

“Hari sabtu besok apa bisa kita bertemu di luar? Ada yang ingin saya bicarakan mas” ucap Nala

“Hmm.. baiklah Nal, kabari saja ya..” senyum Tama

Tama pun berlalu meninggalkan Nala yang masih terdiam berpikir.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!