#5

Dreett.. Dreettt…

“Hallo, Assalamualaikum” sapa Naura tertegun

“Wa’alaikumsallam” Jawab Rendy tersenyum

“Naura, bagaimana kondisi ayahmu?” Tanya Rendy

“Alhamdulillah papa sudah bisa diajak bicara dan kata dokter kondisinya sudah mulai stabil. tapi masih harus disini beberapa hari lagi” jelas Naura

“syukurlah.. kamu bagaimana?” lanjut Rendy

“Saya baik mas, terima kasih atas perhatiannya mas” senyum Naura

“sama-sama jangan sungkan.. oya nanti malam apa boleh saya menjenguk ayah kamu?” ucap Rendy ragu

“Apa tidak merepotkan mas untuk bolak balik Jakarta bogor?” Naura bingung

“Tidak apa, kebetulan saya juga ada pekerjaan disana, baiklah sampai bertemu nanti malam Naura” hati Rendy senang

“baik mas” jawab Naura

Rendy menutup telpon diujung sana menyisakan kebingungan Naura dan perasaan yang entah

“Siapa nak?” suara pak Fajar memecah lamunannya

“Mas Rendy paa..” jawab Naura

“Rendy?” beo pak Fajar

“Iya pa, yang kemarin menolong kita membawa papa kesini” jelasnya

“oya, polisi yang kamu ceritakan itu? Ada apa nak?”

“Mas Rendy bilang ingin menjenguk papa nanti malam sekalian ada pekerjaan didekat sini” jelas Naura

“waah kebetulan sekali papa ingin bertemu untuk berterima kasih padanya” senyum papa

“iya pa, orangnya sangat baik” ucap Naura tersenyum

“syukurlah Tuhan mengirim orang baik untuk kita nak” senyumnya

Naura pun tersenyum sambil mengupaskan buah untuk sang ayah.

***

Bandung,

“Selamat siang mas” sapa Nala

“siang Nal, silahkan duduk” senyum Tama mengembang melihat pujaan hatinya

“Ini laporan meeting tadi pagi mas” Nala menyerahkan berkas

“Baik Nal, terima kasih.. oya bagaimana kondisimu? Apa betul sudah bisa kerja?” Tama terlihat cemas

“Alhamdulillah sudah sehat mas” senyum Nala

“syukurlah, tapi jangan dipaksakan jika memang tidak sanggup ya Nal” tulus Tama

“Baik mas, terima kasih. Saya pamit kembali kemeja saya” senyum Nala

Meskipun masih terasa lemas seluruh badan tapi Nala berusaha sekuat mungkin untuk bekerja hari ini dikarenakan sudah dua hari dirinya absen dan banyak pekerjaan yang sudah menunggunya.

Selama dua hari ia tidak bekerja, Tama selalu mengiriminya makanan dan vitamin via abang ojol kerumah Nala. Terasa sungkan tetapi kebaikan dan ketulusan hati Tama sungguh terasa hangat bagi Nala.

“Ciee.. yang abis dari ruangan bebeb” goda Dwi, sahabat Nala di kantor.

Wanita berwajah cantik nan selalu ceria dan bertubuh mungil sedikit berisi itu selalu menjadi moodbooster bagi Nala jika sedang bekerja.

“Apa Wiii?, jangan asal ngomong tar gua sembur” Jawab Nala malas di ikuti tawa puas dari Dwi

“Nal, jangan terlalu jahatlah sama mas Tama, dia orang yang paling khawatir kalo lu kenapa napa tau” ucap Dwi

“Jahat apa Wiii?” tatap Nala

“Semua orang juga tau kali Nal kalo dia naksir sama lu, eh lu nya aja yang masih betah lama-lama jones” ledek Dwi

“Di kantor ga boleh pacaran wiii..” cuek Nala

“kata siapa? kalo boleh?” godanya

Nala dengan otomatis memutar bola matanya tajam kearah Dwi dan seketika Dwi menghilang dari peredaran.

Bukannya tidak mau membuka hati untuk lelaki sebaik Tama, tetapi ada hal yang selalu tidak jelas dalam perjalanan cintanya.

“Ray…” batin Nala

Dreeettt… Dreettt… getar ponsel Nala, tertera nama Rendy disana. Dengan antusias Nala langsung menjawabnya

“Nalaaa… kangeenn..” seru Rendy bergelayut pada sandaran kursinya

“Hmmm… mau apaan?” Slidik Nala

“hahahah ih jahat, emang kalo gua kangen artinya pengen apa-apa?” ucap Rendy

“Emang baru nyadar ya?” cemberut Nala

“heheh…” Rendy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

“Nal, kalo cewek biasanya suka dibawain oleh-oleh apa?” lanjutnya senyam senyum sambil bergelayut pada sandaran kursi seperti ulet bulu

“Hah? Cewek siapa?” bingung Nala

“ituu cewek, Hmmm.. itu ada” Jawabnya dengan wajah memerah. Nala terdiam dan langsung menyadari sesuatu yang tidak biasa dari sahabatnya itu.

“Ya Tuhan Ren” sadar Nala langsung tertawa

“Tuh ah males..” cemberut Rendy

“hahahaha… jadi nih? Siapa namanya? Hmmm.. Naura?” goda Nala

“Ih Naall.. jawab aja ih ga usah ngeledek” protesnya

“sayangku, dengarkan aku baik-baik ya ganteng.. lu gak ngerasa salah nanya orang gitu? Coba pikirin baik-baik” titah Nala seraya menahan tawa

“Sebenernya gua udah tau kalo nanya sama lu mah ga ada gunanya tapi gua berbaik sangka aja, udah ah males mending gua pikirin sendiri.. dadah cintaku alopyuu”

Rendy cemberut disebrang sana, Nala tersenyum sambil membayangkan wajah Rendy yang kesal saat ini. Tanpa ia sadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya disalah satu sudut.

Tama, lelaki itu tersenyum kecut ketika Nala memanggil seseorang sayang disebrang telponnya. Dia selalu iri dengan orang-orang yang selalu bisa membuat Nala tersenyum sedangkan itu cukup sulit baginya.

BRUUGGH…!!

Tiba-tiba Nala terjatuh saat akan beranjak dari kursinya, kepalanya terbentur ujung meja cukup keras dan mengakitbatkan darah bercucur. Tama yang sedari tadi memperhatikannya langsung berlari menghampiri Nala. Semua orang yang berada diruangan itu terkejut berteriak dan langsung menghampiri Nala.

“Naaal.. tolong siapkan mobil, siapapun” Seru Tama sambil memangku Nala yang tidak sadarkan diri.

“Tolong ambilkan tissue” tunjuknya di meja kerja Nala pada Dwi.

“Hallooo.. Nal, Nalaaa.. Nal..” teriak seseorang di telepon

Dwi melihat ponsel Nala yang tergeletak masih terhubung telpon dengan seseorang kemudian langsung mengambilnya.

“Hallo..” sapa Dwi

“Maaf ini siapa? Nala kenapa?” Tanya Rendy panik

Dwi memberika tissue pada Tama sambil berusaha bicara dengan Rendy

“saya Dwi temannya Nala, maaf Nala jatuh pingsan. Kami akan membawanya kerumah sakit didekat sini karena kepala Nala berdarah terbentur meja”. Dwi memutuskan telponnya dan langsung membantu Tama membawa Nala kerumah sakit.

Disebrang sana Rendy terlihat panik dan langsung menghubungi kak Dimas dan memberi tahu apa yang terjadi.

Dimas yang mendapatkan kabar adiknya dilarikan kerumah sakit langsung bergegas pergi menyusul.

Sesampainya dirumah sakit, Nala langsung ditangani oleh dokter. Dwi dan Tama menunggu dengan cemas diluar ruangan.

sudah 30 menit Nala berada didalam dengan dokter

“Wali ibu Nala” seru suster memanggil Tama dan Dwi

Tama dan Dwi langsung masuk kedalam ruang periksa Nala

“Dokter bagaimana keadaan teman kami?” cemas Dwi

“Suhu tubuhnya 39.4’c. kami akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan terjadi gegar otak atau tidak karena adanya benturan cukup keras.

Untuk lukanya, sudah kami jahit karena adanya robekan dikepala, dan kami sudah memberikan obat melalui infus, mohon hubungi pihak keluarganya untuk prosedur selanjutnya” jelas dokter

Tama dan Dwi saling tatap cemas, “baik dok. Terima kasih” Jawab Tama

“Dwi apakah kamu tau keluarga Nala?” Tanya Tama dengan wajah pucat

“saya tau kakaknya Nala mas, biar saya cari kontaknya di ponsel Nala”. Seraya mengotak ngatik ponsel Nala

“Nalaaa…” Dimas sampai keruangan Nala dengan nafas terengah mengejutkan Tama dan Dwi

“Kak Dimas?” sapa Dwi

“Bagaimana kondisi Nala Dwi?” Tanya Dimas sambil menggenggam tangan adiknya yang tak sadarkan diri.

Tama menjelaskan kondisi Nala. Dimas langsung bertemu dokter dan mengurus semua perizinan tindakan medis untuk adiknya itu.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!