“Assalamualaikum” sapa Rendy
“Wa’alaikumsallam, mas Rendy silahkan masuk mas” senyum Naura seraya mempersilahkan Rendy masuk
“Ini saya bawakan sedikit makanan untuk kamu dan ayahmu” senyum Rendy
“selalu saja merepotkan mas, terima kasih” Naura sungkan
Rendy tersenyum dan memperkenalkan diri pada pak Fajar yang terlihat sudah bisa duduk dan lebih segar.
“Nak Rendy, terima kasih banyak atas pertolongannya kepada saya dan anak saya Naura. Saya tidak tau bagaimana membalasnya, semoga Tuhan selalu melimpahkan kebaikannya untukmu nak” tulus pak Fajar
“aamiin.. jangan sungkan pak. Kebetulan saya ada didekat Naura saat itu. Semoga pak Fajar lekas pulih dan cepat pulang kerumah ya pak” senyum Rendy
“aamiin” semua orang mengaminkan
Setelah beberapa saat berbincang, Rendy pun pamit.
“mohon maaf pak, saya tidak bisa lama berkunjungnya karena ada keperluan lain. Insya Allah secepatnya kita bertemu lagi” ucap Rendy
“iya nak, jangan sungkan untuk berkunjung kerumah kami” senyum pak Fajar
Pamit Rendy kepada Naura dan pak Fajar. Malam itu Rendy memutuskan pulang kebandung dan mengambil cuti. Dia terlalu cemas jika berdiam diri menunggu kabar tentang Nala.
Sebelum menjalankan mobil, Rendy mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
“Ya Ren kenapa?” jawab seseorang disebrang sana
“Ray, Nala masuk rumah sakit” suara Rendy tertahan
Ray yang sedang berjalan seketika menghentikan langkahnya
“Tadi siang pas gua telpon dia, tiba-tiba dia jatoh pingsan dan kepalanya kebentur meja. Gua otewe ke bandung sekarang, gua cemas belum dapet kabar apa –apa dari ka Dimas.” Jelas Rendy
Ray terdiam sesaat dan langsung mematikan sambungan telponnya dengan Rendy. ia berlari ke ruang istirahat dokter jaga dan membereskan semua barang-baranganya.
Adelia yang saat itu berada disana terkejut melihat Ray begitu terburu-buru.
“Dokter Ray, ada apa?” tanyanya penasaran
“Dokter Adelia apakah saya boleh minta tolong? tolong bantu saya follow up pasien saya di kamar 104? saya harus segera pulang ke Bandung malam ini” jelasnya tergesa
“Ba..baik dok.. apakah ada sesuatu terjadi dok?” cemas Adelia
“Maaf Adel saya buru-buru, terima kasih sebelumnya” Ray pun bergegas menuju salah satu ruangan untuk mengurus cutinya ke Indonesia.
Karena mendadak, Ray harus bersabar untuk mengikuti beberapa prosedur untuk cutinya. Setelah selesai, ia pun langsung menuju apartemen untuk mengemasi barang-barang yang dibutuhkan lalu segera menuju bandara dan membeli tiket penerbangan waktu terdekat.
***
Bandung,
Dimas dan Tama menunggu diluar ruang pemeriksaan Nala, Dwi sudah pulang terlebih dahulu dan membereskan barang-barang Nala yang tertinggal di kantor.
“Sayang, bagaimana kondisi Nala?” Sinta datang bersama ayah Nala sedangkan si kembar di titipkan kepada suster di rumah mereka.
“Masih diperiksa dokter” jawab Dimas lemas
“Bagaimana bisa terjadi nak?” Tanya pak Wisnu kepada Tama
“Maafkan saya pak, sepertinya Nala belum kuat untuk bekerja hari ini. Sampai dia jatuh dan terbentur. Maafkan saya tidak menjaganya dengan baik” sesal Tama
“Tidak nak, Nala memang terlalu keras kepala. Kami sudah menyuruhnya istirahat tapi dia kekeh ingin masuk kerja. Terima kasih sudah menolong anak saya” tulus pak Wisnu
Tak lama dokter keluar ruangan dan menjelaskan bahwa Nala gegar otak akibat benturan dikepalanya dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. Tentu saja semua orang terkejut dan merasa sedih.
Sudah hampir larut malam, sinta dan pak Fajar pulang karena khawatir meninggalkan si kembar terlalu lama. Sedangkan Dimas dan Tama masih setia menunggu Nala dirumah sakit.
“Tama, pulanglah dulu biarkan saya yang menjaga Nala disini” seru Dimas yang tidak tega melihat Tama yang terlihat lelah
“Tidak kak, tolong izinkan saya disini sebentar lagi ya?” jawabnya sambil menatap gadis yang ia cintai belum sadarkan diri
“Baiklah kalau begitu, saya izin ke minimarket sebentar yaa.. harus ada yang dibeli untuk kita dan Nala juga. Saya titip Nala sebentar ya” pintanya pada Tama yang dijawab senyuman
Dimas pun berlalu, Tama mendekat pada bangkar Nala. Ia menatap sendu gadis yang terlihat sangat pucat dan terbalut perban dikepalanya.
“Nalaa…!!” seseorang membuka pintu dengan tiba-tiba dan berlari lalu menggenggam tangan Nala dan memeluknya. sontak membuat Tama sangat terkejut.
“Nal.. kok bisa kaya gini Nal bangun pliiss..” ia mengelus pucuk kepala Nala dengan sendunya
Tama yang melihat adegan cukup romantis itu perlahan mundur dan memberikan jarak.
Beberapa saat kemudian lelaki itu tersadar bahwa ada Tama didekatnya.
“Hai, sori.. gua Rendy” Tama tertegun menatap uluran tangan Rendy
“Tama” jawabnya seraya menjabat tangan Rendy
“Tama?” beo Rendy seraya mengingat sesuatu
“Teman kantornya Nala” jelas Tama yang tak ingin Rendy salah paham
“Oya… thanks bro udah nolongin orang yang sangat berarti buat gua” senyumnya
Tama tertegun dan memaksakan tersenyum, ia tidak menyangka bahwa Nala sudah memiliki kekasih. Pantas saja Nala begitu sulit diluluhkan. Sekarang ia tau sebabnya.
Hatinya begitu sesak dengan kenyataan dihadapannya. Rendy yang menyadari ada sesuatu antara Tama dan Nala berusaha mencairkan suasana dengan mengajaknya ngobrol santai.
Tak lama Dimas datang membawa beberapa kantong makanan dan minuman.
“Loh Ren kapan datang? Tanyanya depan pintu
“Belum lama kak” seraya Rendy menyalami tangan Dimas
“Kamu emang ga tugas? Kok bisa kesini?” Dimas masih mengkhawatirkan Rendy
“Udah ambil cuti kak, gimana ga sawan denger anak nakal ini begini” tatap Rendy pada Nala
“Iyaa, dari kecil dia memang ga pernah ngeluh kalo sakit. Keluarga taunya kalo udah parah aja” senyum Dimas
“Ingat ga Ren pas dia tanding basket tiba-tiba pingsan ditengah lapangan gara-gara demam tapi ga bilang dan maksain tanding?” tawa Dimas
“Mana mungkin lupa kak. Semua orang langsung snewon dibuatnya” Rendy pun tersenyum mengingat hal itu
“Iya apalagi Ray langsung nangis karna Nala ga sadar-sadar” Dimas terkekeh
“Namanya juga bucin kak, sampe ga makan coba gegara Nala sakit dan kepikiran” sambung Rendy seraya keduanya tertawa.
“Ray?” Tama spontan dalam hati, dia bingung dengan kata-kata Rendy.
“Kak Dimas, saya izin pulang dulu yaa, inya Allah besok saya kesini lagi..” Pamit Tama yang merasa canggung dengan kedatangan Rendy
“Oya Tama, sekali lagi terima kasih sudah menolong Nala. Tidak usah khawatir sepertinya Nala hanya perlu istirahat. Saya minta maaf kalau Nala tidak bisa masuk bekerja beberapa hari ini” tulus Dimas
“Tidak kak, tidak perlu mengkhawatirkan pekerjaan. Tidak ada yang mau tertimpa musibah. Baiklah saya pamit pulang dulu”. ucap Tama
Tama pun berlalu setelah menyalami Dimas dan Rendy.
“Kayanyaa…..” Rendy yang sedari tadi penasaran dengan Tama langsung menuntut jawaban dari Dimas. Dimas yang melihat ekspresi Rendy langsung tertawa dan menganggukan kepalanya seraya tau apa yang ada dipikiran Rendy.
“Gila.. gila.. nakal amat ini anak ga pernah cerita”. Rendy menggelengkan kepalanya menatap Nala yang masih belum juga sadarkan diri
Dimas hanya tertawa melihat tingkah Rendy
“Kak pulang gih biar aku yang disini jaga Nala, besok kan kakak kerja mumpung aku cuti” ucap Rendy
“Hmmm… iya sih besok ada oprasi pagi. tapi cemas juga pasti kepikiran” bingung Dimas
“Udah gapapa kak, nanti aku kabarin kalo Nala udah sadar. Lagian kasian kak Sinta ngurus si kembar sendirian kalo malem gada suster kan?” bujuk Rendy
“Iya, Saba lagi rewel juga karna sariawan.. yaudah kalo gitu kakak pulang ya Ren. Titip Nala dan kabarin kalo ada apa-apa”
“siap boss” Rendy memberi hormat
Senyum Dimas menepuk bahu Rendy lalu pamit pulang.
🌹🌹🌹
Hi readers, kali ini author mau share Visual beberapa tokoh di novel ini yaa..
mohon maaf jika visualnya terlalu menghalu 😅🙏
semoga kalian semua menyukainya❤️
Visual Nala Qeena Ramadiansyah
Visual Rayyan Passidha Satya
Visual Rendy Gilang Nugraha
Visual Tama Alexander
Visual Adelia Praratya
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments