#13

Tiga jam kemudian Rendy dan Nala tiba di rumah. Rendy membaringkan tubuhnya di sofa, perjalanan cukup melelahkan dengan hati yang tentu juga sangat lelah dengan konsidi Nala. Ia berusaha memejamkan mata. Sementara Nala masuk kedalam kamarnya merapihkan barang-barang lalu mandi.

Selesai mandi ia mengecek Rendy yang tidak terdengar suaranya.

“Hussshht..” Nala menempelkan jari telunjuk di bibir mengisaratkan agar si kembar tidak mengganggu Rendy yang tertidur.

Keluarga kecil Dimas nampaknya baru saja sampai rumah. Dimas berjalan kedapur dan si kembar dibawa kekamar oleh ibunya.

“Kata ayah, kamu ke Singapur Nal?” Dimas bertanya sambil mengambil air minum

“Baru aja sampe rumah kak” Jawab Nala sambil membuat milktea hangat kesukaan Rendy

Dimas mentap Nala, ia tahu adiknya sedang tidak baik-baik saja. Dimas pun mengusap kepala adiknya lalu pergi kekamar.

“Ren bangun.. magrib” Nala membangunkan Rendy yang terlihat kelelahan

“Hmmmmmm…” Rendy menggeliat bak ulet bulu

“Nih minum dulu” Nala memberikan minuman

“Terima kasih cintaa…” senyum Rendy mengambil mug sambil menyanyikan bait lagu

“Mandi sana bau” jitak Nala yang kemudian masuk kamarnya untuk shalat magrib

“Oom Rendyyy…” Teriakan Suly membuat Rendy sepenuhnya terbangun dari kantuknya

“Waahhh ada Suly Saba…” sahutnya seraya memeluk dua anak kembar itu

“Om mau main” Saba memperlihatkan robat mainan punyanya

“Nanti ya, om mau mandi trus shalat dulu baru kita main” Ucap Rendy

“Asiikk..” Tawa si kembar menghangatkan rumah sore itu.

Setelah makan malam dan puas main dengan si kembar, Rendy pun pamit pulang. Ia mengelus pucuk kepala Nala seraya pamit.

“Telpon kalo ada apa-apa Nal” senyumnya lalu pergi

***

Singapura, satu minggu sebelum Nala datang,

Adelia yang sedang membaca buku di teras kamarnya tersenyum dengan kedatangan ayahnya. Pak Harun duduk disamping putrinya sambil menatap jalanan dibawah sana.

“Disini indah sekali Del, pantas saja kamu tidak mau pulang ke Padang nak” ucap pak Harun

“Ayah ini, Adel kan masih harus menyelesaikan studi Adel Yah” jawab Adelia masih sambil membaca bukunya

“Kalau nanti ayah sudah tidak ada didunia ini, tolong antarkan ibumu pulang ke Padang yaa” lirih sang ayah

Adelia langsung menatap sendu ayahnya

“kenapa ayah selalu bicara seperti itu Yah?” sedih Adelia

“Ayah hanya mengingatkan kamu supaya kamu tidak lupa” senyum pak Harun

“Ayah tidak akan kemana-mana, ayah akan terus di sisi Adel dan ibu” Adelia pun memeluk ayahnya

“Apa kamu sudah memikirkan tentang perjodohanmu dengan Ray?” Tanya ayah

“Adel dan mas Ray tidak pernah dekat Yah, mas Ray tidak memiliki perasaan apapun terhadap Adel” senyum Adelia

“Tapi kamu mencintai dia kan nak?” pak Harun membelai pucuk kepala putrinya. Adelia hanya mengangguk

“Tapi Adel tidak mau menikah dengan lelaki yang tidak mencintai Adel Yah” Adelia mengeratkan pelukannya

“Cinta itu datang karna terbiasa Del, Ayah yakin Ray adalah lelaki baik dan bertanggungjawab seperti ayahnya, Satya.” Belai pucuk kepala Adelia

Adelia hanya terdiam, mungkin saat ini dia akan menjadi wanita paling bahagia karena perjodohannya dengan lelaki yang ia cintai jika saja Ray juga mencintainya. Tapi, ia tidak ingin menjadi orang yang egois karena tidak memikirkan perasaan Ray.

“Del, ayah ingin bertemu dengan Ray. Tolong sampaikan padanya yaa..” ucap ayah

“untuk apa Yah?” Adelia melepaskan pelukannya

“Ada hal yang ingin ayah bicarakan dengannya” senyum ayah

“Ayah tidak akan memaksakan pernikahan ini kan Yah? Adel tidak mau jika seperti itu” Adelia memohon

“Kamu tidak perlu khawatir, tolong sampaikan saja padanya.” Pak Harun pun membelai pucuk kepala Adel dan kembali masuk meninggalkan Adelia dengan perasaan tidak enak.

Esok harinya di Rumah sakit,

Ray terlihat mengistirahatkan tubuhnya pada kasur di ruang istirahat dokter. Dia berusaha memejamkan matanya yang kemudian terdengar suara pintu terbuka. Adelia dengan wajah ragu menatap Ray dari balik pintu.

“Ada apa dokter Adel?” Ray terduduk lalu menatap Adel dengan senyumnya

“Maaf dok saya mengganggu, silahkan lanjutkan istirahatnya nanti saya kembali lagi” ucap Adelia

“tidak Adel, ada apa?” senyum Ray

Dengan ragu Adelia mendekat pada Ray dan duduk dikursi

“Ayah, ingin bertemu dengan mas Ray” tatap Adelia

“Kamu selesai tugas jam berapa Del?” senyum Ray agar Adel tidak merasa sungkan padanya

“Jam 7 mas..” ucapnya pelan

“Baiklah nanti jam 8 malam saya akan keapartemenmu” jawab Ray

“Baiklah mas nanti saya sampaikan pada ayah, terima kasih mas” senyum Adelia

“Jangan sungkan Del”

Seraya Adel meninggalkan Ray untuk beristirahat kembali.

***

Malam hari dikediaman Adelia,

Ray, Adelia dan kedua orangtua Adel sedang berbincang ringan diruang tamu dengan berbagai cemilan yang dibawa orangtua Adel dari Padang.

“Nak Ray, mohon maaf saya sudah meminta bertemu” pak Harun mencoba mengutarakan maksud tujuannya.

“tidak om, justru saya yang seharusnya dari kemarin langsung menyapa om dan tante setiba disini” senyumnya

“Nak Ray, mungkin sudah mendengar dari ibu Utari tentang perjodohan antara Nak Ray dan putri saya Adelia” pak Harun mencoba mengatur nafasnya sebelum melanjutkan perkataanya. Adelia hanya menunduk mendengarkan ayahnya

Ray hanya mengangguk dan menatap pak harus serius

“Dulu, saya dan Satya ayahmu sangat berteman baik, bahkan Satya selalu tulus berteman dengan saya. Seringkali dia membantu saya dalam belajar maupun pekerjaan, jika tidak ada dia mungkin saya tidak akan mampu melanjutkan studi saya dulu. Setiap saya kesulitan dan ingin menyerah dia selalu ada memberikan semangat” senyum pak Harun mengembang sambil mengingat hubungan pertemanannya dengan ayah Ray.

“Nak Ray, sungguh pada saat saya mengoperasimu, keadaan sayapun sungguh berat. Kamu adalah harta Satya yang sangat berharga dan itu merupakan suatu tanggungjawab yang besar bagi saya. Tidak ada satu hal pun yang saya harapkan sebagai imbalan dari Satya. Saya dengan tulus hanya ingin membantu sahabat saya juga sudah menjadi kewajiban saya sebagai dokter.”

Ray hanya terdiam sambil menatap mata pak Harun yang sudah berkaca-kaca.

“saya tahu mungkin saat ini kamu masih menimbang keputusanmu untuk menerima atau tidak perjodohan ini. Tapi, jika seandainya saya boleh memohon.. Maukah kamu menikahi putriku Adelia?” air mata pak Harun sudah terjatuh menatap Ray yang sedari tadi hanya diam.

“Ayah…” Adelia terkejut dengan permohonan sang ayah

“Adel, ayah tidak tahu sampai kapan ayah bisa disampingmu nak. Sebagai dokter sudah pastinya kamu tahu tentang kondisi kesehatan ayah.” Ucap pak Harun pelan

Adelia dan ibunya menunduk dan mulai terisak

“Adelia..” Ray nampak bingung dengan perkataan pak Harun menyangkut kondisi kesehatannya. Ia menatap Adel dan menuntut jawaban

Adelia masuk kekamarnya dan beberapa saat kembali menyerahkan lembaran rekam medis sang ayah pada Ray.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!