Dua minggu kemudian,
Singapura.
“Jadi kapan rencana pernikahan kalian nak?.” Tanya pak Harun kepada Adelia dan Ray
Adelia yang sedang meminum air langsung tersedak mendengar pertanyaan ayahnya.
“Secepatnya lebih baik Del, biar ibu dan ayah bisa ninggalin kamu dan pulang ke Padang tanpa khawatir.” Ucap bu Rani sambil meletakan cemilan di meja ruang tamu apartemen Adelia.
“Saya ikut baiknya saja om tante.” Jawab Ray
Adelia langsung menatap Ray.
“Kalau begitu nanti om dan tante bicarakan dulu dengan ibumu Ray, kurang dari tiga bulan kan kalian sudah pulang ke Indonesia jadi lebih mudah kita mengurus pernikahan ini.” Senyum pak Harun dan bu Rani pun mengembang.
Namun tidak dengan Adelia dan Ray yang nampak sesak dan memaksakan untuk tersenyum.
“Yasudah kita makan malam dulu yuk nanti keburu dingin” ajak bu Rani menuju ruang makan.
Setelah selesai, Ray pun pamit pulang diantarkan Adelia berjalan menuju halte bus.
“Mas Ray..” ucap Adelia pelan
“kalo mau minta maaf mending jangan Del, kayanya udah bosen aku dengernya” senyum Ray menatap Adelia.
“Nala gimana mas?”
Pertanyaan Adelia menghentikan langkah Ray.
“Dia pasti baik-baik aja, dia wanita yang sangat kuat” sambung Ray lalu berjalan kembali tanpa menatap Adelia yang nampak sedih
“Kalau mas Ray?” lanjut Adelia
Ray hanya tersenyum dengan pertanyaan Adelia dan duduk di halte, tidak lama kemudian bus yang ia tunggu datang dan dia pun langsung pamit pulang.
Adelia masih menatap kepergian Ray, tak terasa air matanya mengalir begitu saja.
“Apakah keputusanku bisa diubah?” tanyanya pada diri sendiri
Didalam bus, Ray menatap layar ponselnya dengan wallpaper dirinya bersama Nala dan Rendy yang sedang tersenyum menggunakan seragam SMA mereka.
Sejak kepergian Nala dari Singapura, Ray belum juga berani untuk menghubungi Nala. Ia hanya memantau Nala melalui Rendy yang setiap hari selalu menodong Nala dengan spam pesan singkat dan panggilan telpon yang kadang membuat Nala geleng kepala.
Sesampainya di apartemen. Ray kembali menatap layar ponselnya dan beberapa saat kemudian ia menekan tombol telpon Nala.
Sedangkan disisi lain, Nala yang sedang termenung didepan jendela kamarnya terkejut dengan panggilan telpon Ray.
“Hallo..” ucap Ray
“Ya Ray? Kenapa?” Nala menarik nafasnya dan berusaha bicara senormal mungkin
“Sepi banget Nal, lagi dimana?” Jantung Ray berdegup kencang
“Dirumah, iya nih ayah lagi dirumah kak Dimas jd gada orang” jawab Nala
“Hmm.. “ suara Ray tertahan
“Lu baik-baik aja kan Nal?” lanjutnya
Nala terdiam matanya mulai berembun, dia berusaha tidak terisak menahan sesak didada.
“Iyaa.. Gua pusing Ray si Rendy tiap hari ngespam terus, udah kaya minum obat tiga kali sekali nelpon”
Ray tersenyum, ada banyak hal dalam benaknya tapi seolah sangat sulit untuk diungkapkan pada Nala.
“Gimana Ray disana? Kapan mau pulang?” lanjut Nala
“Kayanya akhir bulan ini gua balik Nal, ada yang harus di urus” jawab Ray
“Iya tau calon penganten sibuk banget banyak yang harus diurus” tawa Nala
Ray hanya diam, hatinya terasa sangat sakit jika mengingat tentang rencana pernikahannnya
“Ray.. kok diem?” lirih Nala
“Eh kita videocall yuk tar gua sambungin Rendy”. Nala merubah panggilan ke video dan langsung menghubungi Rendy.
“Woy woy wooy..” sapa Rendy disebrang sana sambil terlihat berbaring pada aspal jalan
“Lah ngapain lu tiduran diaspal Ren? pindah tugas jadi polisi tidur?” sambung Ray yang membuat Nala terbahak
“sialan lu.. gua cape abis jogging” jawab Rendy tersenggal senggal
“Nalaku sayang.. aku sangat menyayangimu, kenapa telponku selalu di reject hah?” Lanjut Rendy random sambil manyun
“Ganggu tau Ren sumpah, cari pacar sana biar gak ganggu gua mulu napa”. Kesal Nala
“Kan kamu tau aku hanya mencintaimu Nalaku”. Rendy semakin menjadi
“Terseraaahhh…” jawab Nala malas
“Gua rekam kasih Naura ya Ren..” Ancam Ray terbahak
“Dih sewot.. iri lamar bos..” ketus Rendy
“Gua tampol lu Ren” tanduk Ray mulai muncul
Rendy dan Nala pun terbahak
Merekapun berbincang sambil terus bercanda sampai beberapa waktu.
Disisi lain,
Tama yang sedang makan malam bersama keluarganya hanya diam memainkan sendok dan garpunya.
“Masakan mami gak enak ya Kak?” suara sang ibu mengejutkan Tama
“Lagi patah hati kayanya mam” celetuk Vio, adik perempuan Tama
“Vioo…”. Tegur sang ayah
“Bener Kak?” sambung sang ibu
“Engga mam, I’m fine”. Senyum Tama
“Aku udah selesai, aku duluan masuk kamar yaa..” Tama pun beranjak masuk kedalam kamarnya
Vio hanya mengangkat bahunya saat sang ibu menatapnya mencari tahu apa yang terjadi pada kakaknya.
Sesaat kemudian, Ibunda Tama membawakan coklat panas kekamar Tama dan menghampiri anak sulungnya yang terduduk dimeja kerja.
“Hai mam..” senyum Tama melihat sang ibu
“Are you really okay son?” elus Ibunda pada punggung Tama
“Mau cerita sama mami?” lanjutnya sambil duduk diatas tempat tidur
Tama terdiam menatap wajah cantik khas bule ibunya dengan mata biru yang sama dengan dirinya
“Dulu, papa gimana pas ngejar mami? Apakah kalian memang saling suka?” Tanya Tama
Sang ibu sudah tau arah pembicaraan anaknya itu tersenyum
“Hmmm… dulu papa ngelamar mami depan umum, padahal mami ga kenal sama papamu”
Kenangnya tersenyum yang membuat Tama mengerenyitkan keningnya.
“Dulu papa itu senior mami dikampus, papamu ternyata udah suka sama mami sejak awal mami masuk kuliah dan liat mami di taman kampus. Diem-diem dia suka curi-curi pandang dan pas dia mau lulus, secara tiba-tiba saat musim panas ditaman kampus dan disaat banyak sekali mahasiswa disana, papamu teriak panggil nama mami dan melamar mami” lanjutnya sambil tertawa
“Kok bisa mam? Trus?” antusias Tama
“Iya, mami kira papamu itu gila Tam, ya mami tolak lah orang mami ga kenal. Tapi semenjak itu papa mu terus saja tanpa menyerah mendekati mami dan akhirnya mami luluh juga, lahirlah kamu dan vio jadinya”.
Tama pun tersenyum mendengar kekonyolan orangtuanya.
“Jadi, siapa wanita yang udah buat anak mami ini galau beberapa hari ini?” senyum sang ibu
Dengan ragu Tama pun mulai menceritakan Nala pada ibunya
“Cinta ada karna terbiasa son, jadi kamu harus kaya papa, semangat yaa..” walaupun sangat mengenal anaknya yang sangat pemalu namun bu Katy tidak ingin anaknya terus memendam perasaanya kepada orang yang ia sukai, terlebih ini kali pertama ia mendengar Tama menyukai seseorang.
Selepas kepergian sang ibu, Tama pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
***
Satu minggu kemudian diakhir pekan,
Rendy dengan semangat membawakan Nala kembang gula berbentuk kepala kelinci sambil berlari kecil ditaman.
“Sayangkuu…” dengan wajah polos Rendy memberikan kembang gula pada Nala
“Brisikk ih Ren malu sama bocah tuh ngeliatin dari tadi..” ucap Nala melihat sekitar
Sambil manyun Rendy pun memakan sendiri kembang gula yang ia bawa. Nala hanya tersenyum melihat sahabatnya yang random itu.
“Eh Nal tau gak? Gua udah susun rencana liburan kita nanti pas Ray balik sini” ucap Rendy
“kaya yang iya aja liburan” jawab Nala
“ih iya.. gua udah ngajuin cuti jauh-jauh hari”. Rendy pasang muka serius
“iya tar last minute cancel kaya yang udah-udah” malas Nala
“Ya kalo begitu mah maklumi aja yaa..” Tawa Rendy tanpa berdosa
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments