“It’s okay..” Tama tersenyum. Ia tau mungkin ini adalah akhir dari ceritanya bersama Nala.
Nala menatap Tama.
“Ada seseorang yang sudah bertahun-tahun ada didalam hatiku.” Ucapan Nala terhenti
“selama itu pula kami hanya saling diam dan menahan perasaan kami, rasa sayang yang entah bisa diartikan apa.. Kami tumbuh bersama, sehingga kami tidak tau sayang yang seperti apa yang kami rasakan”. Suara Nala tertahan.
Tama hanya terdiam mendengarkan Nala dan berusaha mencerna apa yang Nala ucapkan.
“Menyayangi seseorang dan menahan perasaan itu selama bertahun-tahun bukan hal yang mudah. Menyayangi dalam diam aku pikir itu adalah cara terbaik untukku. Sampai kami beranjak dewasa, perasaan itu semakin menyesakan. Hingga akhirnya, disaat kami memberanikan diri untuk memperjelas semuanya, ternyata semua sudah terlambat. Yaa.. begitu terlambat. Kami tidak ditakdirkan bersama..” ucap Nala perlahan
Tama menatap Nala tidak mengerti.
“Maksud kamu Nal?” Tanya Tama
“Maafkan aku yang begitu egois mas, selama ini aku selalu berusaha acuh dengan mas Tama. Aku sangat begitu paham bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu tapi, justru aku juga melakukan hal yang sama terhadap mas Tama.” Nala menstabilkan nafasnya
“Saat ini, aku sedang berusaha untuk menata hatiku kembali..” Ucapnya lirih
Nala meletakan kotak kalung dihadapan Tama
“Aku tidak menampik bahwa beberapa kali hatiku goyah dengan perlakuan mas Tama terhadapku. Bukannya aku tidak tau dan acuh dengan perasaan mas Tama selama ini, tapi itu membuatku sangat takut. Aku tidak ingin mas Tama hanya mendapatkan perannya dan hanya sekedar menjadi bayang-bayangnya..” Nala terdiam
“Aku ingin menyayangimu dengan tulus..” lanjutnya menatap Tama
Mata biru Tama melebar, ia semakin tidak mengerti dengan apa yang Nala katakan.
“Nalaa…” suara Tama tertahan
“Maukah lebih bersabar menghadapiku mas?, maukah pegang tanganku dengan lembut disaat aku masih belajar untuk bangkit?” Nala tersenyum dengan air mata dipelupuk matanya menatap Tama
Tama meraih dan mengenggam tangan Nala, entah apa yang ia rasakan saat ini. Hatinya bergetar mendengar Nala memberinya kesempatan untuk mereka bisa bersama.
Tama tersenyum dan tak terasa air matanya membasahi pipi, ia tertunduk sambil terus menggenggam tangan Nala.
“Aku janji akan memperlakukanmu dengan baik Nal, aku sangat menyayangimu..” ucap lembut Tama
Nala mengangguk dan tersenyum juga dengan air mata yang tidak henti mengalir.
Cuaca gerimis yang menyelimuti sore itu terasa begitu hangat bagi dua insan yang saling menggenggam tangan.
Nala, gadis itu tidak memposisikan Tama sebagai pelarian patah hatinya. yaa.. Tama adalah orang yang selama ini selalu ada disampingnya. Perasaan terhadap Ray yang selama ini tidak ia ungkapkan selalu menjadi rasa bersalahnya terhadap Tama. Ia tidak ingin membuka hati disaat masa lalunya bersama Ray belum selesai. Dan saat ini, mungkin inilah saat yang tepat untuknya membuka lembaran baru bersama seseorang yang selama ini bergitu peduli dan tulus menyayanginya.
Dan Ray, biarlah ceritanya menjadi masalalu yang indah.
***
Flash back sehari sebelumnya di Taman,
“Apa lu udah yakin dengan keputusan lu Nal?” Rendy menatap sendu sahabatnya tersebut
“Ren, gua dan Ray udah selesai, bahkan tanpa kita mulai.” Nala sambil menatap pemandangan danau di depannya.
“Saat ini, ada seseorang yang begitu tulus menyayangi gua. Orang yang selalu ada tanpa menuntut dan mengeluh dengan acuhnya gua.” Lanjutnya
“Tapi Nal, gua gak mau kalo lu memaksakan diri hanya karena merasa bersalah sama orang itu.” Kekeh Rendy
Nala tersenyum menatap sahabatnya itu dan menggelengkan kepalanya pelan.
“engga Ren, setelah apa yang terjadi di singapura kemaren. Gua sadar ternyata perasaan gua dan Ray hanya perasaan yang belum selesai. Sadar atau pun engga gua liat Ray begitu peduli dengan Adelia, dia akan ngerasa ga tenang kalo Adelia ga ada kabar.” Ucap Nala
“Itu cuma rasa tanggungjawab Ray ke Adel aja Nal, ga lebih.” Jawab Rendy
“Gua kenal Ray, Ren.. gua sangat mengenal Ray. Saat ini, mungkin dia masih menampik hatinya sendiri terhadap Adel.” Jelas Nala
“Trus lu mau ngorbanin Tama?.” Rendy menatap serius Nala
“Gua belom selesai ngomong dodol.” Nala menoyor kepala Rendy yang tidak sabaran
“Kenapa gua bisa bilang Ray masih menampik perasaannya terhadap Adelia? Karena itu sebenarnya yang gua lakukan terhadap Tama.” lanjut Nala
Rendy memelototkan matanya tak percaya
“Maksud lu apa Nal?”
“Gua selama ini hanya fokus sama Ray. Gua begitu terobsesi dengan kejelasan perasaan diantara kita.” Nala menatap Rendy
“Nal pliss jangan bertele-tele.” Rendy memegang kepalanya yang tidak pusing
“Setahun ini, tanpa gua sadari cuma Tama yang ada disamping gua Ren. Gua selalu merasa nyaman sama dia, hati gua selalu merasa hangat didekat dia. Gua selalu nyari dia kalo dia gada di jangkauan gua, dan gua baru sadarin semua itu setelah apa yang terjadi.” Nala mengatur nafasnya
“Hati gua sakit, gua hancur setelah tau Ray mau nikah dengan Adel. Tapi, hati gua juga ikut bahagia setelah tau bahwa Ray juga peduli dengan Adel. Dan nyatanya gua baik-baik aja dengan itu semua.”
“Awalnya gua bingung. Gua begitu sayang sama Ray, gua gak mau kehilangan dia. Tapi, disisi lain gua peduli dengan Tama. Sekeras apapun gua menghindar, gua acuhin dia. Tapi pada akhirnya gua akan merasa aman kalo gua ngeliat dia ada dideket gua.” Ucap Nala panjang lebar
“Ren, sebenernya ada apa sama gua?.” Lanjutnya menatap lekat Rendy
Rendy menatap Nala dengan wajah bingung
“Nala, lu sehat Nal?.” Rendy memegang kening Nala
“Ya Tuhan Nal, lu kenapa ga pernah cerita sama gua, hah?.” Wajah Rendy sudah memerah
“Jadi, selama ini gua salah sangka?.” Rendy menggeleng-gelengkan kepalanya
“Setelah lu jelasin semuanya, gua baru paham. Jadi, inilah maksud dari Ray?.” Rendy kembali menepuk kepalanya
“Maksud dari Ray gimana?” Nala menatap wajah Rendy yang seolah menemukan sesuatu yang ia cari
“Ray selalu bilang sama gua, dia takut untuk ngungkapin semuanya sama lu Nal karena sekarang semuanya udah berubah.” Ucap Rendy perlahan
“Gua selalu ga paham apa maksud dia, gua pikir perasaan dia yang berubah tapi ternyata arah lu yang berubah Nal.” lanjutnya
Beberapa saat Rendy dan Nala terdiam, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Rendy memutuskan berjalan-jalan mencari kembang gula dan memberikan ruang untuk Nala berpikir.”
Flashback off
Tama menghentikan laju mobilnya didepan halaman rumah Nala
“Besok aku jemput yaa?” senyum Tama yang masih menggenggam tangan Nala
“Hmm.. ga usah mas, kayanya lebih baik kita ketemu setelah pulang kerja aja. Aku ga mau jadi bahan gosipan di kantor dan malah ganggu kerjaan kita”. Ucap Nala memberikan pengertian pada Tama
“okay, aku rasa itu yang terbaik. Kamu langsung istirahat yaa..” senyum Tama
Setelah berpamitan Tama langsung pulang kerumahnya.
Nala berjalan perlahan dihalaman rumahnya. Entah kenapa hatinya begitu tenang saat ini, perasaannya pada Tama memang belum jelas seperti apa tapi, hatinya merasa hangat jika mengingat kebersamaannya dengan lelaki yang kini menjadi kekasihnya itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments