Beberapa hari berlalu,
Nala dan Tama sudah terbiasa menghabiskan waktu bersama sepulang kerja tanpa diketahui orang-orang dikantor. Seperti hari ini, Tama mengajak Nala makan malam bersama disebuah mall di kota Bandung. Meskipun masih sesekali terasa canggung tapi mereka selalu merasa nyaman satu sama lain.
“Nal, habis makan aku boleh minta tolong?” Tanya Tama
“Iya mas boleh, kenapa?” jawab Nala
“Besok lusa mami ulangtahun dan aku selalu bingung untuk kasih kado apa ke mami, tolong bantu aku pilihkan kadonya ya?” bingung Tama
Nala mengangguk dan tersenyum.
Setelah selesai makan, merekapun langsung berkeliling mall untuk mencarikan hadiah untuk bu Katy.
“Tante Katy suka apa mas?”. Nala sambil melihat-lihat
“Hmmm.. mami ga begitu suka barang yang mewah, dia suka sesuatu yang simple tapi bermakna.” Jelas Tama sambil mengingat-ingat
Dari kejauhan Nala melihat kedalam etalase, terdapat giwang mutiara dengan model simple namun elegan.
“Mas, lihat deh itu..” tunjuk Nala ke etalase.
Mereka pun berjalan mendekati toko emas tersebut
“Selamat malam.. ada yang bisa kami bantu?.” Senyum ramah pramuniaga toko
“Mbak, boleh tolong lihat giwang ini?.” Tunjuk Nala dan pramuniaga pun langsung mengambilnya.
“Wah cantik sekali Nal.” Tama terpana dengan giwang pilihan Nala
“Apa ini terlalu mewah untuk tante Katy mas?” Nala takut terlalu berlebihan
“Engga Nal, ini sempurna untuk mami. Mami pasti bahagia..” senyum Tama
“Mau ambil yang ini aja mas atau lihat-lihat yang lain?” ucap Nala sambil melihat-lihat
“Ini aja Nal, mbak tolong di bungkus yaa..” senyum Tama memberikan giwang pada pramuniaga toko
“Baik pak, mohon ditunggu sebentar..” jawab ramah pramuniaga toko
Sambil menunggu, Tama meihat-lihat cincin yang berbaris rapih. Ia menatap jari manis Nala dan mengira-ngira cincin mana yang bagus dikenakan Nala.
Menyadari hal itu, Nala tersenyum dan mengenggam tangan Tama.
“Belum waktunya yaa? Hehe..” jawab Tama. Nala hanya tersenyum menatap kekasihnya itu
Keesokan harinya,
“Selamat pagi..” sapa Tama dengan senyum ramahnya kepada semua karyawan
“Selamat pagi mas..” Jawab Dwi dan Nala berbarengan
Tama tersenyum kemudian masuk kedalam ruangannya.
“Gila.. gila.. itu mas bule kenapa tiap hari makin ganteng yaa?…” Dwi masih sibuk menatap Tama
“Nal, kalo lu ga mau sama dia buat gua aja ya Nal? Srius gua pasti bakal sepenuh hati dan jiwa raga mengorbankan apapun untuk dia.. rela eneng pokoknya mas bule..” Dwi cekikikan sendiri
Nala hanya tertawa melihat kekonyolan sabahatnya itu. Ia menatap kearah Tama dan melihat kekasihnya itu, meskipun terhalang kaca penyekat ruang tapi cukup jelas untuk dilihat.
“Awas ya lu nyesel kalo mas bule jatuh dan klepek-klepek sama gua yang bahenol ini.” Dwi masih meledek Nala kemudian beranjak menuju ruangan Tama untuk menyerahkan dokumen.
Nala hanya mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Seharian ini Nala dan Dwi berada diluar kantor untuk meeting bersama vendor. Mereka menghabiskan hampir setengah hari di perusahaan kontraktor tersebut. Pukul 17.45 mereka pun berpisah untuk langsung pulang.
*Tama: “Aku diparkiran kantor Adi Jaya ya..”
Pesan Tama mengejutkan Nala. Ia langsung bergegas mencari keberadaan kekasihnya itu. Terlihat Tama menyandarkan diri di kap mobilnya sambil tersenyum manis.
“Loh mas kok ga bilang mau jemput?.” Nala tersenyum
“Kalo bilang nanti pasti ga boleh..” Tama memasang wajah sok sedihnya
Nala menjewer kuping Tama sambil tertawa. Setelah beberapa menit merekapun jalan menuju tempat makan langganan.
“Mas, habis ini kita langsung pulang yaa?.. aku ada janji sama kak Dimas untuk jagain si kembar karena kak Dimas dan Kak Sinta ada acara diluar.” Jelas Nala
“Kok baru bilang Nal? Kan aku bisa langsung antar kamu pulang tadi?.. takutnya mereka nunggu..” Tanya Tama merasa tidak enak hati
“Gapapa kok mas, paling si kembar dijagain kakeknya dulu sambil nunggu”. Nala mengelus tangan Tama
“Yaudah, aku minta pelayannya buru-buru siapin makanan kita yaa?”. Ucap Tama
Tama pun bergegas menuju pelayan, Nala selalu tidak habis pikir kenapa Tama selalu mengutamakannya dan malah sering merasa membebani Nala jika Tama ingin bersamanya.
Beberapa saat setelah makan malam, Tama langsung mengantarkan Nala pulang.
“Mas, aku selalu senang jika bisa menghabiskan waktu sama kamu, tolong jangan merasa kalo kamu menggangguku jika kamu ingin sama aku.” Nala memberanikan diri bicara setelah Tama menghentikan mobilnya didepan rumah Nala.
Tama hanya mengangguk dan tersenyum membelai pucuk kepala Nala.
“Aku hanya ingin yang terbaik untuk kamu Nal. Aku sangat bahagia sekarang.” Ucap Tama lembut
Nala pun tersenyum lalu berpamitan dan bergegas jalan masuk ke rumahnya.
“Nalaa..” panggilan seseorang menghentikan langkah Nala
“Ray?..” Nala terkejut mendapati Ray dipagar pembatas halaman rumah mereka
“Kapan sampe sini? Kok ga ngabarin datang hari ini?” Nala tersenyum melihat Ray.
Ray berjalan mendekati Nala dengan wajah bahagianya.
“Sayang, ponsel kamu ketinggalan dimobil..”
Sebelum Ray sampai dihadapan Nala langkahnya terhenti karena suara seseorang.
Suara Tama mengejutkan Ray dan Nala, mereka menoleh kearah Tama yang berada di balik Nala.
“Sayang?” Batin Ray menatap Tama
Tama pun mendekat kearah Nala dan memberikan ponselnya.
“Lain kali hati-hati yaa sayang..” Tama kembali mengusap kepala Nala dengan lembut dan sontak itu membuat Ray makin terkejut.
“Makasih ya mas, mungkin karena aku buru-buru.” Senyum Nala
“Oya mas, ini Ray.. kalian pernah ketemu kan di rumahsakit?”. Sambung Nala
“Hai Ray, senang bertemu lagi..” sapa ramah Tama menyalami Ray. Ray hanya menganggukan kepalanya.
“Yasudah aku pamit yaa.. nanti aku kabari kalo udah sampe rumah..” Tama pun undur diri
Ray masih terpaku diam mencerna apa yang terjadi, Nala yang menyadari hal itu langsung pamit kedalam rumah dan meninggalkan Ray dengan segudang pertanyaan.
Didalam mobil, Tama terdiam mengingat kejadian barusan. Ia menjadi tidak enak hati karena memanggil Nala dengan sebutan sayang. Tapi, hal itu spontan dia lakukan karena tersulut cemburu melihat Ray ada disana bersama Nala, biar bagaimana pun Ray adalah orang yang selama ini ada didalam hati Nala, kekasihnya.
“Aku pasti udah gila..” sesalnya, kemudian ia pun bergegas pulang.
Pukul 22.00 WIB,
Nala yang selesai menidurkan si kembar pun kemudian mengambil segelas air di dapur. Ia terdiam mengingat kejadian dihalaman rumahnya tadi. Nala tau sikap posesif yang Tama tunjukan hanya untuk kebaikan mereka.
Yaa.. sudah seharusnya memang Ray tau bahwa kini ia sudah memulai hidup baru bersama Tama. Hanya saja, masih ada sedikit rasa mengganjal di hatinya mengingat ekspresi Ray pada saat itu.
Nala keluar dan duduk dihalaman rumahnya memandang langit yang diterangi sinar rembulan. Ia terkejut mengeluarkan ponselnya dan baru menyadari kalau ia belum membalas pesan Tama sejak dua jam yang lalu. Ia langsung menekan tombol telpon Tama.
“Mas, udah tidur?” sesaat setelah Tama mengangkat panggilan telponnya
“Belum Nal, masih ngecek beberapa laporan.. kok kamu belum tidur?” Tanya Tama
“Iya, aku baru selesai nidurin si kembar..” jawab Nala lembut
“Hmm.. pasti kamu cape, istirahat gih.. aku sebentar lagi juga selesai.” Senyum Tama
“Yudah kalo gitu, kamu juga cepet-cepet istirahat yaa..” senyum Nala
“Iyaa..” senyum Tama
Merekapun mengakhiri sambungan telponnya.
Sesungguhnya hati Nala dan Tama sama-sama menyimpan sesak di dada. Hanya saja mereka tidak tau bagaimana memulai pembicaraan. Mereka pun hanya memendam rasa masing-masing dan akan bicara jika mereka bertemu nanti.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments