Saat Arya melihat respon dari Putri yang kembali mengangguk tanpa berpikir terlebih dahulu, membuatnya merasa penasaran dengan apa yang saat ini membuat wanita itu tidak bahagia.
"Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan padamu, tapi kita harus ke apartemen karena ada seseorang yang sudah menunggu."
'Mungkin nanti saja aku bertanya padanya mengenai hal apa yang membuatnya tidak merasa bahagia hingga memilih untuk bercerai,' gumam Arya yang kini menggeser tubuhnya dan membuka pintu.
Kemudian turun dari mobil dan melihat Putri melakukan hal yang sama saat menoleh ke arahnya.
"Apa ini adalah apartemenmu dan siapa yang sudah menunggu kita? Lebih baik kamu katakan padaku sekarang karena aku tidak ingin membuatmu merasa malu saat tidak mengetahui apa-apa mengenai apa yang kamu lakukan."
Putri merasa seperti berada di alam mimpi karena bisa pergi ke sebuah apartemen mewah yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya.
Selama ini, ia selalu berkutat dengan rumah kontrakan yang berukuran sangat kecil dan tidak pernah pergi kemana-mana karena selalu disibukkan dengan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih, serta mengurus anak.
Begitu melihat bangunan kokoh menjulang tersebut, ia menganggap bahwa hal yang hari ini dialami adalah sebuah keberuntungan untuknya dan tidak ingin disia-siakan.
'Aku berjanji bahwa jika nanti menikah dengan Arya, akan setia padanya seumur hidup. Arya adalah cinta terakhirku dan semoga nanti kami bisa berakhir menikah dan hidup bahagia karena saling mencintai.'
Suara bariton dari Arya kini membuyarkan gumaman Putri dan ia melihat pria dengan paras rupawan tersebut tengah memeluknya dengan sangat erat dan mengajak untuk berjalan menuju ke arah loby apartemen serta masuk ke dalam lift.
Terlihat mereka berdua seperti pasangan kekasih yang dimabuk asmara karena dari tadi tidak berhenti menyunggingkan senyuman. Seolah mereka adalah pasangan kekasih yang paling bahagia di dunia ini, tanpa memikirkan hal lainnya.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Arya."
Putri yang bisa mencium aroma khas maskulin dari pria yang saat ini masih melingkarkan tangan di pinggangnya, menoleh ke arah wajah dengan rahang tegas tersebut dan menunggu jawaban atas pertanyaannya karena dari tadi merasa sangat penasaran.
Tidak ingin membuat Putri semakin bertanya-tanya tentang rencananya, kini Arya memilih untuk mendekatkan wajahnya di dekat daun telinga wanita cantik itu.
"Aku tadi mengatakan pada teman baikku, bahwa hari ini akan menyatakan cinta padamu dan jika diterima, ia bilang harus mengajakmu ke tempatnya. Ia ragu padaku dan tidak mempercayai perkataanku jika bisa mendapatkanmu."
"Bukankah ia sangat menyebalkan dan aku ingin meninju perutnya saat pertama kali melihatnya," sarkas Arya dengan wajah masam.
"Aah ... jadi itu? Apakah kamu sangat yakin bahwa aku akan menerimamu setelah menyatakan perasaanmu padaku? Apa kamu tidak berpikir bahwa aku akan menolakmu?" tanya Putri yang saat ini mendorong tubuh kekar pria yang selalu membuat urat sarafnya menegang saat berada pada posisi yang sangat intim.
Tentu saja untuk mendengar apa jawaban dari Arya saat memikirkan tentangnya.
Sementara itu, Arya tidak langsung menjawab karena masih sibuk memikirkan apa yang akan disampaikan pada Putri dan begitu mendapat jawaban yang tepat, kini ingin langsung diungkapkan.
"Ehm ... jujur saja aku tidak percaya diri karena melihat sikapmu yang selalu membuatku merasa penasaran. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan saat kamu menolakku. Mungkin aku akan berteriak di tempat sepi untuk melampiaskan amarah karena lagi-lagi harus ditolak seorang wanita yang kusukai."
"Apalagi, aku bukanlah tipe orang yang suka memaksa seorang wanita untuk menyukaiku karena menurutku, itu bukanlah hal yang baik dalam sebuah hubungan. Sebuah hubungan yang didasarkan atas keterpaksaan, tidak akan berakhir baik. Jika ada yang berakhir bahagia, hanya ada di dunia khayalan."
Di saat bersamaan, suara denting lift membuat Arya kini mengajak Putri melangkah keluar.
Sementara itu, Putri yang merasa bahwa seorang pria muda dengan paras rupawan tersebut terlihat lebih dewasa dari usianya karena bisa mengatakan sebuah hal yang memang pada kenyataannya demikian.
"Realita tak seindah ekspektasi dan memang semua itu benar adanya. Aku sudah merasakannya. Dulu aku pikir, menikah dengan pria dewasa akan membuatku bahagia karena kata orang tua dan saudaraku, bisa selalu mengalah pada kita dan tidak egois."
Kini, Arya sedikit bisa menebak konflik rumah tangga dari Putri. "Sepertinya aku mulai mengerti tentang penyebab kamu tidak merasa bahagia memiliki suami. Kita lanjutkan nanti saja karena sudah sampai."
Mengarahkan jari telunjuk ke hadapannya, di mana pintu berwarna hitam yang masih tertutup. Kemudian ia memencet dan menunggu hingga sahabatnya yang tak lain adalah Rendi membuka pintu.
Sementara itu, Putri yang kini berdiri di sebelah Arya, merasa sangat gugup karena akan berinteraksi dengan teman pria yang dicintainya tersebut. Tentu saja ia tidak percaya diri karena statusnya dan juga hanyalah seorang wanita miskin yang tidak mempunyai apa-apa.
Berbeda dengan sosok pria tampan yang baru saja menyatakan cinta padanya tersebut adalah keturunan dari keluarga berada dan tidak sebanding dengannya. Namun, ia berpikir untuk mendapatkan Arya, apapun konsekuensi yang akan dialami olehnya.
Ia yakin bahwa Arya adalah cinta terakhir dan akan membuatnya bahagia.
'Arya adalah seorang pria yang luar biasa karena meskipun usianya masih muda, tapi ternyata pemikirannya sudah jauh lebih dewasa. Ia adalah seorang pria yang sangat sempurna karena memiliki semua hal yang selama ini kuimpikan.'
Saat Putri sibuk bergumam sendiri di dalam hati, beberapa saat kemudian melihat pintu yang terbuka. Awalnya, ia berpikir hanya ada satu teman Arya yang berada di apartemen tersebut, tetapi yang terdengar adalah suara riuh rendah dari dalam dan membuatnya merasa semakin tidak percaya diri.
"Akhirnya yang kita tunggu-tunggu telah datang. Pasangan kekasih yang sangat luar biasa telah datang, Kawan-kawan!" teriak Rendi pada semua temannya yang tengah berbincang di ruang tengah sambil makan kwaci.
Arya yang langsung mengarahkan pukulan ringan pada perut sixpack Rendi untuk melampiaskan kekesalannya karena tadi sudah tidak dipercayai akan bisa mendapatkan Putri.
"Sialan! Apa kau menghubungi yang lainnya ke sini?" umpat Arya yang saat ini benar-benar merasa kesal karena niatnya untuk berduaan dengan tenang di apartemen Rendy demi bisa membalas dendam, yaitu ingin bermesraan di depan sahabatnya tersebut, ternyata gagal karena ada suara teman-temannya di dalam.
'Sial! Padahal tadi aku ingin bermesraan dengan Putri di apartemen Rendi, tapi jika banyak teman-temanku di sini, mana mungkin bisa berduaan dengan tenang,' gumam Arya yang kini sudah melihat ke arah para sahabatnya ketika berjalan masuk.
Ia pun ber-sitatap dengan Putri dan mengerti dengan arti wajah pucat wanita itu. "Kalau tahu begini, lebih baik kita pergi ke hotel saja agar bisa berduaan karena di sini sangat berisik."
Tanpa membuang waktu, kini Arya sudah menarik pergelangan tangan Putri untuk berjalan keluar. Namun, baru beberapa langkah berjalan, mendengar suara yang sangat tidak asing dan membuatnya seketika berhenti.
"Kenapa buru-buru, Tom. Apa kamu ingin menghindariku?"
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments