Berbeda dengan Putri yang saat ini masih tidak mengalihkan pandangannya dari sosok pria yang malah terlihat gugup saat menatap bibirnya.
"Berapa usiamu?"
"Astaga!" sarkas Arya yang merasa sangat frustasi karena seperti sedang mengalami Dejavu karena saat Early menolaknya, ada kaitannya dengan usianya.
Putri yang kini mengerutkan kening karena merasa aneh melihat tanggapan dari Arya yang seperti tidak tertarik untuk menjawab pertanyaannya.
"Kenapa? Kamu seperti tidak percaya diri dengan usiamu. Padahal kamu masih sangat muda, tapi kita sama karena aku pun tidak percaya diri dengan usiaku. Aku sudah tua dan tiba-tiba ada seorang pria muda memintaku untuk jadi kekasihnya. Menurutmu, aku harus berekspresi bagaimana?"
"Apakah aku harus lompat-lompat di depanmu dan menunjukkan pada semua orang di sini sangat senang?"
Putri terdiam beberapa saat karena saat ini ia merasa seperti seorang wanita yang sangat cantik dan berhasil membuat seorang pria muda nan tampan mengincarnya.
'Kamu sangat luar biasa, Putri. Ini bukan seperti sosok Putri yang merupakan ibu rumah tangga dengan dua anak. Di hadapan pria ini, aku seperti terlahir kembali dan menjadi sosok wanita lain yang dipuja oleh pria setampan dia,' gumam Putri yang kini merasa seolah takdir baik sedang berpihak padanya.
Apalagi ia merasa bahwa hari ini adalah hari keberuntungan karena keinginannya tercapai, tetapi tidak ingin merasa senang dulu karena ingin memastikan mengenai pria di hadapannya hanya ingin mempermainkan atau serius.
Sedangkan Arya yang merasa sangat mengagumi sikap wanita yang terlihat sangat keren di hadapannya, kini semakin tertarik untuk mencari tahu tentang semua hal yang berkaitan dengan Putri.
"Kamu bilang sudah tua saat masih secantik ini? Bagaimana masa mudamu jika seperti ini kamu sebut tua. Aku sangat penasaran dengan umurmu, sepertinya harus menjawab pertanyaanmu tadi. Usiaku 24 tahun dan kamu?"
"Wah ... luar biasa! Jika menerima tawaranmu tadi, bukankah aku sangat beruntung karena bisa memiliki kekasih yang lebih muda empat tahun dariku?" Putri kini melihat ekspresi menganga dari mulut Arya yang membuatnya terkekeh geli.
"Iya, usiaku sekarang 28 tahun. Oh ya, setahuku, kebanyakan para pria muda berkencan dengan wanita yang lebih tua itu karena ingin mengincar uang. Perlu kamu tahu, aku bukan wanita karier yang punya banyak tabungan, tapi hanyalah seorang pengangguran."
Refleks Arya mengarahkan sebuah cubitan pada tangan Putri yang berada di atas meja karena tidak terima dengan tuduhan tidak berdasar dan dianggapnya sangat konyol tersebut.
Berada di dekat Putri, ia merasa semakin lama semakin tertarik dan membuatnya merasa seperti menemukan wanita yang diinginkannya.
"Terima hukumanmu karena menuduhku adalah seorang pria yang mengincar harta wanita."
Merasakan nyeri pada tangannya, refleks Putri mengarahkan pukulan pada lengan kekar Arya. "Jangan mencubitku! Astaga, sakit ini!"
Saat pukulan mendarat di lengannya dan sama sekali tidak terasa sakit oleh Arya, kini ia beralih mengusap lembut tangan yang tadi dicubitnya. Seolah sedang menunjukkan penyesalan.
"Maaf. Aku benar-benar sangat kesal karena kamu menuduhku seperti pria materialistis. Malah yang ada, aku sudah dimanfaatkan oleh seorang wanita."
Kini Putri mengerti apa penyebab Arya tertarik padanya dan membuatnya merasa sangat penasaran. "Jadi, ada wanita materialis yang mengincar uangmu? Itu berarti, kamu adalah orang kaya, sehingga ada wanita yang memanfaatkanmu."
Meskipun perkataannya sama saja sedang menampar diri sendiri karena ia berpikir ingin menikah dengan pria yang berasal dari keluarga konglomerat, agar bisa mengubah hidup dari orang miskin dan bisa membeli apapun yang disukai.
Kini, ia menunggu hingga Arya mau menceritakan tentang masa lalu mengenai wanita yang telah menyakiti. Sementara ia belum ingin menceritakan tentang statusnya karena ingin memulai pendekatan terlebih dulu.
"Kamu benar. Wanita sialan itu sudah aku belikan macam-macam, tapi malah menolakku saat kuajak menikah. Kamu tahu alasannya apa?" Arya yang terlihat berapi-api, melihat ekspresi wajah Putri yang langsung menggelengkan kepala dan membuat ia kembali melanjutkan ceritanya.
"Wanita itu lebih menyukai pria dewasa dan mengatakan bahwa aku bukanlah tipenya. Seharusnya dia tidak menerima semua pemberianku jika tidak menyukaiku. Bukankah wanita itu benar-benar bangsat!" sarkas Arya dengan wajah merah padam.
Saat ia membahas Early, selalu merasa marah dan murka karena benar-benar sangat kesal jika mengingat momen itu.
Kini, Putri yang merasa puas karena telah mengetahui penyebab Arya terlihat kesal, kini mengarahkan gelas minumannya yang masih tersisa separuh.
"Minumlah dulu karena aku tidak ingin melihatmu pingsan gara-gara kehilangan ion tubuh setelah berteriak-teriak dan marah-marah, yang pastinya menguras energimu."
Arya yang kini menatap ke arah gelas dengan bekas lipstik tersebut, merasa amarahnya seketika padam hanya dengan perkataan itu. Kini ia tersenyum menyeringai dan berniat untuk menggoda wanita di hadapannya.
"Apa kamu sedang menyuruhku untuk menciummu?" Menunjuk ke arah bekas lipstik di bibir gelas kaca tersebut.
Sementara Putri yang kini masih bersikap sangat tenang, memilih bersedekap dada. "Tenang saja, jika aku ingin, akan secara langsung memintanya. Bukan memintamu mencium gelas."
Berhasil mengejek Arya, Putri yang kini terkekeh geli melihat kenakalan pria muda di hadapannya tersebut, kembali ingin lebih jauh mengetahui apa yang dilakukan setelah ditolak.
"Apa setelah wanita itu menolakmu, kamu meminta barang-barang yang sempat kamu belikan untuknya?"
"Tentu saja," sahut Arya yang kini menuruti perintah dari Putri dengan meminum minuman bekas wanita itu. "Aku meminta semuanya dan menghancurkan tepat di depan matanya."
Refleks Putri bertepuk tangan karena merasa perbuatan Arya sangat keren dan luar biasa.
"Kamu benar-benar sangat keren. Aku pikir, kamu akan menyimpan barang-barangnya. Ternyata kamu malah menghancurkan di depan wanita itu. Aku yakin di dalam hati, wanita itu sedang menangis karena menyayangkan semua barang-barang yang selama ini dimiliki hancur."
"Biarkan saja!" Arya yang merasa dari tadi hanya asyik membicarakan mengenai dirinya, kini berpikir ingin mengetahui tentang wanita itu lebih jauh karena merasa tertarik.
"Sekarang ceritakan padaku mengenai dirimu."
"Sayangnya aku harus pergi," ucap Putri yang kini bangkit berdiri dari posisinya.
Ia yang melihat jam dinding di sudut kiri cafe, menyadari sudah terlalu lama keluar dari rumah. Ia merasa tidak enak pada Ani jika harus menitipkan putranya lama-lama.
"Astaga! Apa maksudmu? Aku belum selesai berbicara!" Arya menahan pergelangan tangan kiri Putri karena benar-benar sangat kesal ditinggalkan saat masih ingin berbincang.
Ia merasa wanita yang ada di hadapannya tersebut sangat cocok dengannya karena bisa mendengarkan apapun yang diceritakan olehnya.
Putri yang kini berdiri menjulang di depan Arya, kini mengulurkan tangannya. "Mana ponselmu?"
"Ponsel?" Arya yang kini langsung mengeluarkan ponsel miliknya dari saku celana, kini menyerahkannya ke atas telapak tangan wanita dengan sudut bibir melengkung ke atas.
"Apa kamu mau memasukkan nomormu?"
Putri yang langsung menekan angka-angka yang merupakan nomornya, kini sudah memencet tombol panggil dan mendengar suara dari dering ponselnya yang berbunyi.
"Ini nomorku dan nomormu sudah masuk ke dalam ponselku. Tenang saja, kita pasti akan bertemu lagi. Oh ya, meskipun kamu punya nomorku, aku tidak akan mengangkat panggilan darimu karena lebih suka menelponmu. Jadi, jangan menghubungiku saat aku belum menghubungimu, oke!"
Putri kini sudah mengarahkan tangannya pada rahang tegas Arya yang masih diam saja seperti kerbau yang dicucuk hidungnya.
"Aku pergi, berondong manisku," ucap Putri yang kini tersenyum semanis mungkin untuk menggoda pria yang usianya jauh lebih muda darinya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments