Perkenalan yang bermula dari ia menjadi tukang ojek dan Putri dulu sering menggunakan jasanya untuk mengantar ke sekolah, hingga membuat Bagus jatuh cinta dan memilih untuk serius karena usianya yang sudah cukup untuk menikah.
Apalagi ia sama sekali tidak berniat untuk bermain-main dengan Putri dan mengungkapkan keinginannya pada keluarga wanita yang sangat dicintainya tersebut untuk segera menikahinya.
Nasib baik ia mendapatkan sambutan baik dan akhirnya disetujui untuk menikahi wanita pujaan hati setelah satu tahun menjalin hubungan.
Sementara itu, saat ini Putri sama sekali tidak berkomentar apapun karena hanya menerima uang belanja dari pria yang sudah terlihat rapi tersebut.
'Uang ini bisa aku gunakan untuk pergi ke salon dan makan enak di cafe. Nanti, aku katakan saja padanya bahwa tadi dompetku dirampok orang saat pergi ke pasar. Tidak mungkin dia akan marah padaku karena sebuah kemalangan yang menimpa istrinya sendiri.'
Saat merasa rencananya sudah sangat matang, Putri yang melihat sang suami tengah mengambil kotak bekal yang tadi disiapkan, ia memilih untuk berlalu pergi tanpa mengucapkan apapun.
Apalagi saat ini, suasana hatinya sedang benar-benar buruk karena setiap kali bercinta dengan sang suami malah membuatnya merasa sangat stress hingga merasa ilfil.
Ia berjalan ke ruangan kamar untuk memeriksa putranya. Sebenarnya ia mempunyai dua anak, tetapi putri sulungnya ikut dengan kakaknya karena kontrakannya terlalu kecil.
Sementara itu, Bagas yang saat ini melihat sikap ketus sang istri, merasa sangat menyesal karena selalu mengecewakan ketika bercinta.
"Maafkan aku, Sayang. Mungkin aku harus membeli obat agar tidak lemah saat bercinta, tapi kata temanku, efeknya tidak baik untuk tubuh karena bisa memicu serangan jantung. Jika aku mati, bagaimana dengan nasib kalian nanti."
Bagus sebenarnya ingin sekali membeli obat untuk menunjang stamina ketika bercinta dengan sang istri, tapi saat mengingat bahaya dari mengkonsumsi obat-obatan tersebut bisa merusak organ dalam, seperti ginjal dan lambung, hingga jantung, membuatnya mengurungkan niat karena masih menyayangi tubuh dan keluarganya.
Pada akhirnya, ia memilih untuk mengorbankan sikap kesal sang istri yang selalu tidak merasa puas padanya.
Bagus kini sudah memasukkan bekal yang disiapkan oleh sang istri ke dalam tas dan berjalan untuk menemui wanita yang sangat dicintai.
"Sayang, aku berangkat kerja dulu," ucap Bagus yang saat ini sudah mencium kening sang istri.
Sementara itu, Putri yang baru saja membereskan pakaian kotor untuk segera dicuci karena tidak mempunyai mesin cuci, hanya mengangguk perlahan tanpa membuka mulut.
Kali ini, ia benar-benar merasa sangat kesal pada sang suami karena kesabarannya telah habis saat melihat kelemahan pria yang dianggapnya seperti kakek-kakek tersebut karena sangat lemah.
'Aku pikir dulu menikah dengan pria yang lebih tua usianya dariku akan membuatku merasa bahagia karena pria dewasa akan selalu mengalah dan pemikirannya dewasa.'
'Berbeda dengan menikah dengan seorang pria yang seumuran atau lebih muda, rawan bertengkar dan selalu mementingkan ego masing-masing.'
'Ternyata pilihanku sama sekali tidak membuatku bahagia. Aku benar-benar bosan hidup miskin dan selalu tidak puas ketika bercinta dengannya.'
Bagus yang baru saja mengecup lembut kening sang istri, kini semakin dibayangi rasa bersalah karena selalu mengecewakan kegiatan intim mereka.
"Sayang, jangan marah. Lain kali, tidak akan seperti tadi. Aku akan mencari cara untuk menyembuhkan diri dari ...." Bagus belum selesai berbicara karena dipotong oleh sang istri.
"Aku mau mencuci baju. Hati-hati saat mengemudi," ucap Putri yang saat ini benar-benar sudah malas untuk berinteraksi dengan pria yang dianggapnya sangat tidak berguna tersebut.
Saat ia berjalan ke arah belakang sambil membawa pakaian kotor, tidak berhenti mengumpat di dalam hati.
'Apa dia pikir aku adalah wanita bodoh yang akan selalu percaya pada semua bualannya? Tidak ada lain kali karena sudah bertahun-tahun dia seperti itu dan benar-benar membuatku stres.'
Putri melemparkan pakaian ke dalam bak besar dan mengusap kasar rambut yang diikatnya ke atas. Tidak ingin rambut yang masih basah menghalangi pandangannya saat mencuci pakaian, ia memilih untuk mengikat ke atas.
Hingga saat ia duduk di kursi kecil untuk mencuci, mendengar suara teriakan dari sang suami.
"Aku berangkat, Sayang."
"Iya!" sahut Putri yang saat ini masih dengan wajah masam karena merasa pekerjaan rumah tidak kunjung habis dari pagi hingga malam hari.
"Seandainya aku menikah dengan pria kaya, tidak mungkin mencuci pakaian dengan tangan seperti ini. Ada pelayan yang melakukan semuanya. Sampai kapan aku hidup miskin bersama pria lemah itu?"
Putri yang terlihat baru saja menaruh sabun cuci ke dalam bak besar dan memberinya air, kini tengah sibuk membayangkan untuk mencari seorang selingkuhan pria dari keluarga konglomerat.
"Lebih baik aku pergi ke cafe terkenal di Jakarta yang sering dikunjungi para anak muda dari keluarga kaya raya. Siapa tahu bisa dapat kenalan dan tertarik padaku. Untuk itu, aku harus pergi ke salon dulu agar penampilanku tidak terlihat kusam."
"Nasib baik, aku punya dress yang cukup bagus. Lumayan nanti bisa kupakai karena saat membeli dress itu dulu saat ada diskon di Mall dan dibelikan oleh kakakku. Meskipun tidak pernah kupakai karena setiap hari hanya di rumah saja memakai pakaian ala ibu rumah tangga yang disebut daster ini."
Merasa sangat bersemangat untuk pergi ke salon dan cafe, Putri buru-buru mencuci pakaian karena jika putranya bangun, ia akan bertambah sibuk mengurusnya.
Apalagi putranya sangat manja dan tidak mau ditinggal untuk mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga ia selalu membereskan rumah saat putranya masih tidur.
"Sepertinya nanti aku harus membelikan banyak jajanan untuk putraku agar diam dan tidak menangis ketika dititipkan di tetangga. Baru kali ini aku mau menitipkan putraku, semoga tetangga mau menjaganya. Pasti mau karena aku membayarnya. Di dunia ini, apa yang tidak bisa dilakukan tanpa uang, tidak ada."
Setengah jam kemudian, Putri yang baru saja selesai menjemur pakaian di samping kanan rumah kontrakannya, kebetulan melihat tetangga sebelah yang niatnya ingin diminta bantuan.
"Kebetulan sekali, ada yang ingin aku katakan padamu, Ani," ucap Putri yang kini berjalan menghampiri wanita seumuran dengannya tengah menyapu area samping rumah.
"Ada apa, Putri?" sahut Ani yang kini menghentikan kegiatannya.
"Aku ingin menitipkan putraku padamu karena ada urusan penting dan tidak bisa mengajaknya. Kamu bisa, kan? Bukankah putramu sekolah dan pulang siang hari?" Putri menatap ekspresi wanita di balik pagar rendah tersebut.
'Semoga dia mau karena aku tidak tahu harus menitipkan pada siapa lagi nanti saat pergi.' gumam Putri yang masih menunggu jawaban dari Ani.
Hingga wajahnya seketika berbinar begitu mendengar jawaban dari wanita itu.
"Bawa saja ke rumahku. Aku malah senang karena ada yang menemaniku di rumah. Apalagi setelah suami berangkat kerja, anak ke sekolah, hanya sendirian di rumah. Aku mau bersih-bersih rumah dulu, biar nanti saat putramu di sini, aku sudah selesai." Ani melambaikan tangan pada Putri sebelum beranjak pergi.
Sementara itu, Putri yang merasa telah sukses rencananya, terlihat berbinar dan sangat bersemangat hari ini.
Buru-buru ia masuk ke dalam rumah dan melanjutkan kegiatannya untuk menyapu. Sebelum berangkat, ia ingin pekerjaan rumah beres dan ia tidak akan terbebani saat pergi nanti karena hanya ingin fokus bersenang-senang.
"Saatnya bersenang-senang dan nikmati hidupmu, Putri. Kau perlu refreshing untuk menenangkan diri dan menyembuhkan kekesalanmu pada suamimu yang tidak berguna itu."
"Sial sekali aku karena menikah dengan pria lemah dan tua itu," rengut Putri yang kini sudah terlihat memegang sapu di tangan kanannya.
"Semoga aku nanti bisa bertemu dengan berondong tajir yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Atau bertemu seorang CEO perusahaan besar yang tergila-gila pada kecantikanku. Rasanya sangat disayangkan jika kecantikan ini sama sekali tidak dimanfaatkan," ucap Putri yang terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri yang dianggapnya sangat konyol.
Ia kini menepuk jidatnya berkali-kali karena menyadari kebodohannya. "Aku benar-benar sangat gila! Gara-gara tidak puas saat bercinta, membuatku bisa segila ini," umpat Putri yang saat ini memijat pelipisnya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Berlian Anggrainy 💜
ckckck... sampek sini greget jg 😆😅
2022-10-11
0
Ganuwa Gunawan
tidak rhoma...
aku sibuk.. nti saja kita ngerumpi nya
2022-09-30
0