Dorin Tanea
Lagi. Entah ke berapa kalinya dengan ini. Tapi, aku masih saja mengatakan hal konyol pada lelaki yang singgah di
hati. Sangat sesak rasanya jika dipendam. Mungkin kepercayaan diri yang cukup tinggi membuatku melakukan hal itu. Salahkah jika perempuan menembak kaum adam duluan?
“Aku menyukaimu.” Kata-kata itu spontan keluar dari mulutku sembari memberikan kotak berukuran sedang. Cowok itu benar-benar memikat hati. Aku tak sanggup menahan lagi untuk tidak menembaknya.
Pria blesteran Jepang, berkulit putih dan bertubuh tinggi itu menatapku datar. Kemudian menaikkan salah satu sudut bibirnya ke atas. “Terima kasih,” ucapnya sambil mengambil kotak yang ada di tanganku. Dan membisikkan sesuatu.
“Kenapa ... kenapa!?” Mataku memerah—membendung—mau pecah. Semua mata tertuju ke arahku. Bisik-bisik terdengar—makin gaduh.
“Dasar tak tahu diri ... tak bercermin ....”
Kata-kata itu membuat tubuhku semakin lemas. Padangan mereka seakan meremehkan, menginjak-injak harga diriku.
“Kasihan, Miss Ball ditolak lagi. Hahaha ...,” sorak mereka.
Tidak bolehkah wanita sepertiku jatuh cinta? Kenapa mereka memperlakukanku seperti sampah? Menjadikanku bahan ejekan.
Di mata mereka, aku bagaikan seorang ‘putri buruk rupa’ mendambakan seorang pangeran. Ya, hanya sebuah dongeng. Dongeng yang tak pernah menjadi kenyataan. Fatamorgana membuatku buta fakta.
Sadar. Aku tidak secantik Karissa, gadis populer di sekolah ini. Dia adalah sahabatku. Tubuhnya langsing bak biola. Kulitnya putih mulus bersinar, bagai sang dewi turun dari langit. Kau tahu? Rissa-lah yang mengenalkanku pada lelaki itu, lokal delapan-tiga. Kelas sebelah.
“Menyedihkan! Hahaha ..., kau dengar tadi? Miss Ball nembak Shiro.”
“Hei! Kalian tidak boleh seperti itu. Bagaimanapun juga, Dorin teman kita.”
Ternyata gosip itu menyebar dengan cepat. Aku berjalan melewati koridor sekolah. Tersenyum hambar. Menelan pahit kenyataan. Bukan hanya cantik, tapi Karissa juga baik. Tidak memandang seseorang dari penampilan luar. Aku mengagumi gadis itu dari kelas tujuh sampai sekarang.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Rissa menghampiri.
Aku mengangguk lemah. Menatap Rissa sekilas kemudian kembali menatap ke bawah sembari melangkah menuju kelas. Aku benar-benar terlihat menyedihkan dan memalukan.
Terkadang, aku pernah berpikir untuk menjadi seperti dirinya. Bertubuh langsing dan dikagumi para cowok-cowok
tampan.
“Dorin, bersemangatlah! Shiro bukan satu-satunya lelaki di dunia ini,” kata-katanya berusaha menyemangati sambil
melangkah di sampingku.
Aku tersenyum teduh. Ya, Rissa memang benar. Shiro—si kucing itu, dia pikir dialah satu-satunya cowok terkeren di dunia ini, ha? Lebih banyak yang lebih keren daripada dia. Tu-tunggu, sepertinya bulan lalu, aku juga pernah berpikiran seperti ini.
“Dorin!” Rissa mengambil cokelat yang ada di tanganku. Tingkat stres lumayan tinggi membuat mulutku tak berhenti makan. Entahlah. Tapi, aku belum merasa kenyang. Ingin makan lagi dan lagi.
“Rissa, kembalikan!” Rebutku menjangkau tangan sahabatku itu, dia mengangkatnya tinggi-tinggi. Memindahkan dengan licah dari tangan satu ke tangan lainnya. Aku sungguh kehabisan napas dengan berat badan yang super wow karena melompat untuk meraih benda itu. Entahlah, mungkin kau akan berpikir ini bukan lompatan mengingat hanya tubuhku saja yang bergoyang, kedua kakiku masih menapak di tanah. Sial! Terkadang kelebihan berat badan sangat menjengkelkan.
Menyebalkan. Gadis itu kabur, berlari menghindariku. Mengelilingi kelas. Dengan berat badan segini, aku tak sanggup mengejarnya. Badannya yang langsing terlihat seperti kapas, terbang ke sana ke mari. Membuatku semakin iri.
Napasku tersengal-sengal sambil menyentuh meja, menahan tubuhku agar tetap bisa berdiri kokoh.
“Maaf.” Gadis itu mengembalikan cokelatku. Mungkin dia merasa kasihan melihat tampangku yang hampir mati karena seperti kehilangan obat candu. Aku cemberut sembari mengambil benda kesukaanku itu. Ya, aku tahu niat Rissa baik. Dia selalu bilang, ‘kalau kamu mau kurus, jaga pola makanmu, Dorin!’.
***
Aku memonyongkan bibir, mungkin tak terlalu jelas runcingnya karena bibirku yang kecil tenggelam oleh pipi yang bulat seperti bakpao. Kembali kumasukkan cermin kecil ke dalam saku rok. Mataku menatap lurus pada pintu kelas. Laki-laki tinggi berkulit sawo matang berambut cepak memasuki kelas.
“Apa lo ditolak lagi, Miss Ball?!” teriaknya hingga semua mata tertuju ke arahku kembali. Sial! Aku tahu Shiro sekelas dengannya. Aku juga pernah menembak cowok itu di kelas tujuh dulu.
“Bukan urusanmu!” Aku mengigit wafer dengan kasar sambil meraba-raba ke kolong meja. Kehadiran Fandy mungkin akan membuatku semakin stres.
Syukurlah, persediaan masih ada. Senyumku masih menemukan dua bungkus wafer di kolong meja.
“Fan, sudahlah,” keluh Rissa kasihan melihatku.
“Baiklah honey,” colek cowok itu pada dagu Rissa.
Dulu, aku sempat terkejut dan marah. Tepatnya setahun lalu setelah ditolak Fandy. Sehari kemudian, itu cowok telah jadian dengan Karissa, sahabatku. Tiga hari dua malam memikirkan ... kenapa sahabat sendiri mengkhianatiku?
Berubah? Tentu saja sikapku berubah drastis padanya. Kau tahu? Rissa membuntutiku ke mana pergi. Menanyai apa yang terjadi.
Tak bergeming. Aku terus melarikan diri ketika bertemu dengannya. Dan dia pun datang ke rumah, menjelaskan semua, bahwasanya dia tidak tahu apa-apa kalau kita menyukai orang yang sama. Lebih tepatnya, aku menyukai Fandy semenjak Sekola Dasar. Karissa bilang, dia akan putus dengan Fandy jika diriku bisa memaafkannya. Dan kembali seperti dulu, menjadi sahabat terbaiknya. Tidak. aku tidak tega merusak kebahagiaan gadis sebaik Rissa. Sekarang aku tahu, wajar saja Fandy memilih Rissa dijadikan pacar. Toh, kenyataannya dia begitu sempurna. Baik dalam hal fisik maupun hati.
“Dor yang sabar, yah!” Cowok itu menepuk bahuku cukup keras. Terdengar seperti pukulan gendang. Kemudian dia terkekeh.
Aku mengangguk pelan setelah terbangun dari lamunan sesaat. Dari dulu aku sudah sabar, Fan!
Aku melirik Rissa yang mencubit perut Fandy dengan kesal.
“Aa-aahh, my honey, sakit tahu!” rengek Fandy manja membalas cubitan Rissa di hidung. Tuh anak sok unyu banget. Jujur, memang unyu sih. Makanya aku suka dia dari dulu.
Sial! Umpatku dalam hati. Mereka malah mesra-mesraan di depanku. Mereka lupa apa aku baru saja patah hati?
“Haaah ....” Aku membuang napas, melihat kekanakannya mereka. Bukan berarti sikapku sudah dewasa. Di rumah, aku sangat dimanja. Bahkan sangat, sangat, dan sangat.
“Miss Ball, maaf, ya!” elus Fandy merasa bersalah melihat bahuku yang masih kuelus.
Kembali termenung. Menatap kosong ke papan tulis. Aku sudah memaafkan Fandy juga. Sudah lama. Tidak mungkin aku musuhan dengan pacar sahabatku. Meski terkadang ngeselin minta ampun, sama seperti teman selokalnya, Vino Virgo.
***
Aku merenung diri di toilet sekolah. Duduk di kloset. Jam pelajaran terakhir masih berlanjut. Hanya menunggu detik-detik pulang. Di kelas sangat membosankan apalagi disuruh bikin tugas. Yang ada, anak-anak pada ribut, ngecontek, main, dan berlarian dalam kelas, melempar diriku dengan remukkan kertas, dan pada menggosip ...
“Coba lu terka, si Dorin ukurannya berapa?” gosip anak cowok duduk di pojok bagian belakang yang suaranya bisa kedengaran. Kemudian mereka tertawa serempak.
Kampret bangat nih, lokal. Gak bisa liat aku tenang bentar apa? Baru diputusin juga! Gerutuku dalam hati mengumpat mereka satu per satu.
Aku menendang meja lalu keluar kelas. Dan di sinilah diriku sekarang. Menenangkan diri di dalam toilet.
Prooot!
Prooot!
Spontan aku menutup hidung. Berdecak kesal, “Siapa sih, ngebom segitu amat?!” Lirikku pada dinding sebelah kiri. Asal muasal suara itu. Aku pikir di sini tempat yang tenang dan damai. Ternyata ...
“Iuuhh, Miss Ball, lu boker apa ngebom sekolah kita? Hahaha,” celetuk sekelompok cewek melihatku barusan keluar dari tempat perenungan.
“Bu-bukan aku, dia tuh!” tunjukku pada gadis yang barusan keluar.
“Enak aja lo!” sangkalnya. Tapi wajahnya memerah.
“Alesan ajo lu Miss Ball!”
Sekumpulan cewek itu lebih percaya pada gadis ramping itu daripada diriku, hikhs. Asal kalian tahu, berbadan besar kentutnya belum tentu besar juga. Percuma saja memberi penjelasan, aku tetap disalahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
misi
2022-09-11
1
Jeje
:( sedih dah baca satu part
mpir ke.pelet janda
2021-10-07
1
Shinya Gou
Aku dikasih misi rekaman untuk novel ini, dan tulisannya cakep banget! Gak ada saltik, enak mataku bacanya 😍
2021-03-17
1