Episode 2

Namaku Dorin Tanea, empat belas tahun, kelas delapan, semester dua. Miss Ball atau Miss Bulat. Panggilan anak-anak di sekolah. Biasa. Tak ambil hati, karena sudah terbiasa dengan kata-kata itu karena memang kenyataannya, semua badanku ditutupi lemak. Dan, persis seperti bola.

Terkadang, aku juga marah. Selain dipanggil Miss Ball, cowok-cowok yang usil di sekolah memanggilku gorila atau kingkong. Perkataan mereka menyayat hati, terlebih lagi Vino. Tidak terima, aku menancapkan ujung pena di telapak tangannya. Saking kesalnya dibilang anak pungut. Berdarah? Tentu saja. Dia berteriak kesakitan. Gegara itulah aku di skor selama tiga hari.

Vino Virgo. Tetangga sebelah. Cowok super ngeselin. Untung gak sekelas. Hah, bagaikan neraka jika bertemu

dengannya. Tidak di sekolah, di rumah, dia selalu mengejekku. Apalagi jendela kamar kami saling berhadapan. Sama-sama di lantai dua.

***

Satu hari yang lalu di sekolah ...

Sekelompok pemuda tampan duduk di depan kelas, Shiro, Fandy, dan juga Vino. Mereka tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang diceritakan. Wajah Shiro yang putih memerah sampai ke telinga. Dia tidak berhenti tertawa sembari memegang perut dan memukul paha.

“Vangke lu!” teriak Shiro membungkam mulut Vino.

Aku mencuri-curi pandang ke arah mereka. Dua di antaranya pernah aku tembak dan ditolak di tempat. Ngenes, bukan?

Setelah dipikir-pikir dan dihitung, mungkin sudah sepuluh orang cowok yang kutembak dari kelas tujuh dulu hingga sekarang, menginjak kelas delapan. Ditolak

semua. Mungkin, aku bisa masuk rekor muri. Menembak cowok dan ditolak di tempat. Benar-benar sad-moment.

Vino? Tidak! Aku tidak suka dengannya. Lagi pula aku tidak tertarik menembak itu cowok. Cakep sih, tapi gak ada feeling ke dia. Jujur, benci banget sama itu bocah satu. Dia memanggilku kingkong, kalau gak gorila. Nyesek apa coba dikatain kek gitu.

“Ada gorila lepas, tuh!”

Aku membalikkan badan. Ngernyitin alis. Memang super kampret nih, bocah satu.

Dua temannya lain tertawa. Feeling-ku mengatakan, sedari tadi mereka pasti membicarakan diriku. Apalagi dua hari lalu aku nembak Shiro. Gosip masih panas berembus. Gegara Vino, aku dibilang kingkong jones sama anak-anak.

“Apa lu?” Kakiku melangkah ke arah mereka.

“Kong, andaikan lu kek emak lu. Pasti

banyak yang naksir. Gak jones lagi, hahaha,” kekeh Vino memegang perut dengan tangan kanan.

Aku melirik Fandy yang menyikut Vino yang mungkin mengisyaratkan ‘Vin udah brenti, kasihan. Ntar gue dilapor ke my honey’.

“Apaan sih lu, Fan. Emang emaknya cantik, bohay lagi,” ucap Vino menoleh ke Fandy. Kemudian kembali menatapku. “Jangan-jangan lu anak pungut ya, Kong?” sambungnya membuatku mendidih.

Shiro diam menatapku, begitu juga Fandy. Aku tahu dia takut sama Rissa. Kalau ketahuan gangguin aku, bisa-bisa Fandy dibegal ceweknya.

Vino benar-benar sudah keterlaluan bercandanya—kelewat batas. Geram, aku mengeluarkan pena dari saku baju. Membuka tutupnya dengan mulut. Fiuhh, melempar tutup pena—mengenai hidung Shiro yang mancung. Salah target, gumamku dalam hati. Padahal berharap yang kena Si Fandy.

Aku kembali menatap Vino garang. Mengangkat tangan—menggenggam pena erat. Seolah-olah itu adalah pisau. Aku menancapkan ujung pena pada telapak tangannya. Dia berteriak histeris. Niatnya sih, ingin menancapkan pada bola matanya, tapi itu terlalu ekstrim. Tidak berani. Hanya ada dalam pikiranku saja.

Oh! Anak baik sepertiku ternoda oleh cowok ini. Dulunya aku tidak bar-bar seperti ini. Pendiam, menerima olokan mereka dengan mulut bungkam. Sesuai perkembangan zaman yang di kelilingi makhluk-makhluk bejat. Aku mulai berubah. Mana ada orang yang selalu tahan dengan tekanan, cemooh, dan hinaan. Anak kucing pun mempunyai kuku untuk mencakar, anak harimau pun mempunyai taring untuk menggigit.

Kembali ke masa sekarang. Mengingat trio serigala membuatku semakin stres. Aku bangkit dari tempat tidur. Menatap diri di cermin. Begitu banyak lemak yang menempel rata di permukaan tubuh.

Kalau loe dah kurus, loe boleh nembak gue lagi.  

Aku tercenung. Bisikan Shiro masih terngiang.

“Dorin, makan dulu,” kata Mama memasuki kamarku sembari membawa nampan.

Terpaksa. Karena takut Mama marah, hari ini aku pura-pura sakit. Tapi, Mama meragukanku, dia bilang badanku tidak panas. Aku pura-pura batuk, lemas, berakting meyakinkan. Akhirnya hari ini diizinkan tidak pergi sekolah.

Hmmm, entahlah dengan Vino. Kalau dia beritahu mamanya insiden kemarin, bisa gawat. Leherku bisa dibegal. Berharap Tante Mona, mamanya Vino gak marah sama aku.

“Uhuk ... uhuk! Ya, Ma. Tarok aja di sana,” ucapku lemas kembali ke ranjang.

“Tadi Mama ke rumah Tante Mona.”

Dug!

Dadaku mendesir.

Apa Mama bertemu Vino? Apa dia beritahu sebenarnya? Masa sih? Kalau iya, pasti

wajah Mama udah berubah.

“Terus?” tanyaku penasaran.

“Makanan ini, Tante Mona yang ngasih. Katanya, moga Dorin cepet sembuh”

Aku tersenyum. Tante Mona memang baik, beda jauh sama anaknya yang resek. “Tenang Ma. Nih, makanan bakalan Dorin habisin semuanya.”

“Oh ya?” Mama membalikkan badan—menatapku. “Rin, kamu tahu dengan Vino? Tadi Mama liat tangannya

diperban.”

“Ohok!” Keselek.

Segera Mama membantuku mengambilkan minuman. “Hati-hati makannya,” ujarnya mengusap punggungku.

“Gak, Rin gak tahu.”

Hah, syukurlah itu bocah gak mengadu ama nyokapnya. Awas saja kalau sampai. Aku akan

berbuat lebih kejam lagi dari itu.

***

Sepuluh kali nembak, sepuluh kali ditolak, dan sepuluh kali rasanya ditusuk. Di sini, tepat di jantung. Tipe yang mudah jatuh cinta, begitulah diriku. Move on palingan cepat cuma satu bulan. Paling lama dua bulan. Itu pun sama Fandy oneng.

Aku mulai berani menyatakan cinta saat menduduki kelas tujuh. Apa puberitasku over dosis seperti badanku ini?

Aku orangnya percaya diri atau *****, sih? Entahlah. Mungkin bisa dibilang jujur kali, ya. Jujur dengan perasaan

sendiri. Aku orangnya tidak bisa memendam perasaan suka terlalu lama. Semakin dipendam semakin ingin mengatakan. Bukannya tidak tahu diri dengan kondisiku. Aku tidak ingin merana, kejujuran lebih baik ketimbang menyiksa diri.

Kau pernah mendengar kata-kata ini? Menyukai seseorang bagaikan berjalan di atas duri. Sakit menginjaknya. Setelah mengutarakan, bagaikan mencabut duri di kaki. Lega, meski tetap perih karena kau ditolak.

Aku orangnya juga tidak ambil pusing. Kalau ditolak, ya sudah. Paling merenungi diri di bawah selimut atau toilet.

Sekarang ini, sulit mencari seseorang yang tulus. Menerima apa adanya. Dan aku juga termasuk orang yang mudah jatuh cinta. Tapi ... cinta pertamaku adalah Fandy. Aku masih sulit melupakannya. Masih berdebar-debar tiap kali ia menepuk lenganku kek gendang.

“Mam,” panggilku merebahkan diri di sofa ruang tengah. “Rin boleh tanya?”

“Tentu,” balas Mama masih asyik merangkai bunga plastik. Itu adalah hobinya sambil bersenandung kecil.

“Sewaktu Mama dan Papa belum jadian, sapa yang nembak duluan?”

“Mama,” ujarnya tersipu malu.

Tidak mengherankan lagi kenapa aku seperti ini. Ternyata gen Mama lebih dominan di dalam tubuhku. Dan sifatku pun  juga merupakan keturunan dari Mama.

Kini Mama tersenyum. “Waktu itu papamu sangat terkejut saat mama tembak, hahaha.”

Aku menyatukan alis.

“Habisnya, papamu gak nyangka, seorang gadis populer seperti mama nembak kutu buku seperti papamu.”

“Apa yang Mama suka dari Papa?”

“Menurut mama, papamu itu lucu. Pipinya tembem kek bakpao, kek kamu, Rin. Bikin gemes tau gak, hahaha.”

“Dulu Papa gendut?”

Mama mengangguk pelan. Tapi matanya tidak fokus menatapku. Wanita itu masih asyik dengan dunianya, mungkin memori bersama Papa masih bermain dalam otaknya.

“Kamu tau, Rin. Seumur-umur mama tidak pernah ditolak cowok. Tapi, waktu itu papamu sempat nolak Mama, loh.”

Aku melongo. “Kenapa? Mama kan cantik!”

“Heru bilang, dia gak mau pacaran ama wanita murahan kek mama.”

Hah, murahan? Murahan gimana? Aku makin melongo tak mengerti.

“Kok gitu sih, Ma?”

“Iya. Dulu pacar mama banyak. Tiap bulan ganti mulu, habisnya mama kesel. Siapa juga yang mau dipegang-pegang. Yaudah, Mama putusin aja dan cari yang baru, hahaha,” jelas Mama membuatku merinding bersamaan dengan tawanya.

Kalau gak mau di touch ngapain pacaran?

Kenapa rasanya jleb banget, ya? Apa ini karma? Aku menyipitkan mata  melihat Mama yang masih tersenyum gaje. Bener pepatah bilang, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Mama nembak orang sebulan sekali, lah aku? Ditolak~~~~ tiap bulannya. Ah, benar kampret momen.

“Rin, hari ini mama masak masakan kesukaanmu, loh!” seru Mama beranjak ke ruang makan.

“Semua masakan Mama bikin adalah makanan kesukaanku!” teriakku di ruang tengah.

Aku bangkit. Menyandarkan punggung di sofa. Kakiku asyik menjangkau remot TV yang ada di meja. Malasnya bergerak. Mungkin inilah yang membuat badanku semakin bengkak.  Ditambah dengan masakan Mama yang super enak. Ya, dulu Mama adalah seorang chef di restoran terkenal. Karena sudah menikah dan punya anak, Mama memutuskan berdiam diri di rumah besar ini. Meski ada pembantu, Mama tetap memasak untuk keluarganya. Itulah yang so sweet dari wanita itu. Aku tahu sekarang, inilah yang membuat Papa sangat mencintai

Mama.

“Ma, apa aku bisa kek Papa?”

“Tentu, kan kamu mirip dengan papamu. Pintar dan bikin gemes,” ucap Mama meletakkan makanan siangku di atas meja.

“Bukan itu. Apa aku bisa kurus kek Papa?” tanyaku sembari memonyongkan mulut. Entahlah, apa pucuk bibirku ikut meruncing atau tidak karena mengingat pipiku yang bulat.

Mama tertawa kecil. Kemudian membelai rambut panjangku yang berwarna cokelat. “Mama suka Dorin apa adanya.” Kecup Mama pada pucuk kepalaku.

Terpopuler

Comments

Shinya Gou

Shinya Gou

Anak cowok bandel, suka ngatain orang, emang masa2 SD-SMP, jadi nostalgia 😄 Anak kek Vino tak pengin....

2021-03-17

1

R.F

R.F

semangat up. 2like + rate 5. like balik ya

Istriku mantanku
Terpaksa menikahinya

2021-01-07

1

Anggita Azwina

Anggita Azwina

rate 5 dan like.... mampir di karya ku juga ya thor. gadis bermata bening itu istriku menunggu mu

2021-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!