Episode 18

"Bodoh, bodoh!" gumamku membenamkan wajah ke dalam bantal empukku sembari mengentakkan kedua kakiku secara bergantian. Saat ini posisiku menelungkup. Sesak. Aku mengangkat kepala untuk menghirup napas.

Bodoh, Rin! Kenapa kamu mencari gara-gara sama kedua orang yang memiliki nama di sekolah? Friska dan juga Devin.

Terdengar suara telepon genggamku melantunkan lagu opening One Piece. Siapa yang menelepon? gumamku dalam hati. Karena Ela maupun Nora belum tahu nomorku.

Aku menatap nama yang tertera. Meka? Tumben dia menelepon. Apa dia kangen padaku?

Aku pun mengangkatnya. "Hallo?" Tidak ada suara, namun detiknya masih berjalan. Dua detik kemudian sambungan terputus.

Aku mendengkus. Meka menelepon kembali dan aku pun mengangkatnya. "Ada apa--uh! Nih, anak!" Lagi-lagi sepupuku itu mematikan sambungan teleponnya. "Apa maumu sebenarnya?" gumamku kesal.

Terpaksa diriku menelepon balik. Meka mengangkatnya dengan cepat. Terdengar suara kekehan di sana. "Dasar pelit!" tetiakku mengingat Meka tidak mau mengeluarkan sedikit pulsa untuk menelepon. "Ada apa, kangen?"

"Gue bosan aja."

"Terus kamu ganggu aku gitu?"

Meka tertawa lagi. Kejahilannya memang bikin minta ampun. "Apa-an sih, Mek? Kalo nggak ada perlu aku matiin, nih!" ancamku.

"Gimana sekolah tempat lo, Ntong? Seru nggak?" tanya Meka membuatku kesal dengan panggilan itu.

"Panggil gentong lagi, aku matiin, nih!"

"Maaf, maaf."

"Yaaah, lumayanlah. Di sini tidak terlalu buruk." Hanya saja, aku tidak menyukai orang-orang yang pernah kutemui.

"Kalo di sini gue bosan, nggak ada cewek di kelas gue."

Bodo amat! gumamku dalam hati.

"Siapa suruh masuk SMK!"

"Gue mau pindah ke tempat lo aja, Ntong, eh, maksud gue Rin."

Aku berdecih. "Bibi nggak bakalan ngizinin kamu, Mek. Kamu kan, anak mami, hahaha."

"Hum, seneng ya, lo ngatain gue. Kalo gue tiba di sana awas aja!" Ancamnya, tanpa dia berbicara lebih panjang lebar lagi, aku memutuskan sambungan teleponnya. Aku sudah bisa membayangkan sekarang ini cowok itu lagi mete-mete tidak jelas.

Aku tahu Meka hanya bercanda. Mana mungkin dia akan pindah ke sini.

"Rin!" Mama memanggil dari luar kamarku--pintu terbuka, mungkin mama membukanya pintu itu dengan sikunya, sedangkan tangannya yang tak sakit memegang sebuah mangkok yang berisikan sup daging. Asapnya masih mengepul di uara. "Bisa anterin ini ke tempat Vino?"

Aku tidak bisa merengek sembari menolak permintaan mama. Melihat tangan mama yang masih diperban, aku tidak tega juga membiarkannya mengantarkan makanan itu pada Vino.

"Baiklah," kataku bangkit dari tempat tidur dan segera mengambil mangkuk yang beralaskan piring kecil itu dari tangan mama.

Mama tersenyum kemudian mengusap pucuk kepalaku. "Terima kasih, Rin. Mama nggak mau Vino beli makan di luar terus. Nggak sehat."

Aku mengangguk pelan. Orang tua Vino masih di kampung. Kudengar neneknya sakit, jadi belum bisa balik ke sini.

Peralahan diriku menuruni anak tangga, takut supnya tumpah. Ini masih panas. Si mama, kenapa tidak menaruh supnya dulu di atas meja? Baru memanggilku.

Dan, aku akan menolak mengantarkannya. Bukankah itu yang ada di pikiran mama?

Aku sudah sampai di pagar Vino. Menghela napas sesaat. Tanpa permisi sedikit pun, aku membukapagar karena tidak digembok. Itu tandanya, silakan masuk, Dorin.

"Vin, Vino!" panggilku sembari mengetuk pintu rumahnya karena tidak ada bel, baik di depan pagar maupun di dekat pintu masuk rumah. "Apa tu anak masih hidup?" Aku meletakkan sup itu di atas meja kecil yang ada di sampingku, berpikir untuk menggedor pintu kuat-kuat. Ini sudah jam enam sore, bisa jadi cowok itu masih tidur atau aku lempar saja kerikil ke jendela kamarnya, pikirku mengingat masa lalu.

"Vin--"

Gerakanku tertahan. Pintu terbuka. Tampak Vino sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk putih kecil dengan tangan kanan, sedangkan tangan satunya masih memegang gagang pintu.

Oh tidak, sempat-sempatnya aku berpikir cowok habis mandi itu terlihat seksi. Untung saja dia tidak memamerkan dadanya yang bidang.

"Rin?" Meski tatapannya datar, tapi dari nada suaranya terdengar keterkejutan atas kedatanganku.

Dorin, sadar!

Oke, aku ingin memukul kepalaku sekarang juga agar tersadar. Kenapa cowok menyebalkan seperti Vino bisa memesona seperti ini?

"Oh ...," Aku teringat dengan sup yang kubawa lalu mengambilnya di atas meja. "Mama menyuruhku mengantarkan ini untukmu."

Vino mengambilnya, namun gerakanku tertahan saat menarik tangan kembali. Kulit kami bersentuhan, ada rasa sentruman kecil menggelitik hingga menggetarkan dada.

"Peganglah dengan benar!" kataku dengan sedikit nada meninggi. Aku ingin segera pergi dari hadapannya, entah sihir apa yang dia pakai hingga membuat diriku tak mau lepas memandangi wajah tampannya itu.

Bodoh. Baru saja aku berpikir dia tampan? Hah, kenyataannya memang begitu.

...***...

Saat memasuki gerbang sekolah, seakan aku mengulangi masa lalu. Lagi. Tatapan itu tak pernah kulupakan. Tatapan mengintimidasi. Alarm di kepalaku berbunyi seakan memperingatkan sesuatu yang buruk terjadi, tapi aku tidak tahu apa itu.

Apa yang mereka bicarakan? Mereka bisik-bisik sembari melirikku dengan ujung ekor mata mereka.

Aku masih menahan diri untuk tetap berjalan menuju kelas. Sebelum menaiki tangga, kumelihat banyak orang berkumpul di papan mading.

"Hai, Dor-Dor!" sapa Ela seperti biasanya. Tatapannya masih sama, kurasa dia belum tahu apa permasalahan yang terjadi padaku, percuma juga aku bertanya pada gadis itu. "Apa itu benar, Dor-Dor?"

Keningku mengernyit. "Maksudmu?"

"Katanya Dor-Dor operasi plastik dan sedot lemak," jawab Ela membuatku terkejut. Siapa yang membuat gosip gila seperti itu. "Eh, Dor-Dor mau ke mana?"

Aku tahu Ela mengikutiku dari belakang, mungkin gadis itu berjalan setengah berlari mengejarku.

Tanganku terkepal erat memasuki kerumunan. Rahangku mengeras melihat foto-foto lamaku terpampang di papan mading. Kumerasakan telapak tanganku dingin, mungkin basah oleh keringat.

Kesal. Aku pun mencabut foto-foto itu dan meremukkannya. Dadaku terasa panas. Tatapan mereka ... aku membencinya!

......***......

Terpopuler

Comments

Nimranah AB

Nimranah AB

🤔🤔🤔🤔

2021-05-25

0

Rozh

Rozh

Malam Thor👋

semangat ya💪

Mampir di novel terbaru ku juga ya,💖Suami dadakan💖

Salam dari kisah danau hijau buatan kakek 👋🙏

2020-08-25

0

Maria W.H

Maria W.H

hai aku sudah mampir dan ceritanya seru...lanjutkan ya ka...mampir dan baca juga karyaku jangan lupa untuk like dan komentarnya ya...

2020-07-31

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!