Mulutku mengangga, menatap lelaki berkulit sawo matang berdiri di depanku. Matanya agak sipit. Rambut ala cowok korea. Menutupi satu mata dengan poni. Bentar lagi juga dipotong itu rambut. Siap-siap aja kena razia.
“Rin, aku serius suka sama kamu, apa kamu mau jadi pacarku?”
Mataku tak berkedip melihat cowok ganteng itu. Baru kali ini diriku ditembak. Biasanya akulah yang menyatakan cinta duluan. Apa ini mimpi?
“Ke-kenapa kamu suka padaku?” tanyaku penasaran. Oh, seperti inikah rasanya jika ditembak? Apa dulu Papa juga merasakan hal ini saat ditembak Mama? Rasanya aneh gimana gitu.
“Tidak perlu berbagai alasan untuk mencintai seseorang yang kita suka,” jelasnya menyentuh bahuku.
Namanya Dino Putra, kelas sebelah. Aku ingat, kelas tujuh dulu, kami pernah sekelas. Tidak begitu akrab juga sih. Entah kenapa, sekarang ini dia menyatakan cinta padaku. Apa jangan-jangan selama ini Dino memperhatikan diriku? Bisa sajakan dia memperhatikanku secara diam. So sweet banget.
Wajahku terasa panas. Suhu bumi serasa menaik drastis. Apa ozon semakin menipis? Oh, apa ditembak rasanya seperti ini? Tidak salahkan aku menerima cowok tampan ini, kan? Langka loh, kejadian seperti ini. Kata orang, ‘lebih baik dicintai daripada mencintai seseorang yang tidak mencintai kita’.
Nah, sebaiknya nasehat itu kupergunakan sekarang. Mungkin lambat laun aku bisa menyukai Dino sepenuh hati, bukan hanya dari tampangnya doang. Lagipula diriku mudah mencintai seseorang apalagi orang itu baik.
“Bagaimana? Apa kamu menerimaku?”
Aku menunduk dan mengangguk pelan.
“Thanks, Rin!”
Mataku membulat. Dino memelukku! Kejadian langka yang tak pernah kualami seumur hidup. Dadaku berdegup kencang mengalahkan drum band tujuh belas tahunan. Baru kali ini dipeluk laki-laki. Serasa ada aura panas menjalar ke seluruh tubuh hingga ke ubun-ubun. Mungkin saat ini kepalaku sudah dipenuhi asap.
Bel pun berbunyi. Tanda jam istirahat sudah berakhir. Aku pun melangkah girang menuju kelas. Tak bisa ditutupi, sekarang hatiku berbunga-bunga. Berdoa dan berharap agar hubungan ini sampai ke jenjang pernikahan.
Sepertinya, aku kan mengulangi kisah Mama dan Papa, senyumku sembari menutup wajah di antara kedua belah telapak tangan. Tertawa kecil sambil membayangkan hidup bersama Dino kemudian memiliki anak-anak yang lucu.
“Woi, Kong! Kesambet apa lu!?” Seseorang tiba-tiba merusak taman bungaku. Sialan nih, orang! Dalam khayal pun dia tidak mengizinkanku tuk berangan-angan indah.
“Bukan urusan kamu! Huh!” Mengibas rambut cokelatku. Lalu menyingkirkan tubuh Vino ke samping yang menghambat jalan.
***
Sedari tadi, aku tidak bisa berhenti tersenyum hingga membuat Rissa mengernyitkan dahi. Mungkin dia menganggapku sudah gila atau apalah, yang jelas aku lagi kesambet cinta. Entar, kalau diajak Rissa pergi nonton atau main, aku gak merasa kesepian lagi, kan ada Dino. Kita bisa double date. Sudah lama aku menginginkannya. Siapa juga yang mau terus-terusan jadi tukang nabok nyamuk.
“Rin, kamu bikin aku takut!” seru Rissa seraya berdiri dan menjauh dari kursinya.
“Hari ini aku seneng banget!”
Karissa melangkah pelan dan kembali duduk di sampingku.
“Barusan aku ditembak.” Malu. Aku pun melipat tangan di meja lalu menempelkan jidat di atas lipatan tangan.
“Serius! Sapa? Sapa yang nembak kamu, Rin?” tanya Rissa penasaran.
“Dino,” bisikku sembari menoleh ke Rissa, “kelas delapan dua.”
Rissa mengerutkan kening. Entah dia percaya atau tidak. Namun, pada kenyataannya aku selalu ditolak sama cowok keren. Paling tidak dari tatapan mereka mengatakan; ‘jangan melilirik apalagi mendekatiku’.
“Ciee ... ciee, yang baru jadian, makan-makan dong, hahaha.”
“Jadi, kita bisa doble date?” tanyaku memosisikan badan—menyandarkan punggung di sandaran kursi—Rissa pun mengangguk setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Lastri M Saleh
lnjut lg
2021-01-03
1