Pelajaran berakhir dan waktunya istirahat. Cepat-cepat diriku menuruni anak tangga, seperti biasa aku tidak mau bertemu dengan makhluk yang bernama Rega.
"Oh, sial!" umpatku pelan tanpa sadar melihat orang yang berada di anak tangga bawah, di depanku, hampir saja kami bertabtrakan. Apa dia tidak lihat posisi jalannya di sebelah mana? Orang itu tidak kunjung beranjak hingga diriku mengalah dan menggeser diri ke samping.
"Tunggu." Dia menangkap tanganku, aku spontan menoleh padanya dengan dada yang berdebar ketakutan. Dia mendengus lalu tersenyum. "Baru saja lo mengupat seniormu?"
Aku terkejut dan baru sadar. Benarkah itu? "Ma-maaf, Kak. Aku tidak sengaja!" kataku cepat menundukkan pandangan. Dorin bodoh! Apa yang kau lakukan? Bukannya menjauh, kau malah makin terlihat olehnya. "Aku buru-buru, permisi, Kak!" Segera kuberlari dan menjauh dari hadapannya.
Untung saja MOS sudah berakhir, kalau saja aku mengupat cowok itu, ah, bayangkan apa yang terjadi padaku.
"Fan!" Aku baru saja mencegat Fandy yang baru saja ke luar dari kelasnya, bersama kedua sabahatnya itu. Mereka memang tidak pernah terpisahkan. Trio serigala, nama mereka masih melekat dan harum sampai sekarang.
Cowok itu tersenyum padaku kemudian menjetik jidatku pelan.
"Aku adalah seniormu sekarang," katanya membuatku mencibir.
"Jangan harap aku memanggilmu senior!"
Fandy tersenyum sembari mengeluarkan dompet dari saku celananya lalu memperlihatkan sesuatu padaku. "Lo ingin ini, kan?"
Aku mengambilnya. "Kembalikan!"
Fandy menjauhkan benda itu dari jangkauanku dan menggoyangkan telunjuknya. "Dengan beberapa syarat," ucapnya membuat perasaanku tidak enak. Beberapa dia bilang? Satu syarat saja aku tidak sudi memenuhinya.
"Tidak!" Tolakku sembari mengeluarkan napas dari hidung.
"Yasudah kalo gitu. Gue tinggal matahin aja, nggak perlu lagi, kan?"
"Gila lo, Fan!"
Fandy menahan gerakannya. Dia memang cowok usil super nyebelin yang ada di dunia ini setelah Vino. Aku melirik sekilas pada Vino yang masih berdiri di samping Fandy.
"Meski menyakitkan, baiklah, gue anggap itu sebagai pujian."
Aku menyipitkan mata. Dasar ini anak. Setelah tidak bertemu beberapa tahun, keusilannya meningkat. Aku heran kenapa diriku pernah jatuh hati padanya.
Baiklah, mungkin aku akan bernegosiasi dengannya. Aku mengacungkan telunjuk. "Satu syarat," ucapku.
Fandy malah menggeleng sembari menggoyangkan telunjuk kemudian membuka jari tengahnya. "Bagaimana kalau dua?"
"Lo pikir ini di pasar ikan!" komentar Shiro memukul kepala Fandy bagian belakang, itu membuatku menahan senyum.
Fandy mengusap kepalanya. "Sebagai sahabat seharusnya lo dukung gue, Bro!"
Dan, sedangkan Vino berdehem sembari melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. "Gue sudah lapar. Gue tunggu kalian di kantin." Vino berjalan cool meninggakan kedua sahabatnya. Berlalu melewatiku tanpa melihatku sedikit pun.
"Eh, Vin. Tungguin gue!" teriak Fandy--kemudian kembali menatapku. "Lo pikirin dulu, Rin. Kalau gitu gue pergi dulu."
***
Tidak. Aku tidak mau trio serigala itu mempermainkanku lagi. Lalu, syarat apa yang diminta Fandy? Ah, kenapa aku begitu penasaran apa yang dimintanya. Kuharap dia tidak minta macam-macam, sekadar traktiran seperti dulu, sih, tak masalah bagiku.
Tanpa sadar tanganku mengetuk-ketuk pena cukup kuat dan membuat Ela yang duduk di sampingku menggerutu.
"Ela lagi konsentrasi, nih, Dor-Dor!" komentarnya menyelesaikan soal matematika tanpa menoleh ke arahku.
Dan aku tidak peduli, balasku dalam hati. Aku masih stay pada soal nomor satu dan Ela hampir menyelesaikan ke lima soalnya. Kulihat dia memang rajin, seakan tiap pelajaran yang diberikan guru dia nikmati. Mengamati dengan serius.
"Itu kotor!" Ela mengambil pena di tanganku yang sempat kugigit di bagian ujung pena atau penutup pena.
"Dor, Dor, lagi mikirikin apa, sih?"
Mataku beralih menatap buku tulisnya. "Jawaban nomor empat dan lima salah," ujarku mengalihkan perhatiannya. Kalau Ela sudah mulai bertanya, dia akan mengungkitnya sampai tuntas. Ela memeriksa kembali tugas yang dia buat.
Gadis itu mengerutkan kening sembari menggaruk sisi jidatnya dengan ujung pena. "Padahal rumus Ela sudah betul, kok," gumamnya. Dia menoleh ke arahku.
"Cari sendiri!" kataku sebelum dia meminta tolong. Ela menatapku dengan tatapan memelas, memohon padaku untuk menunjukkannya isinya.
"Ayolah, Dor-Dor ...," Gadis itu menggoyangkan lenganku seperti anak anjing yang bertingkah imut.
"Hah, baiklah!" Aku mengambil buku Ela dan manaruhnya di depanku--menunjukkan bagian mana yang salah. Aku menghargai kerja kerasnya, setidaknya dia sudah berusaha mengerjakan daripada menyontek pada orang lain.
"Untuk nomor lima coba kamu ulangi. Jalannya sama dengan nomor empat."
"Tkanks, Dor-Dor!" teriak Ela bersemangat mengambil bukunya kembali.
***
Keesokan harinya aku menemui Fandy kembali di depan kelasnya. Bernegosiasi masalah kemarin. "Bagaimana kalau Satu!" kataku sembari mengacungkan telunjuk di depan wajahnya.
Cowok itu mengetuk-ngetuk dagunya seakan berpikir keras, tak berapa lama setelah itu kepalanya menggeleng. "Dua!" ujarnya membuatku semakin jengkel. Ini sama saja mengulangi perdebatan kemarin yang tak kunjung usai.
"Fan!" Aku meremas tinjuku kesal. "Sudah lama sekali aku tidak berlatih. Apa kamu mau mencobanya?"
Kalau dia melihat isi memori card itu, pasti Fandy tahu maksudku. Cowok itu nyengir lebar kemudian disusul anggukan kecil. "Baiklah, Satu."
Aku menepuk bahunya cukup keras. "Nah, gitu dong, jadi apa maumu?"
"Rapat kalian belum selesai?" kata Shiro yang berjalan ke arah kami, di sampingnya ada Vino dengan tampangnya yang cool. Kemana tampangmu yang menyebalkan seperti dulu, Vin? bathinku ingin berteriak.
"Baiklah." Aku kembali menatap Fandy yang tersenyum jahil. Entah apa yang dipikirkannya. "Persyaratannya tidak berat, kok, hanya ... panggil kami bertiga kakak senior."
"A-Apa?" Aku melongo. Permintaan macam apa itu memanggil mereka kakak. Aku menggeleng tidak setuju. "Tidak. Aku tidak mau."
"Oh, baiklah." Fandy tersenyum pada kedua temannya kemudian kembali menatapku. "Lo nggak mau ini lagi, kan?" ujarnya sembari mengeluarkan ponsel dari saku celana.
Aku menunggu, kali ini apa yang akan dia lakukan. Aku tidak peduli kalau dia mematahkan kartu memoriku karena, setelah mengecek handphone-ku, ada beberapa foto kenangan yang masih tersimpan di ponselku.
"Hallo, Fris."
Fris? Maksudnya Friska? Dia tidak memanggil nenek sihir itu kakak? Padahal nenek sihir itu adalah seniornya.
"Katanya lo mau lihat memori card yang kupengang kemarin?"
Mataku melebar kemudian merampas ponsel itu dari tangan Fandy--mematikan sambungan teleponnya. Dalam memori card itu berisi foto-foto saat diriku masih gendut. Aku tidak mau orang-orang sampai tahu itu apalagi si nenek sihir. Kurasa dia masih dendam padaku.
"Baiklah. Aku setuju!" seruku cepat sembari menahan geraman.
Fandy tersenyum seperti orang yang tak punya dosa sedikit pun. Dia benar-benar licik, aku ingin menendangnya.
"Coba praktekan."
"Eh ... apa?"
"Belajarlah menghormati seniormu, Rin. Jadi, lo mau ini kembali, kan? Mintalah dengan sopan."
Aku menggigit bibir bawahku. Ingin berteriak di depan wajah tampannya itu. Dia emang tampang, tapi nyeselin. Mataku melirik Vino singkat, dulu ... yang paling nyebelin itu adalah Vino Virgo, tapi sekarang ... kelakuan Fandy lebih parah.
"Ka-ka ...kh!" Suaraku tertahan di tenggorokan. Entah mengapa wajahku serasa panas. Aku tidak bisa memanggil mereka dengan sebutan kakak. Itu terdengar memalukan.
"Ayolah, Rin. Itu tidak terlalu sulit, kok." Kini Shiro yang bersuara. Cowok yang memiliki perasaan terhadapku, setidaknya dia membantuku dalam suasana seperti ini, setidaknya sedikit. Tapi, persahabatan mereka memang tidak pernah diragukan lagi, mereka saling membantu, dah tak pernah mengkhianati.
Aku menghela napas kemudian berdehem. "Kak Fand--"
"Ambilah!"
Aku terkejut dengan tindakan Vino tiba-tiba mengambil memori card itu dari tangan Fandy lalu memberikannya padaku.
"Ah, lo nggak asik, Vin!" keluh Fandy.
"Kalian berdua mau tetap di sini atau latihan?"
Mereka berdua manut mengikuti langkah Vino dari belakang. Kudengar, mereka bertiga masuk dalam klub basket. Tidak heran mereka jadi perbincangkan kaum hawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Nur Anisah Anto
plipaln ..gampa trpengaru maslalu .
2021-06-06
0
Yaya Nur
kereeen.. suka
2021-01-05
1
Derida ArifahDz
semangat ka cerita y bagus 😍
2020-12-31
1