Lorelei Chronicles

Lorelei Chronicles

Episode 01

“Ibu. Jangan khawatir, Ibu akan baik-baik saja. Aku janji, aku akan mengembalikan ingatan Ibu seperti dulu lagi.”

Itulah kalimat yang terlontar dari mulut laki-laki berkulit sawo matang pada seorang perempuan berambut putih dan berkulit keriput penuh garis. Laki-laki itu menggenggam tangannya, dingin, itulah sensasi pertama yang ia rasakan ketika menyentuhnya.

Sang Ibu hanya terdiam tanpa kata-kata dan gerakan sebagai respon. Matanya hanya berkedip beberapa menit sekali, terbuka lebar. Bibirnya juga kering seperti padang pasir berfatamorgana, kelembapan hampir nihil. Menyisakan napasnya yang masih berembus dari hidung dan mulut.

Berpasrah diri terbaring tak berdaya di atas bambu hijau kecokelatan muda. Kedua kakinya juga lemas, seperti tidak memiliki tenaga tersendiri. Sedangkan kondisi tubuhnya saat itu seperti kehilangan kendali pada tubuhnya, tidak dapat mengerahkan tenaga untuk bergerak dan bahkan berbicara sekalipun.

Ibunya telah mengalami sebuah penyakit langka yang menyebabkan dirinya lumpuh mulai dari otak hingga seluruh tubuh. Ingin sekali dia berbicara atau merespon menggunakan gestur tubuh, tetapi tidak bisa. Bukan hanya itu, tetapi juga seluruh ingatan telah sirna semua. Dia tidak dapat mengingat sang laki-laki yang telah merawatnya, bahkan namanya sekalipun.

Laki-laki berkulit sawo matang itu menggenggam tangan kanan ibunya secara erat. “Ibu, sakit, ya? Maafkan aku, Bu. Aku … belum mampu melakukan apapun dalam kondisi seperti ini.”

Melihat kondisi ibunya yang seperti patung bernapas sudah menyayat hati sang laki-laki berkulit sawo matang itu. Semakin dalam sayatan di dalam hatinya, tidak mampu pula dia menguasai dirinya agar tidak mengeluarkan air mata dan mulai terengah-engah dalam menarik napas.

Sayatan di dalam hatinya juga membuat pikiran dan tubuhnya bergetar. Gigi pun ikut bergemertak menahan tangis. Baginya, itu sudah lebih dari cukup mengingat akan kondisi ibunya.

Sebuah suara ketukan pintu sebanyak tiga kali seperti memukul pendengarannya. Kesedihan laki-laki bekulit sawo matang itu terhenti sejenak ketika dia alihkan pandangan pada pintu cokelat lapuk penuh garis irisan.

Sans mulai bangkit bangkit dari hadapan ibunya dan berbalik menghadap pintu. Melewati satu-satunya ruangan rumahnya yang penuh dengan kayu lapuk dan terkelupas, dirinya seperti malas untuk melangkah hanya untuk membuka pintu dan menerima seorang tamu.

Ia pun memutar knop pintu, kini tepat di hadapannya seorang perempuan berambut biru pendek dan bertubuh kurus sedikit berisi berdiri melihatnya dengan mata yang tenang. Ia mengenali perempuan itu sebagai tetangganya.

“Sans,” sapanya dengan nada yang cukup meyakinkan.

“Mery,” sahut Sans, “ada kabar baik kah?”

Sans memintanya untuk mencari informasi tentang penyakit yang di derita oleh ibunya tidak lama ini. Setelah berminggu-minggu menunggu kejelasan informasi yang benar dan terpercaya, ia mulai mengungkapkan kabar baik.

“Apa kamu yakin siap mendengarnya?” tanyanya dengan nada yang rendah.

“Tidak masalah,” Sans penuh tekad dalam menjawab, “mau apapun yang terjadi, bagaimanapun caranya, ibuku harus sembuh. Ibuku harus ingat. Ibuku harus seperti dulu lagi, ceria, penuh kasih sayang, dan berhasrat untuk melakukan pekerjaannya.”

Mery pun menarik napasnya. “Aku hanya mendapat informasi ini. Kamu dapat pergi ke sebuah akademi. Di sana, kamu akan mempelajari segalanya, termasuk untuk menyembuhkan ibumu”

“Akademi? Baiklah, aku akan ke sana—”

“Tetapi,” tepat sebelum itu, perkataan Sans terpotong dengan cepat, “akademi ini sangat jauh, bahkan harus melintasi lautan untuk mencapainya. Akademi itu berada di pulau yang berbeda. Tepatnya terletak di Benua Aiswalt.”

Mendengar lokasi akademi tersebut sudah membuat semangat Sans cukup jeblok. Terlebih, kondisi dirinya, apalagi jika melihat di sekitar desa, tidak memadai untuk hidup cukup layak sekalipun, apalagi untuk pergi ke dunia luar.

“Kamu sendiri tahu, biaya untuk memasuki akademi itu, mengingat lokasinya di Aiswalt, benar-benar … mahal, bagi penghuni Baik untuk pergi melintasi lautan atau biaya lainnya juga … tidak murah,” ucapnya dengan yang meninggi pada akhir kata, “kita, penghuni Desa Highwind, tidak akan sanggup membayar biaya untuk kedua hal itu.”

Sans menyetujui dalam hati. Apa yang dikatakannya memang benar. Kondisi ekonomi di kampung halamannya tidak akan sanggup membuat kondisi desa lebih baik daripada keadaan yang sudah kumuh, kotor, dan penuh goresan pada setiap bangunannya. Bahkan untuk memasuki sebuah akademi di Aiswalt dan pergi melintasi lautan dari pulau ke pulau setiap penghuni desa Highwind tidak akan mampu untuk membayarnya.

Keraguan tertanam di dalam benak Sans. Dia berbalik sejenak menatap ibunya yang tidak berdaya terbaring di tempat tidur bambu. Sebuah keputusan harus dibuat, dia harus melakukan sesuatu untuk menyembuhkan ibunya.

Jika dia hanya tinggal di desanya tanpa melakukan apa-apa dan hanya menunggu informasi, kondisi ibunya tidak akan membaik. Jika ia ingin pergi ke sana untuk memasuki akademi, Sans memerlukan uang yang banyak. Terlebih, memasuki akademi adalah satu-satunya cara untuk dapat menyembuhkan ibunya.

Sans menepuk kepalanya ketika dia kesulitan untuk memilih keputusan. Begitu pusing dirinya dengan biaya yang tidak sedikit, melainkan cukup banyak bagi penghuni desa Highwind sekalipun, dia menggelengkan kepala.

“Sans.” Mery menatapnya dalam diam selagi Sans masih merenungi kabar yang baru saja ia dapatkan, “Maafkan aku, hanya itu informasi yang kudapat. Aku bahkan sempat mencari informasi untuk menyembuhkan penyakit ibumu, tapi—”

“Ini bukan salahmu.” Sans berbalik menatap perempuan itu, “Memang tidak ada cara lain. Informasi tentang penyakit itu … akan ada jika aku mempelajarinya di akademi itu. Aku … aku … tidak akan diam di sini saja, terus bersedih dan menatap ibuku yang tidak berdaya dengan penuh harap. Aku … akan belajar di akademi itu, aku akan menyembuhkan ibuku!”

“Ta-tapi kan … seperti yang kubilang sebelumnya, bagaimana dengan uangnya? Uang untuk pergi ke sana! Apalagi untuk menjadi murid di akademi—”

“Uangnya … aku akan melakukan sesuatu! Aku akan melakukan sesuatu untuk mendapatkannya!” jerit Sans dengan kencang sampai menginjakkan kaki pada lantai lapuk, membuatnya berlubang.

Mery bahkan di buat ternganga karena jeritan Sans dipenuhi tekad yang kuat. Semangat membara juga membakar wajahnya, meski harus penuh dengan air mata.

“Sans,” ucap perempuan berambut biru itu terdiam.

“Aku akan melakukan sesuatu … untuk mendapat uangnya, begitu aku tiba di dermaga, akan kulakukan apapun, semua pekerjaan akan kulakukan, demi mendapat uang yang cukup.”

“Baiklah.”

“Besok, aku akan berangkat. Tapi … sebelumnya, bagaimana dengan ibuku? Bagaimana  kalau kondisinya semakin memburuk, lalu … tidak, saat aku berada di Aiswalt. Aku tidak akan tahu kondisi ibuku sebelum kembali ke sini setelah dari akademi.”

“Besok, fajar, sebelum kamu berangkat ke Aiswalt, aku akan menunjukkanmu suatu tempat. Tempat yang cukup untuk ibumu beristirahat dan menunggumu pulang. Jangan khawatir.”

“Fajar? Baiklah”

“Um … kurasa aku harus pergi sekarang. Nanti akan kujemput saat fajar.” Perempuan berambut biru itu pamit.

Sans akhirnya menghela napas, lega telah mendengar sebuah cara untuk menyembuhkan ibunya, meski dia ragu entah dia mampu mendapat uang yang jumlahnya cukup banyak untuk pergi ke Aiswalt dan menjadi murid di akademi.

Setelah menutup pintu dengan rapat, Sans berbalik menemui ibunya. Digenggamnya tangan dinginnya, dia menghela napas sebelum mengutarakan semuanya.

“Bu, aku akan menyembuhkan penyakit Ibu, Meskipun tempatnya berada di luar Desa Highwind, bahkan jika aku harus ke luar benua Grindeir. Apapun yang terjadi aku harus pergi ke sana.”

Untuk beberapa saat itu dalam hatinya yang dipenuhi oleh perasaan gelisah dan penuh kekhawatiran akan kondisi sang ibu, Sans tanpa sadar menitikan air mata, setelah itu mengusapnya dengan cepat. 

“Besok, aku akan berangkat ke sana, aku akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan uangnya. Jangan khawatir, Bu, aku akan baik-baik saja.”

Kini ia pun membungkus tangan ibunya dengan kedua telapak tangannya sendiri. Sensasi dingin dari permukaan kulit ibunya yang keriput dan pucat sama sekali tidak membuatnya menyerah begitu saja.

“Aku janji, suatu saat nanti aku akan menyembuhkanmu, Bu.”

***

“Sans?”

Suara Mery beserta ketukan pintu yang begitu keras menjadi hal pertama memukul pendengarannya. Dia telah terbangun dari lelapnya mimpi menuju dunia nyata karena kedua hal yang membangunkannya itu.

Sans telah tidur di lantai dekat tempat tidur bambu ibunya untuk mengawasi dan memastikan tidak ada yang terjadi. Dia secara perlahan mendorong tubuhnya menuju posisi duduk untuk mengumpulkan tenaga sebelum berdiri.

Sans secara perlahan mendekati pintu dan membukanya. Tepat di hadapannya Mery berdiri dengan wajah yang menandakan sesuatu yang baik akan terjadi.

“Oke, kamu siap?”

“Iya. Sebentar.”

Sans berbalik sejenak mendekati ibunya yang masih terlelap dalam mimpi panjangnya, lemas dan tidak berdaya. Dia menyentuh kedua pundak ibunya untuk mengubah posisi berbaring menjadi posisi duduk.

“Hati-hati, Sans,” bujuk Mery.

Kini Sans dengan hati-hati mulai menggendong ibunya.

“Apa kamu butuh bantuan yang lain?” tanyanya.

“Tidak usah, aku bisa. Ayo.”

Sans mulai melangkah perlahan membawa ibunya keluar melalui pintu rumahnya. Udara fajar pun mulai berembus melewati tubuhnya ketika langit biru kehitaman di atas dan oranye kehitaman di bagian bawah sudah terlihat pada pandangan, fajar. Langit hitam silih berganti memancarkan warnanya.

Melewati setiap bangunan di desa yang lapuk dan kumuh dengan tanah yang sedikit berlumpur, tidak ada kegiatan apa-apa di luar selama fajar. Belum ada aktivitas apapun, bahkan memulai menjajakan hasil bumi segar dari kebun atau hutan sebagai praktik jual beli. Tidak ada satu pun penghuni yang berjalan di sekitar desa selain Sans dan perempuan berambut biru.

Mery pun mendahului langkah Sans untuk menunjukkan jalan menuju tempat yang dijanjikan. Begitu mereka sampai di perbatasan desa menuju hutan, dia berbelok mengitari pepohonan lebat mengikuti aliran sungai di sekitarnya.

***

“Ini tempatnya?” tunjuk Sans.

Mery mengangguk menunjuk mulut sebuah gua, yakni pintu masuk. Gua itu terletak di dalam sebuah bukit bebatuan mengikuti aliran sungai di sekitar lebatnya pepohonan.

Mereka melangkah melewati bebatuan mengikuti aliran sungai menuju mulut gua tersebut. Akan tetapi, Sans terhenti sejenak akibat berat ibunya yang telah membebani punggungnya.

“Sans,” panggil Mery yang ikut terhenti.

Sans menarik napas berkali-kali sambil memandang langit telah berubah menjadi biru bercampur oranye, berarti fajar telah berakhir menuju pagi. Matahari telah terangkat dari bawah langit secara perlahan.

“Kamu tidak apa-apa?” tanyanya lagi.

“Aku baik-baik saja. Ayo.”

Mereka berdua kembali melangkah, kali ini memasuki gua tersebut. Meninggalkan terangnya pagi hari menuju gelapnya di dalam gua tersebut. Cahaya berwarna biru bening pun terpancar dari aliran sungai ketika memasuki gua.

Rintikan air dari langit-langit gua pun berjatuhan menimbulkan bunyi seperti gesekan pada tanah. Begitu keras semakin Sans dan perempuan berambut biru menuju dalam gua dengan melangkah banyak secara berliku-liku dan semakin menuju bawah tanah.

“Hebat. Bahkan airnya membuat guanya terang,” celetuk Sans kagum.

“Itulah kehebatan air kehidupan di gua ini. Benar-benar penuh keajaiban. Itu yang kebanyakan orang bilang tentang air kehidupan. Juga, air kehidupan dapat menjadi tempat istirahat orang yang sedang sakit parah tanpa perlu khawatir akan kondisi memburuk, ibumu akan baik-baik saja di sini”

“Hebat”

“Nah, kita sudah sampai di pusatnya.” Mery pun menghentikan langkahnya.

Sebuah genangan air kehidupan berbentuk lingkaran berdiameter besar layaknya kolam telah di depan mata. Cahaya biru bening dari air kehidupan juga terpancar menuju dinding gua penuh bebatuan putih bercampur abu-abu. Air terjun pun mengalir deras menuju genangan air kehidupan itu.

Sans secara perlahan berjongkok dan membaringkan kembali ibunya di lantai bebatuan. Ditatapnya sang ibu yang telah membuka mata lebar tanpa berkata-kata, hanya embusan napas terasa dari hidung dan mulut.

“Bu, ini akan jadi tempat sementara untuk beristirahat. Selagi aku ke akademi di Aiswalt, Ibu bisa tenang beristirahat di sini.”

Sekali lagi Sans membungkus tangan kanan ibunya menggunakan dua kepalan tangannya. Diarahkannya tangan ibunya pada wajah, dia mencium bagian pergelangan tangan ibunya dengan erat.

“Katakan, apa yang harus kulakukan?”

Mery pun menjawab, “Tenggelamkan ibumu di dalam genangan air ini.”

Mendengar kata tenggelamkan, Sans langsung melongo. Dia tentu tidak mau menggelamkan ibunya sendiri sampai mati.

“Jangan khawatir. Ibumu akan baik-baik saja. Ia akan tetap hidup di dalam air kehidupan. Kondisinya akan sama seperti sekarang.”

Sans menghela napas setelah mendengar penjelasan tambahan perempuan berambut biru. Penuh tekad tertanam di dalam otaknya, dia mengangkat ibunya menggunakan kedua tangan pada punggung.

“Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?”

“Aku hanya kebetulan menemukannya saja,” sahutnya dengan wajah lega.

“Begitu saja?”

Namun Mery hanya menggeleng pelan, “Ketika aku terjatuh dari pohon saat ingin memetik beberapa buah, aku tidak tahu harus ke mana karena saat itu telah gelap. Aku pun memutuskan untuk pergi ke gua ini karena para penduduk tidak pernah melarang kita untuk memasukinya ... seterusnya, mungkin kamu tahu, ‘kan?”

Sans pun mengangguk pelan menandakan ia paham penjelasan perempuan itu.

Perlahan dia melangkah mendekati genangan air berbentuk lingkaran besar tersebut. Ditemani oleh suara rintikan air dan aliran air terjun, secara perlahan dia berlutut dan memasukkan tubuh ibunya ke dalam genangan air tersebut.

“Bu, beristirahatlah dengan tenang. Aku akan kembali setelah menemukan obat untuk penyakit Ibu. Ibu bisa tenang sekarang. Aku pergi dulu.”

Sans mendorong tubuh ibunya dan mulai menggelamkannya secara perlahan. Kepedihan juga menggetarkan tubuh dan jiwanya hingga mengeluarkan air mata, seakan tidak tega untuk menggelamkan ibunya sendiri.

“Maafkan aku, Bu …. Maafkan.”

Begitu ibunya sudah tidak terlihat di permukaan genangan air, Sans mulai meledakkan tangisannya. Inilah perpisahan dirinya dari sang ibu yang telah memberi kasih sayang selama kehidupannya.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

semuanya demi ibu, aku merantau demi mencari obat untuk kesembuhannya

2021-03-19

0

Muma

Muma

menarik Thor
aku lanjutlaaahh

2020-08-22

0

Aniest.nisya

Aniest.nisya

bagus thor... imajinasiku jadi bertmbah ke fantasy... biasanya sring ke romance🤗🤗


semagatt thorrr...

2020-08-17

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 01
2 Episode 02
3 Episode 03
4 Episode 04
5 Episode 05
6 Episode 06
7 Episode 07
8 Episode 08
9 Episode 09
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
173 Episode 173
174 Episode 174
175 Episode 175
176 Episode 176
177 Episode 177
178 Episode 178
179 Episode 179
180 Episode 180
181 Episode 181
182 Episode 182
183 Episode 183
184 Episode 184
185 Episode 185
186 Episode 186
187 Episode 187
188 Episode 188
189 Episode 189
190 Episode 190
191 Episode 191
192 Episode 192
193 Episode 193
194 Episode 194
195 Episode 195
196 Episode 196
197 Episode 197
198 Episode 198
199 Episode 199
200 Episode 200
201 Episode 201
202 Episode 202
203 Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204 Latest Update...
Episodes

Updated 204 Episodes

1
Episode 01
2
Episode 02
3
Episode 03
4
Episode 04
5
Episode 05
6
Episode 06
7
Episode 07
8
Episode 08
9
Episode 09
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172
173
Episode 173
174
Episode 174
175
Episode 175
176
Episode 176
177
Episode 177
178
Episode 178
179
Episode 179
180
Episode 180
181
Episode 181
182
Episode 182
183
Episode 183
184
Episode 184
185
Episode 185
186
Episode 186
187
Episode 187
188
Episode 188
189
Episode 189
190
Episode 190
191
Episode 191
192
Episode 192
193
Episode 193
194
Episode 194
195
Episode 195
196
Episode 196
197
Episode 197
198
Episode 198
199
Episode 199
200
Episode 200
201
Episode 201
202
Episode 202
203
Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204
Latest Update...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!