Episode 17

Kini Sans hanya terfokus pada barisan teks dan gambar pada setiap halaman, meski masih membaca secara cepat sebelum mulai memahami lebih mendalam. Hanya membutuhkan beberapa menit untuknya menyingkap halaman baru.

Ketika mencapai pertengahan buku, ia mulai membuka mulut secara lebar dan otomatis, membiarkan udara dingin masuk ke dalam. Ditambah lagi, rasa kantuknya meningkat seiring otot-otot tubuh mulai menegang, menandakan kelelahan.

Namun ketika ia ingin merebahkan tubuhnya, tiba-tiba saja matanya melebar—tercengang dengan halaman baru dan berusaha membuat kesadarannya terjaga.

Sayangnya hal itu tidak bertahan lama hingga akhirnya kedua mata itu menutup perlahan dengan posisi tidurnya yang menyamping di atas meja. Tepat di dalam benaknya saat ini penuh penyesalan, tapi berkat buku pemberian Nacht itu berhasil mengalihkan perhatiannya dari kegagalan pahit. 

Begitu Sans tertidur pulas, langit hitam mulai membangkitkan warna jingga, terlihat dari jendela bahwa fajar telah menyingsing.

***

Sebuah kedai roti kerap menjadi tempat sarapan dan bercengkrama bagi kebanyakan masyarakat kota dan murid Akademi Lorelei. Tidak heran gedung berbentuk bujur sangkar berwarna cokelat pucat dan bertenda hijau itu pun cukup penuh oleh pengunjung, baik yang memutuskan untuk makan di tempat atau membawa pulang roti pesanan masing-masing.

Beatrice dan Neu hanya menatap antrean sudah mulai memanjang hingga keluar pintu. Begitu pula dengan meja di halaman bangunan yang penuh dengan pengunjung menikmati roti dan secangkir teh pesanan masing-masing.

Beatrice mulai berbicara pada Neu, “Sans pasti begitu terluka setelah mengalami kegagalan itu. Benar-benar terluka”

“Beruntung kita membiarkan Sans menggunakan waktunya untuk menenangkan diri. Ketika ia siap untuk bicara, kita dengarkan”

“Aku juga melihat murid bermantel putih lainnya. Begitu malang, mereka juga begitu pesimis ketika mengetahui masa depan yang akan mereka hadapi di akademi pendek”

“Kurasa mereka masih terpaku pada stereotipe, terutama murid tingkat atas. Mereka bilang umumnya murid yang gagal dalam tes konon tidak akan bertahan lama, entah dikeluarkan atau keluar atas kemauan sendiri. Tidak heran mereka menggeneralisasi—”

“Ini rotinya!” Yudai kembali menemui Beatrice dan Neu sambil membawa sekantung empat buah baguette memanjang. “Aku meminta roti yang baru saja dipanggang, masih panas dan segar”

“Ah! Roti!” Beatrice langsung merebut salah satu baguette dari kantung tersebut.

“Sans pasti sangat kelelahan, sampai tidur di meja. Pasti berat baginya untuk menghadapi kenyataan.” Neu juga mengambil salah satu baguette.

Masih hangat di genggaman tangan, Beatrice meniup baguette-nya terlebih dahulu demi menurunkan suhu pada kulit ujung roti. Ketika roti tersebut masuk ke dalam mulut dan terpotong menggunakan gigi, sensasi kelembutan bagian dalam dan kerenyahan bagian luarnya dapat terasa dengan sempurna.

“Enak!” ucap Beatrice.

Neu melanjutkan ketika antrean di depan pintu kedai roti mulai memanjang dan berbelok, “Kurasa lebih baik kita biarkan Sans sendiri untuk beberapa saat ini. Ketika ia sudah siap, kita akan membantunya.”

Yudai menundukkan kepala. “Sans, ia teman pertamaku bahkan sebelum masuk ke Akademi Lorelei. Kita sudah berjuang bersama, bersusah payah mengumpulkan uang berkat pekerjaan di quest board. Sayang sekali, ia sama sekali tidak lolos. Mungkin aku yang tidak tepat mengajarinya dalam bertarung.”

Beatrice membalas setelah menelan potongan roti menuju tenggorokan, “Ti-tidak, ini bukan salahmu, Yudai. Justru aku yang membiarkannya selama tes berlangsung. Kalau saja aku tidak terpisah dengan Sans saat dikejar beruang di hutan, kalau saja aku tidak terpisah dari kalian di kastil saat itu—”

Neu memotong, “Sudahlah, yang berlalu biarlah berlalu. Ini bukan salah kalian, aku mengerti. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa lagi tentang Sans. Pokoknya kita hadapi saja masa sekarang.”

“Ba-baik. Tentu aku tidak mau Sans keluar atau dikeluarkan dari akademi,” balas Beatrice lagi.

Neu bertanya sekali lagi, “Selama libur tiga hari, aku akan pergi ke toko mantra. Mungkin saja ada scroll yang bisa kupelajari dengan mudah. Begitu selesai, aku akan ke perpustakaan di akademi.”

Beatrice melanjutkan, “A-aku juga mau ke perpustakaan begitu Neu selesai membeli sebuah gulungan. Aku juga harus membaca banyak tentang song mage. Benar-benar berat ketika lulus dua aptitude test, jadi job-ku lebih tinggi daripada yang lain.”

Yudai menggesekkan kaki kiri pada jalan batu-bata. “Aku mungkin akan mengambil pekerjaan di quest board, setelah kembali ke asrama dan memberi roti pada Sans. Saat Sans bangun, dia bisa makan.”

Mendengar kata “Sans” terlontar, ketiga kembali menundukkan kepala, menghela napas sebagai pelampiasan penat memikirkan kegagalan temannya yang berharga.

***

Sans pun perlahan mulai tersadar, matanya mulai terbuka. Setelah itu, ia mendongak menyaksikan langit biru cerah bersamaan pantulan sinar matahari yang muncul dari jendela. Ketika bangkit, leher, badan, lengan, dan kaki terasa seperti ditarik oleh tangan kosong bertenaga. Tubuhnya cukup nyeri akibat tidur dalam posisi duduk dan kepala bersandar di atas buku di meja.

Ia pun mengosok kedua mata sejenak menggunakan punggung tangan kanan ketika rasa lelah masih belum cukup berkurang setelah tidur. Setidaknya, ia bisa terlelap setelah berlarut dalam kesedihan saat tengah malam.

Setelah itu menoleh ke arah sekantong satu buah baguette panjang di bagian kanan meja dekatnya. Di samping kiri kantong tersebut, terdapat pula secarik kertas bertuliskan tinta biru.

Sans menatap tulisan tersebut begitu teralihkan dari tempat tidur Yudai. Dia tidak melihat Yudai di sekitar kamar tersebut, maka dia membaca sebuah pesan.

Pasti semalam benar-benar berat bagimu. Jangan lupa makan. Kubelikan baguette yang diambil langsung dari pemanggangan.

Dengan refleks ia meraih baguette panjang tersebut lalu mengambilnya. Pandangannya pun terpana ketika menyaksikan kulit baguette terlihat keras berwarna cokelat merata.

Tekstur luarnya yang kering dengan aroma pagi hari membuatnya dapat tersenyum kecil, tidak setelah kelembutan bagian dalamnya menyerbak di seluruh bagian lidah. Rasa manis, hangat, dan tekstur lembutnya itu berhasil membuatnya kembali semangat.

Sambil memakan baguette tersebut, ia memutarbalikkan halaman buku. Kembali menuju halaman pertama dan membacanya dari awal, itulah yang ia putuskan untuk memperdalam pemahamannya akan alkemis.

Ketika kembali ke halaman pertama, Sans mengambil Daun Ars menggunakan tangan kiri, mengangkatnya, dan memperhatikannya. Daun tersebut sama sekali tidak berubah secara tekstur, tidak robek dan tidak kusut meski berada di dalam tumpukan kertas halaman buku begitu lama.

Begitu meletakkan kembali Daun Ars pada halaman pertama buku tersebut, Sans mulai memutar balik beberapa halaman pertama sambil menikmati baguette di genggaman tangan kanan. Beberapa halaman pertama berisi kata pengantar dari sang penulis yang begitu panjang, kalimat mendayu-dayu dan susah tercerna menuju otak menjadi distraksi.

Sans beralih pada bab pertama, yaitu pengenalan alkemis. Benar, menurut buku tersebut, alkemis dapat dijadikan sebuah alternatif dalam sistem job yang berlaku di kebanyakan daerah, terutama di Akademi Lorelei.

Berbagai pendapat dari orang lain turut menghiasi dan saling melengkapi penjelasan menjadi kesatuan harmoni pada bab pertama mengenai alkemis, ditambah lagi pemaparan penulis buku itu ditulis sedemikian kompleks dan membuat pembaca seperti Sans untuk mencari inti pokok. Bahkan, Sans sampai berpikir lebih dalam hingga harus membaca setiap paragraf, kalimat, dan frasa beberapa kali demi memahaminya.

Berputar-putar untuk membaca penjelasan dari teks tersebut membuat Sans telah menghabiskan baguette-nya. Begitu selesai membaca bab pertama beberapa kali, ia kerap memutar kembali untuk menemukan inti dari pengenalan alkemis.

Ketika Sans kembali menuju halaman terakhir, meski masih tersesat di dalam kebingungan, setidaknya sebuah simplifikasi sudah didapat. Ia membayangkan alkemis sebagai seseorang yang dapat memanipulasi berbagai materi secara sempurna, terutama benda logam, menjadi sebuah material baru termasuk ramuan.

Ketika memperhatikan kata ramuan pada teks, ia kembali menatap kantung berisi lima botol ramuan cairan hijau. Masih saja tidak mengetahui fungsi dari ramuan tersebut, berharap agar fungsi setiap ramuan juga ikut dijelaskan di dalam buku dasar alkemis.

Terlebih, mengingat daun ars yang menjadi “pemberian” dari Nacht, Sans juga menambah rasa penasaran terhadap fungsi daun tersebut. Sebuah misteri kegunaan daun yang akan berguna pada nanti, bahkan melebihi ekspektasinya.

Sans bangkit menatap melalui jendela bahwa matahari mulai meluncur ke bawah dari puncak langit. Masih ada banyak waktu untuk menghabiskan liburan selama tiga hari, terutama hari pertama.

Ia tentu merasa telah membuat keputusan tepat sehari setelah mendapat mantel putih, mantel yang merepresentasikan kegagalan di Akademi Lorelei bagi kebanyakan orang. Menjadi seorang alkemis bukan merupakan ide buruk.

Begitu lelah dalam pikiran setelah membaca bab pertama dari buku dasar alkemis, ia memutuskan untuk beristirahat. Menutup buku lalu bangkit beranjak dari kursi menuju ranjangnya.

Berkat kelelahan yang mendalam dan rasa kantuk yang ia rasakan, tubuhnya perlahan jatuh ke arah gravitasi ranjang, dan berakhir dengan wajah yang menghadap ke bawah. Sensasi empuk dan sejuk dari bagian atasnya kembali membuat lelaki itu menguap.

Tidak lama kemudian Sans memperbaiki posisinya—  berbalik melentangkan diri sambil meluruhkan kakinya. Membiarkan kelelahan menguasai diri, pandangan Sans menghitam dan membiarkan kesadaran hilang sejenak.

Saat Sans kembali membuka mata dan mendapat kembali kesadaran, langit jingga dan matahari mulai terbenam terlihat melalui jendela. Tubuhnya telah pulih berkat waktu istirahat tambahan. Rasa sakit pada bagian tubuh berangsur berkurang.

Ditatapnya setiap sudut kamar asrama, pintu masih tertutup rapat, tempat tidur di sebelahnya masih terlihat rapi tak kusut. Sans menyimpulkan Yudai belum kembali sama sekali.

Memandang kantong di bawah meja lebar tersebut, ia pun bangkit dan langsung membuka kantong tersebut untuk mengambil sebuah belati hitam.

Ia memperhatikan belati itu, belati yang sudah menemaninya semenjak dirinya dan Yudai belum mengikuti tes. Kini belati dalam genggamannya itu terasa ringan.

Sudah begitu lama Sans kembali merasakan tekstur kasar dari gagang belati hitam pada genggamannya. Dia menghela napas ketika memutuskan apa yang harus dilakukan.

***

Ruang latihan bertarung fisik yang dia masuki benar-benar kosong melompong, hanya menyisakan enam belas ring berbentuk bujursangkar tanpa pembatas tali, tidak seperti terakhir kali ketika memasuki kelas pertarungan fisik sebelum menghadapi tes.

Sans menapakkan kedua kaki pada salah satu ring tanpa pembatas tersebut. Ia meletakan kaki kiri di depan, badannya dia busungkan mengarah seakan-akan memandang sang lawan.

Digenggamnya belati hitam itu seakan bersiap untuk menghantam lawan. Sans mulai mengayunkan belati hitam menggunakan tenaga dari dalam tubuh. Terlebih dahulu belati hitam dia ayunkan secara vertikal dan horizontal, seakan-akan sedang bertarung melawan seorang musuh.

Seluruh emosi telah terlampiaskan menjadi tenaga dalam mengayunkan belati hitam. Langkah Sans juga mengikuti sesuai dengan tebasan udara di depan. Tidak lupa, Sans juga ikut berbalik sambil mengayunkan belati hitam kembali.

Berbagai posisi dan langkah telah dia coba. Bisa terbayang setiap musuh menyerang dari segala sudut, depan, belakang, kiri, dan kanan. Sans menebaskan genggaman belati hitam itu secara langsung menuju udara pada setiap sudut di dekatnya.

Sans terengah-engah ketika ia terhenti sejenak. Peluhnya semakin banyak menetes pada kulit hingga membasahi pakaian. Setidaknya, awal dari berlatih bertarung fisik sebagai murid Akademi Lorelei sudah terjalankan.

***

Kembali terbangun dari tidur menjelang fajar, Sans bangkit dari tempat tidur untuk kembali menuju meja. Ia menoleh pada Yudai yang masih terlelap dan mendengkur di tempat tidur sebelah meja tersebut, tidak dapat terganggu untuk dibangunkan.

Menatapinya, untuk beberapa saat pikiran itu kembali terbesit. Sesuatu yang ingin diutarakan dengan kata-kata secara langsung, siap untuk berbicara. Tetapi, dia merasa tidak enak jika harus menganggu tidur Yudai.

Sans menempati kursi di hadapan meja lebar dan membuka kembali buku dasar alkemis. Diputarbalikkannya setiap halaman bab pertama hingga menuju bab kedua. Kali ini, bab kedua akan berfokus tentang salah satu dasar dari alkemis, yaitu sebuah barang wajib, gauntlet atau sarung tangan.

Bab kedua dibuka dengan tulisan bahwa sarung tangan merupakan hal wajib bagi seorang alkemis untuk menunjukkan sebuah jati diri. Berbeda dari sarung tangan biasa, sarung tangan ini memiliki sebuah ciri khas, yaitu dua lubang di bagian telunjuk dan jempol.

Selesai membaca pendahuluan bab kedua yang cukup panjang oleh penjelasan bahwa sarung tangan menjadi ciri khas dan jati diri seorang alkemis, subbab bahan telah menanti. Alih-alih menyebutkan setiap bahan satu per satu, penjelasan berupa beberapa paragraf panjang justru tampak.

Seperti bab pertama, pendapat dari orang lain turut menghiasi penjelasan setiap barang, bertujuan untuk menjelaskan fungsi dan penyebab kebutuhan untuk membuat sebuah sarung tangan alkemis. Mulai terpana pada penjelasan bahan pertama, yaitu jaring laba-laba es, pandangannya mulai tertuju pada paragraf pertama penjelasan bahan tersebut.

“Sans?”

Suara Yudai sontak membuatnya terhenti sesaat.

Ia pun menoleh pada Yudai yang baru saja bangkit dari posisi berbaring sambil mengangkat kedua tangan. Tercengang ketika teman sekamarnya telah terganggu dari istirahat malam.

“Apa aku membangunkanmu?” 

“Tidak apa-apa, aku tidak keberatan, meski masih tengah malam.”

Yudai menoleh pada buku di hadapan Sans, melihat dari sampul merah bermotif emas dari sisi bawah tumpukan halaman. Ia menyengir sedikit dan mengangguk.

“Itu buku dari Nacht, bukan? Kamu membacanya?” 

Sans pun menoleh ke arah bukunya sebentar sebelum berbalik menuju Yudai.

“Ya, sayang kalau tidak dibaca. Setidaknya ini bisa membantuku keluar dari waktu... itu.”

Sans kembali menurunkan kepala, teringat pada ejekan dan sindiran murid tingkat atas. Sebuah anggapan bahwa murid bermantel putih seperti dirinya dicap sebagai murid gagal dan calon drop out atas kemauan sendiri atau professor kembali menghantui pikiran.

“Sans, kamu mau bicara tentang itu?” 

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

usaha sans

2021-03-21

0

Muma

Muma

next

2020-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 01
2 Episode 02
3 Episode 03
4 Episode 04
5 Episode 05
6 Episode 06
7 Episode 07
8 Episode 08
9 Episode 09
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
173 Episode 173
174 Episode 174
175 Episode 175
176 Episode 176
177 Episode 177
178 Episode 178
179 Episode 179
180 Episode 180
181 Episode 181
182 Episode 182
183 Episode 183
184 Episode 184
185 Episode 185
186 Episode 186
187 Episode 187
188 Episode 188
189 Episode 189
190 Episode 190
191 Episode 191
192 Episode 192
193 Episode 193
194 Episode 194
195 Episode 195
196 Episode 196
197 Episode 197
198 Episode 198
199 Episode 199
200 Episode 200
201 Episode 201
202 Episode 202
203 Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204 Latest Update...
Episodes

Updated 204 Episodes

1
Episode 01
2
Episode 02
3
Episode 03
4
Episode 04
5
Episode 05
6
Episode 06
7
Episode 07
8
Episode 08
9
Episode 09
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172
173
Episode 173
174
Episode 174
175
Episode 175
176
Episode 176
177
Episode 177
178
Episode 178
179
Episode 179
180
Episode 180
181
Episode 181
182
Episode 182
183
Episode 183
184
Episode 184
185
Episode 185
186
Episode 186
187
Episode 187
188
Episode 188
189
Episode 189
190
Episode 190
191
Episode 191
192
Episode 192
193
Episode 193
194
Episode 194
195
Episode 195
196
Episode 196
197
Episode 197
198
Episode 198
199
Episode 199
200
Episode 200
201
Episode 201
202
Episode 202
203
Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204
Latest Update...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!