Benar. Seperti perkiraan rata-rata murid lainnya, jumlah murid tahun pertama justru mulai berkurang semenjak pengumuman aptitude test telah berakhir. Anggapan bahwa murid bermantel putih akan gagal cukup mempengaruhi sebuah keputusan untuk meninggalkan akademi, terlebih tekanan akan standar dan ekspektasi dari profesor dan sesama murid juga tidak dapat terhindarkan.
Sans, Beatrice, Yudai, dan Neu juga mengamati berkurangnya jumlah murid berseragam tanpa mantel di kelas mereka. Hal yang paling menjadi perhatian adalah kosongnya beberapa bangku setelah hari libur selesai.
Kepergian beberapa murid bermantel putih menjadi perbincangan hangat bagi para murid tahun pertama. Tentu kebanyakan tidak menyangka bahwa Akademi Lorelei memiliki standar yang cukup tinggi. Tidak heran, alih-alih dipermalukan dengan cara dikeluarkan dari akademi setelah performa buruk beberapa kali, mereka berinisiatif sendiri untuk meninggalkan akademi.
Sans cukup tegang ketika mendapati dirinya sebagai satu-satunya murid bermantel putih di kelas. Jika melihat murid-murid lain seperti ketiga temannya itu, ia menyimpulkan kelas telah penuh dengan mereka yang lolos. Tidak heran, semua murid diwajibkan untuk mengenakan mantel masing-masing setelah tes berakhir.
Sans menundukkan kepala ketika dirinya menjadi satu-satunya murid paling menonjol di kelas. Ia mengenakan mantel tanpa warna yang menyelimuti seragam kemeja lengan pendek putih berdasi dengan sebuah armband di tangan kirinya.
Beatrice membujuk Sans, “Te-tenang, Sans. Meski kamu satu-satunya murid yang tidak lolos di kelas, setidaknya kamu masih punya harapan. Ka-kamu sudah cukup berani untuk tinggal.”
Sans membalas, “Aku hanya ingin fokus dengan tujuanku.”
“Selamat pagi.” Hunt memasuki kelas menginterupsi perbincangan hangat antar murid. “Bisa minta perhatiannya?”
Ia pun berbalik ketika mencapai mejanya, menghadap para murid, terutama di barisan terdepan. Seetelah itu menempatkan kedua tangan pada meja kayu tersebut.
“Pertama, kuucapkan selamat pada kalian semua telah berjuang sebaik mungkin dalam aptitude test untuk menemukan sebuah potensi terpendam. Tidak peduli kalian mendapat mantel dengan warna apapun... itulah job kalian saat ini, bukan?”
“Kalau begitu, saya akan membagikan lembaran pilihan job setelah kelas ini selesai. Kalian akan memilihnya sendiri sesuai dengan minat dan juga kalian tetap harus mendatangi kelas umum untuk semua tipe. Lembaran akan saya bagi menjadi tiga tipe untuk kelas ini, support, attacker, defender. Khusus song mage dan white (mantel putih), kalian tidak usah mengisi karena kalian diwajibkan untuk mengikuti semua kelas sesuai dengan tipe.”
Neu berbicara pada Beatrice, “Berarti, kamu wajib untuk mengikuti kelas khusus song mage.”
Mendengar penjelasan Hunt, Sans tentu tidak memiliki pilihan untuk mengambil job tertentu sesuai dengan minat dan keinginannya. Waktu luangnya akan lebih banyak daripada kebanyakan murid yang memiliki job.
“Itu adalah aktivitas yang akan kalian lakukan selama berada di sini. Selama kalian memiliki waktu luang, kalian bisa pergi ke perpustakaan untuk mencari informasi, pergi ke ruang latihan untuk berlatih, atau bahkan hutan untuk dijadikan tempat berlatih. Asal, hal yang patut kalian ingat, begitu malam sudah mulai larut, kalian harus segera kembali ke akademi secepat mungkin. Kalian tidak boleh keluar dari akademi saat jam malam tengah berlangsung. Jika demikian, kalian akan mendapat hukuman,” lanjutnya.
“Hu-hu-hukuman?” ceketuj Beatrice.
“Tentu kalian ingin sekali keluar, kan? Oleh karena itu, Akademi Lorelei juga sering mengadakan field trip sesuai dengan kurikulum untuk melatih kalian sebagai seorang petualang dan pilihan job masing-masing. Saya harap kalian juga tidak menyelinap selama kegiatan itu berlangsung, jika tidak, kalian akan mendapat hukuman begitu kembali ke akademi”
“Baiklah. Sebelum kalian memilih job masing-masing sesuai dengan hasil yang telah kalian dapatkan, alangkah baiknya kita bahas kembali keunggulan masing-masing job. Lebih baik lagi, kalian sudah membaca di perpustakaan. Kita mulai saja, ada yang ingin mencoba menjelaskannya terlebih dahulu?”
Dengan cepat Neu menangkat tangan, respons cepatnya itu menjadi perhatian teman-teman sekelasnya, bahkan Hunt langsung menunjuknya tanpa ragu.
“Baik, saya mulai dari attacker. Tipe attacker umumnya memiliki keunggulan dalam penyerangan, baik dalam jarak dekat dan jarak jauh. Umumnya, archer dan mage memiliki keunggulan dalam penyerangan jarak jauh. Seperti yang kita ketahui, mage pada umumnya merupakan tipe attacker. Mage tipe ini menggunakan sihir untuk menyerang dan bertahan, maka kekuatan dari kecerdasan mereka bisa dibilang cukup tinggi. Mage juga dapat menyesuaikan elemen kelemahan musuh hingga mampu mengalahkannya dengan mudah. Sedangkan archer juga dapat menembakkan panah dari jarak jauh, termasuk dari dataran tinggi. Keunggulan archer meliputi kecepatan dan akurasi. Mereka umumnya dapat secara cepat menghindar dan membidik tembakan panah pada sasaran,” jelas Neu dengan percaya diri.
Baik Sans dan Yudai hanya termenung memperhatikannya dalam diam.
“Seorang swordsman merupakan orang yang andal dalam menggunakan pedang, baik satu tangan atau dua tangan. Mereka memiliki keuntungan dalam penyerangan jarak dekat, kekuatan tebasan pedang dapat dibilang menjadi keunggulannya dalam menyerang musuh. Defender—”
“Kurasa sudah cukup kamu menjelaskan attacker. Terima kasih, Neu. Tapi saya juga ingin mendengar yang lainnya juga berbicara,” potong Hunt.
Ia pun beralih dari meja dan melangkah memasuki barisan murid. Kini matanya memandangi setiap murid yang menundukkan kepala. Ia pun menghela napas, berpikir bahwa mereka ragu atau tidak mengerti tentang materi tersebut.
Yudai berkomentar pada Neu, “Sebenarnya aku ingin menjelaskan tentang archer.”
Hunt menunjuk salah satu murid barisan tengah yang mengangkat tangan ingin menjelaskan. Semuanya beralih mendengarkan penjelasan tentang tipe defender.
Sebagaimana dijelaskan oleh murid perempuan berambut pendek pirang di barisan tengah, tipe defender umumnya fokus dalam pertahanan. Keunggulan tersebut terlihat pada royal guard dan knight. Keduanya juga masih tidak kalah unggul dari swordsman jika berbicara tentang penyerangan, akan tetapi, penggunaan shield dapat dikatakan lebih mahir sehingga kemampuan bertahan cukup tinggi.
Seorang murid laki-laki di barisan tengah juga menjelaskan peran seorang priest sebagai tipe support. Dia menyebutkan bahwa tipe ini memiliki banyak skill menyembuhkan dan memperkuat rekan saat bertualang. Tidak hanya itu, priest juga menjadi job yang sering dibutuhkan kebanyakan orang saat bertualang. Itu karena mereka memiliki serangan elemen holy.
Setelah mendengar penjelasan dari kedua murid itu, Hunt juga menambah penjelasannya tentang setiap job tipe support dan defender. Seluruh murid memperhatikan setiap perkataannya dengan cermat dan jernih.
“Baiklah. Beatrice,” Hunt mendekati meja Beatrice dan Neu.
“Eh?” Beatrice tercengang ketika Hunt telah berdiri di hadapannya.
“Bisakah kamu jelaskan, berhubung masih ada yang bertanya-tanya, definisi dan keunggulan dari song mage?”
Beatrice dengan terbata-bata berdiri dan mulai menjelaskan, “A-a-anu. Aku dan Neu dua hari yang lalu pergi ke perpustakaan untuk mencari informasi tentang song mage—”
“Langsung saja,” bujuk Neu.
Beatrice langsung menjelaskan intinya, “Ja-jadi song mage merupakan seorang mage yang mengandalkan nyanyian sebagai mantra sihir. Kemampuan mereka adalah mengandalkan nyanyian merdu sebagai sihir untuk membantu rekan dan menyerang musuh. Um, kemampuan mereka disesuaikan dengan hasil aptitude test, yaitu dua tipe yang mereka dapatkan. Aku … dapat support dan defender.”
“Ya?” Hunt meminta Beatrice untuk meneruskan.
“Oh. Satu lagi. Senjata yang digunakan song mage berupa song sphere. Song sphere berfungsi sebagai pengeras suara agar dapat mempermudah sihir dari nyanyian terdengar, maka sihir mereka akan bekerja. Begitu saja yang saya tahu.”
“Terima kasih, Beatrice.” Hunt berbalik kembali menuju mejanya. “Jadi kalian sudah mengetahui job yang kalian inginkan jika mempertimbangkan masing-masing keunggulannya. Begitu saya memberikan lembar tersebut, saya harap kalian menyerahkannya kembali sekarang juga. Kelas khusus untuk setiap job akan dimulai dalam dua hari.”
Ia juga menambahkan penjelasan tentang keunggulan dan juga kelemahannya masing-masing secara rinci, lugas serta memastikan sistem job bukan untuk diremehkan, dan dipermainkan.
Beberapa dari muridnya memahami bahwa setiap job merupakan hal serius, bukan dipakai untuk tujuan iseng. Mengingat potensi dari masing-masing berdasarkan aptitude test, diharapkan setiap murid memilih sesuai dengan keinginan dan keunggulan diri.
Setelah tidak ada lagi yang dibicarakan, Hunt mengambil beberapa lembar pilihan job dan menyerahkannya pada masing-masing murid sesuai dengan tipe job, kecuali Sans dan Beatrice yang tidak masuk ke dalam ketiga kategori tersebut.
Lembaran berupa kertas cokelat lebar tersebut bisa dikatakan sebagai lembar pendaftaran sebuah job. Terdapat beberapa pilihan sesuai dengan tipe masing-masing dan juga daftar jadwal kelas yang harus diikuti ketika telah memilih.
Kebanyakan murid tentu langsung memilihnya tanpa membaca jadwal terlebih dahulu di masing-masing bagian bawah pilihannya. Yudai dan Neu juga langsung mencontreng menggunakan pena bulu bertinta hitam pada masing-masing job pilihan mereka. Sudah jelas, Yudai memilih archer, sedangkan Neu memilih mage.
Selesai memilih masing-masing job, setiap murid menyerahkan lembar tersebut kembali pada Hunt. Profesor itu mengangguk memastikan semua muridnya telah memilih sesuai keinginan dan potensinya masing-masing.
“Baiklah, kelas saya sudahi untuk hari ini. Kalian boleh pergi. Kecuali Beatrice, ada yang ingin saya bicarakan tentang jadwal khusus song mage,” ucap Hunt tiba-tiba lalu mengakhiri pertemuan hari itu.
“Eh?”
Hampir seluruh murid bangkit dan berbalik meninggalkan kelas terlebih dahulu. Sans, Yudai, dan Neu menjadi murid paling akhir yang meninggalkan kelas begitu Beatrice disuruh untuk tetap tinggal.
Sans kembali termenung mengetahui Beatrice, Yudai, dan Neu telah mendapat kelas khusus masing-masing. Sebagai satu-satunya murid bermantel putih di kelas, ia tidak mendapat keuntungan seperti itu. Ia wajib mempelajari segala hal dengan cara sendiri.
“Kau tidak apa-apa?” Yudai berbalik menatap Sans.
“Jadi benar. Ini penyebab mengapa murid bermantel putih memutuskan untuk keluar dengan niat sendiri atau dikeluarkan oleh profesor secara langsung. Aku tidak bisa memilih job sama sekali, berarti aku tidak ada kelas khusus seperti kalian.”
“Sans, mungkin kamu bisa belajar sendiri, berlatih dan membaca buku di perpustakaan. Kamu buktikan pada para professor kalau kamu bukanlah murid pecundang. Aku tahu, kamu tidak pantas untuk dikeluarkan dari akademi,” usul Neu.
Baru saja selesai berbicara, Neu secara tiba-tiba terdorong dari belakang. Tubuhnya tersandung hingga kedua tangan mencapai lantai. Saking tercengangnya, ia menatap sang pelaku di belakangnya.
Sans dan Neu juga ikut tertegun ketika Tay, sang pelaku, telah berada di hadapan mereka. Tatapan Tay menjorok pada Neu, memasamkan wajah penuh gejolak api.
“Itu untuk menggagalkan salah satu aptitude test! Gara-gara dirimu, aku jadi gagal!” tuduh Tay.
Neu kembali bangkit. “Kenapa? Kamu tidak puas? Aku sudah melihat kamu mendapat mantel biru gelap. Kamu sudah jadi attacker. Mengingat kamu membawa pedang waktu upacara penerimaan murid di akademi, kamu pasti sudah menjadi swordsman, bukan?”
Ketika Neu mendekati Tay seraya mengonfrontasi, Yudai langsung menengahi. “Whoa, whoa, whoa. Tenanglah. Kalian tenang dulu. Neu, jangan emosi.”
Tay kembali menunjuk Neu menggunakan telunjuk. “Gara-gara kamu, aku jadi jatuh ke dinding ilusi bersamamu! Aku jadi gagal dan harus mengulang tes bagian dalam lagi! Susah payah aku sudah mengulang, waktu sudah habis. Ini semua karena kamu!”
Neu menepuk lengan Tay ke bawah. “Itu sudah berlalu. Kalau kamu juga lolos bagian dalam, kamu mungkin akan menjadi song mage, bukan swordsman. Impianmu takkan terwujud kalau begitu. Lagipula, siapa juga yang memulai masalah duluan? Siapa juga yang mendatangi kami bertiga, lalu memukulku tepat di wajah, lalu mendorong hingga masuk ke dinding ilusi.”
Ia pun menyadari hingga melanjutkan sebuah sindiran. “Oh, aku melihat kamu tidak di samping keempat teman setia-mu. Pasti karena kamu meninggalkan mereka saat itu untuk menemui kami agar bisa membalas dendam. Iya, kan? Pantas saja mereka tidak mau dirimu lagi sebagai pengkhianat.”
“Jangan berbicara sembarangan,” Tay secara kasar membalas sindiran, “mata empat.”
“Sudah, sudah, ini akademi,” potong Yudai kembali mengangkat kedua tangan untuk menghentikan pertengkaran Tay dan Neu, “sebaiknya jangan ungkit masalah itu terus menerus, masa lalu biarlah jadi masa lalu.”
“Baiklah. Kalau kalian bertemu diriku lagi—” Tay menunjuk kembali Neu. “—terutama kamu, mata empat, awas saja!”
Mendengar ancaman seperti itu yang didahului oleh pertengkaran, Sans sampai terdiam dan terengah-engah. Khawatir sekali lagi kekuatan fisik harus diandalkan seperti saat di kastil terbengkalai.
Neu menghela napas dan melampiaskan. “Aku tidak percaya ini! Ia orang yang buruk! Orang macam apa yang meninggalkan teman ‘setia’-nya hanya untuk membalas dendam? Tidak heran mengapa ia diabaikan oleh temannya sendiri. Setidaknya laki-laki keras kepala itu bisa berterima kasih karena sudah gagal menjadi salah satu defender.”
“Uh, Neu,” Sans mengoreksi, “sebenarnya knight dan royal guard bisa menggunakan pedang!”
“Astaga!” jerit Neu menutup muka dengan kedua tangan. “Aku jadi melantur saat emosi begini!”
Yudai menambah ketika menyaksikan Tay seorang diri berbelok mencari ruangan lain, “Kalau melihat fisiknya, ia pasti bisa mengalahkan setiap instruktur saat tes akhir. Kalau ia benar-benar menghadapi Dolce, aku tidak tahu apakah ia bisa bertahan atau tidak. Setidaknya, kalau hanya lolos bagian dalam atau bagian akhir, ia tidak akan menjadi song mage.”
“Bagus kalau dia tidak menjadi song mage,” sahut Neu lalu berbalik bersiap untuk berjalan.
“Song mage apa?” ucap Beatrice begitu menghampiri dari belakang.
“Oh, Beatrice, ternyata kamu.” Neu menoleh sejenak.
Sans menyampaikan renungannya, “Aku hanya harus berlatih sendirian. Lalu, bagaimana kalau aku terus berlatih tanpa bantuan profesor selama berada di akademi? Bagaimana kalau aku dikeluarkan seperti yang lain karena tidak melebihi kemampuan kalian?”
Yudai menepuk kedua bahunya, “Tenanglah, Sans. Tenanglah. Kamu tidak selalu butuh profesor atau seseorang yang lebih tua darimu untuk belajar, untuk berlatih. Kamu tidak sendirian kok. Aku akan senang hati membantumu.”
Neu setuju. “Benar, aku juga akan menyampaikan segala hal yang telah dipelajari begitu selesai setiap kelas. Sekalian kita mengambil pekerjaan dari quest board atau berlatih bersama di hutan.”
Beatrice mengulum senyuman. “Kami akan dengan senang hati membantumu, tapi semampu kita. Kita ini teman.”
Yudai ikut tertawa kecil. “Itu gunanya teman. Teman selalu ada mengisi kekosongan. Teman selalu ada untuk membantumu.”
Menatap senyuman dari ketiga temannya itu membuat semangat Sans kembali tercerahkan.
“Terima kasih, teman-teman. Aku senang tetap bisa bersama kalian.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
John Singgih
kekuatan persahabstan
2021-03-21
0