Sebuah ruangan berisi setidaknya enam belas ring berbentuk bujursangkar tanpa pagar pembatas, beberapa punching bag berbagai bentuk mulai dari silinder hingga torso manusia di dekat dinding. Dinding, langit-langit, dan lantai, semuanya serba hitam, penerangan hanya berupa lentera di langit-langit menerangi setiap ring.
Setiap murid tercengang ketika menatap cukup gelapnya ruangan tersebut, tidak seperti kebanyakan ruangan di kastil akademi. Mereka menarik napas menunggu seorang professor tiba untuk memulai kelas.
“Selamat sore, semua,” Dolce menyapa ketika memasuki ruang latihan pertarungan fisik.
“Selamat sore, Profesor Dolce,” balas semua murid.
Dolce pun menatapi setiap murid telah berbaris rapi di hadapannya. “Selamat datang di kelas pertarungan pertama kalian. Saya harap kalian mengerti bahwa kalian di sini untuk mempersiapkan diri demi mengikuti aptitude test dalam waktu dekat. Satu lagi, kalian tidak perlu memanggil saya profesor, cukup Dolce saja.”
“Baik, Dolce”
“Satu hal yang patut kalian ketahui tentang tes ini ialah selama tes berlangsung, kalian tidak diperbolehkan menggunakan senjata apapun untuk menyerang atau bertahan. Sihir juga tidak diperlukan. Kami ingin melihat keterampilan fisik terlebih dahulu untuk menentukan kalian lebih berpotensi di tipe job yang mana. Oleh karena itu, dalam kelas ini kalian akan dilatih terlebih dahulu cara bertarung tanpa menggunakan senjata atau sihir. Bagi yang membawa senjata, silakan taruh di tepat di depan kalian.”
Seluruh murid yang membawa senjata pun terpaksa menaruhnya di lantai tepat di hadapan mereka. Tay pun menggerutu memancungkan mulutnya sambil meletakkan pedang di lantai pada hadapannya.
Yudai berkomentar pada Sans, “Untung saja aku tidak membawa busur dan quiver”
“Tapi kan, tetap saja.” Sans menaruh belati hitamnya di lantai. “Aku tidak punya pengalaman bertarung menggunakan tangan kosong”
“Jangan khawatir, aku akan membantu mengajarimu,” sahut Yudai sambil menepuk pundak Sans dua kali sebagai penyemangat.
“Semuanya harap membuat dua barisan terlebih dulu! Laki-laki di depan, perempuan di belakang,” ucap Dolce, “rentangkan tangan agar membuat jarak!”
Semua muridnya pun segera berbaris sesuai arahannya dan merentangkan tangan untuk memberi jarak antar barisan.
“Bagus. Berdiri tegak.” Dolce mengambil posisi di hadapan tengah barisan laki-laki. “Untuk hari ini, kalian akan belajar dasar dari pertarungan dengan tangan kosong. Kalian harus bisa menguasai teknik memukul, menendang, dan bertahan agar kami dapat melihat potensi masing-masing selama aptitude test.”
Dolce kemudian mulai mempraktikkan hal-hal dasar dalam bertarung, mulai dari mengayunkan pukulan dari kepalan tangan, menendang, hingga bertahan dari serangan. Seluruh murid mengikuti instruksinya dan mempraktikkan semuanya masing-masing delapan kali.
Begitu selesai pemberian materi dasar bertarung, Dolce meminta seluruh murid untuk berpasangan agar dapat mempraktikkannya sendiri. Seperti biasa, Yudai memilih Sans sebagai pasangan berlatih, sementara Beatrice dan Neu juga demikian.
Setiap pasangan mempraktikkan teknik dasar dalam bertarung, terutama dalam memukul dan bertahan terlebih dahulu. Dolce pun mengelilingi setiap pasangan latihan untuk melihat sejauh mana mereka mengayunkan pukulan dan menggunakan teknik bertahan dengan baik. Bisa dia amati bahwa hanya beberapa murid, terutama Tay, yang dapat menguasai teknik dasar cukup memuaskan.
***
Setidaknya tiga minggu mereka telah habiskan selama mereka berada di akademi sebagai murid tahun pertama. Kelas demi kelas mereka datangi demi mengetahui dasar-dasar dari keseluruhan materi di akademi sebelum menghadapi aptitude test.
Segala pengetahuan tentang job system, sihir, pertarungan, hingga dasar sejarah Akademi Lorelei telah mereka dapatkan dari setiap profesor. Hanya tinggal menunggu waktu pengumuman dimulainya aptitude test.
Setelah salah satu kelas berakhir saat siang hari, kebanyakan murid berlalu menuju kantin untuk membeli makan siang, bahkan beberapa lagi memutuskan untuk pergi ke kota. Akan tetapi, tampilan serta rasa dari hidangan di kantin akademi lebih menggoda bagi kebanyakan murid dan membuat lebih betah untuk makan siang di sana.
Sup sayuran bening, **** guling, burung puyuh bakar, roti, dan berbagai buah segar menjadi contoh menu yang tersaji di kantin. Tentu saja, setiap murid harus mengantre untuk mengambil menu yang mereka ingin makan hari itu seperti berada di prasmanan. Kemudian mereka membayar beberapa vial sesuai dengan menu di piring masing-masing.
Kantin tersebut juga terdiri dari begitu banyak meja dan kursi, beberapa di antaranya berbentuk persegi panjang memanjang hingga dapat menampung 12 orang. Dinding marmer berwarna kuning terpancar melalui cahaya chandelier di setiap sisi langit-langit ruangan kantin, memperkenalkan daya tarik agar nafsu makan bertambah.
Jam makan siang juga merupakan kesempatan bagi murid tahun pertama untuk bertanya pada murid tingkat atas mengenai informasi aptitude test. Sayangnya, semua murid tingkat atas menolak untuk berkata apapun tentang tes tersebut, bahkan setelah diberi sogokan berupa uang vial sekalipun.
Sans, Beatrice, Yudai, dan Neu menjadi saksi ketika membawa masing-masing satu tray makan siang mereka, salah satu murid tahun pertama terus-menerus meminta pada murid tingkat atas agar memberitahu segala hal tentang tes itu. Akan tetapi, seperti dugaan mereka, murid tingkat atas tersebut berlalu begitu saja setelah menolak membicarakan apapun mengenai topik tersebut.
Meninggalkan sang murid tahun pertama yang malang itu, mereka berempat kembali melangkah menuju salah satu meja berkapasitas empat orang di tengah ruangan kantin tersebut.
“Tampaknya murid tingkat atas disuruh agar tidak memberitahu apapun tentang tes ini pada murid baru seperti kita,” tutur Neu ketika dirinya dan ketiga temannya menaruh tray makan siang di meja dan mulai duduk di hadapannya.
Sans pun menuturkan pendapatnya, “Tampaknya kamu benar. Pasti mereka disuruh untuk menjaga rahasia. Tapi, aku belum tahu apa kita akan bisa lulus atau tidak.”
“Ayolah, tes ini untuk mengukur potensi kita. Kita mau jadi apa. Karena aku membawa busur dan quiver berisi panah, aku mungkin akan masuk ke tipe attacker, berarti aku akan menjadi archer.” Yudai mulai melahap makan siangnya.
Neu menyambung, “Sama denganku. Aku juga sudah belajar sihir sebelum ke Aiswalt. Aku juga membaca begitu banyak buku tentang mantra. Mau kutunjukkan contoh mantra yang sudah aku kuasai?”
“Ya. Sebaiknya kamu tunjukkan.” Yudai mengangguk setuju meski mulutnya masih penuh dengan makanan.
“Ehem.” Neu menunjuk secuil roti kering di bagian kiri tray makan siangnya. “Levitasio ot eht aideru.”
Secuil roti dari tray makan siang Neu secara perlahan mulai melayang menuju udara sesuai arahan telunjuknya. Melihat roti tersebut bagaikan terbang sendiri telah membuat Sans, Beatrice, dan Yudai tercengang.
“Kamu hebat, Neu. Aku tidak menyangka kamu telah tahu begitu banyak,” ucap Beatrice.
“Hebat,” sambung Sans dan Yudai bersamaan.
Neu menurunkan telunjuknya seraya meletakkan kembali secuil roti menuju tray makan siangnya tanpa sentuhan tangan. “Oh ya, Sans, Beatrice, job apa yang paling cocok untuk kalian?”
Beatrice memuncratkan sup dari mulut ketika mendengar pertanyaan Neu, tercengang. “A-apa?”
Sans menurunkan kepalanya dan berupaya untuk menjawab, “A-aku tidak tahu. Sama sekali tidak terpikirkan olehku. Tapi yang pasti, aku punya tujuan. Aku ingin mencari obat untuk ibuku yang sedang sakit parah.”
“A-aku turut prihatin,” ucap Neu menurunkan nadanya.
Beatrice juga menjawab, “Aku juga sama sekali tidak tahu. Aku bahkan tidak terpikir potensiku untuk mengambil sebuah job apa. Seperti yang kalian tahu sebelumnya, aku hanya melarikan dari rumah dan ingin melihat dunia luar. Jujur saja, bersama kalian di akademi lebih nyaman daripada di rumah. Setidaknya, aku bisa melakukan apapun yang dilakukan oleh perempuan bangsawan sepertiku”
“Beruntung kamu bisa melarikan diri dari rumah,” komentar Neu, “beruntung juga saat libur aku bisa mengajakmu untuk menyelesaikan pekerjaan dari quest board demi uang tambahan”
“Whoa, kamu juga mengambil pekerjaan di quest board akhir-akhir ini?” Yudai melongo. “Kukira hanya aku dan Sans, sekalian untuk berlatih bertarung setelah setiap pekerjaan selesai”
“Tanpa senjata, ‘kan? Kita bahkan tidak boleh menggunakan senjata atau sihir apapun selama tes ini”
“Tentu saja dengan tangan kosong. Aku bahkan tidak tahu apa kita siap untuk mengikutinya kalau—"
“Mohon perhatiannya!” Semua percakapan di kantin terhenti ketika suara Dolce sontak membuat mereka mengarah pada bagian tengah dari kantin, terutama di dekat meja Sans, Beatrice, Yudai, dan Neu.
Dolce telah berdiri di pusat dari ruangan kantin agar suaranya terdengar cukup nyaring menuju seluruh murid. Ia kini menjadi pusat perhatian bagi seluruh murid yang tengah menikmati makan siang.
“Seluruh murid tahun pertama, Profesor Arsius ingin menemui kalian di aula dalam 45 menit, tanpa kecuali. Terima kasih.”
Begitu Dolce mulai meninggalkan kantin, percakapan kembali panas, terutama mengenai pengumuman darinya. Bagi keempat kawan itu, mereka mempertanyakan dalam hati, penasaran dengan tujuan pertemuan antara seluruh murid tahun pertama dan Arsius.
***
Seluruh murid tahun pertama berbondong-bondong memasuki aula dan membentuk barisan sebanyak tiga garis sesuai dengan kelas mereka. Arsius telah berdiri di hadapan mereka di antara dua meja persegi memanjang menghadap pintu.
Suara percakapan dari setiap murid terhenti ketika mereka telah melihat Arsius di hadapan mereka. Dengan rapi dan lurus, mereka berdiri begitu tegak menghadapi kepala Akademi Lorelei itu.
Ia pun memulai pidatonya, “Semua murid tahun pertama. Selama tiga minggu terakhir, kalian telah mempelajari segala hal mendasar tentang job system, pertarungan, sejarah akademi, dan setiap peraturan yang ada. Setiap kelas yang kalian hadiri berupa persiapan untuk aptitude test. Bahkan, beberapa dari kalian rela bertanya tentang tes ini pada profesor dan murid tingkat atas.
“Sekarang, kalian berdiri di hadapan saya sebagai murid-murid yang memiliki latar belakang beragam, mulai dari asal, warna kulit, hingga kepribadian. Saya sudah memberitahu bahwa kalian akan menghadapi berbagai pelajaran dan tantangan cukup berat. Setiap profesor, termasuk saya, akan memberi tugas yang cukup berat. Salah satunya tetang tes ini.
“Aptitude test akan menguji kemampuan fisik kalian, dan kami akan menilai potensial kalian untuk membaginya menjadi tiga tipe, support, attacker, dan defender. Oleh karena itu, kalian akan menghadapi tesnya mulai besok.”
Mendengar pengumuman akan diadakannya aptitude test pada esok hari membuat hampir seluruh murid tahun pertama merasa lega dan tegang pada saat yang sama.
“Aptitude test ini terbagi menjadi tiga bagian, setiap bagian akan diadakan selama sehari. Tes ini akan diadakan selama tiga hari. Bagiannya terdiri dari tes dalam, tes luar, dan tes akhir. Ketiga bagian tes ini akan menguji potensi ketahanan, kecepatan, dan kekuatan kalian.
“Pertama, tes dalam. Kalian akan menuju hutan di barat laut, saya yakin hanya sedikit dari kalian yang menyusuri hutan di sebelah barat kota. Hutan tersebut juga dapat dimasuki melalui gerbang barat akademi. Karena tentu pekerjaan mudah di quest board tidak akan menyuruh kalian ke sana. Lebih banyak hewan liar dan buas di sana. Kalian hanya harus menemukan sebuah herb biru masing-masing. Herb biru telah kami sembunyikan di beberapa sudut hutan tersebut, mungkin kalian akan menemukannya di atas pohon, di dalam gua, atau bahkan di dalam sungai. Tes dalam akan berakhir ketika memasuki waktu senja, setiap profesor akan menjemput kalian untuk kembali ke akademi.
“Kedua, tes luar. Kalian akan diantar menuju sebuah kastel yang terbengkalai. Kalian harus masuk dan mencari sesuatu di dalam kastel tersebut, sesuatu yang kalian cari adalah Patung Selene yang memancarkan keajaiban. Kalian hanya harus mengambil air mata yang terpancar dari patung Selene. Tetapi, kalian juga tidak boleh ketahuan oleh para kesatria patung yang berjaga di setiap sudut kastel, termasuk di sekitar patung tersebut. Kalian juga harus menghindari beberapa monster contohnya adalah screamer.
“Terakhir, tes akhir. Tes akhir ini akan menguji kemampuan bertarung kalian. Maka, tes akhir diadakan di dalam ruang latihan akademi. Kalian akan menghadapi instruktur dalam menunjukkan kemampuan bertarung kalian. Kalian punya empat menit untuk mengalahkan atau bertahan menghadapi instruktur. Kalian akan lolos jika kalian mampu mengalahkan instruktur atau bertahan tanpa menyatakan menyerah selama empat menit.
“Seperti yang kalian ketahui, selama tes ini berlangsung kalian tidak diperbolehkan menggunakan senjata dan sihir sama sekali. Siapapun yang ketahuan melanggar peraturan seperti itu akan dikeluarkan dari akademi. Saya harapkan kalian berjuang sebaik mungkin dalam ketiga bagian tes ini, ingat tunjukkan kemampuan dan potensi kalian. Semoga berhasil.”
Percakapan antar murid kembali kencang ketika mereka keluar dari aula, meninggalkan Arsius. Mendengar pemberitahuan tersebut memberikan kesan lega terhadap semua murid karena telah mengetahui hal apa saja yang akan berlangsung ketika tes itu berlangsung.
Percakapan pun berubah menjadi permintaan untuk membentuk aliansi, mulai dari mengajak teman hingga memohon pada seseorang yang belum terlalu dikenal. Dengan terbentuknya aliansi, peluang untuk menyelesaikan setiap bagian aptitude test bertambah.
Mendengar beberapa murid tahun pertama memutuskan untuk membentuk aliansi, Beatrice meminta pada Sans, Yudai, dan Neu, “Mu-mungkin kita mengerjakan kedua tugas bersama-sama. Apa kalian mau?”
“Kalau melihat murid-murid yang lain memutuskan untuk mengiringi hutan dan kastel terbengkalai bersama-sama, mengapa tidak? Mungkin dengan kita mencari setiap barang bersama-sama, mungkin kita akan lolos dengan mudah,” Yudai mulai menggesekkan hidungnya sambil tertawa kecil.
Neu bertanya, “Bagaimana, Sans?”
“Eh? I-iya, aku setuju,” ucap Sans.
“Baiklah!” seru Beatrice. “Yeeeee!! Kita membuat kelompok! Kita membuat kelompok dan akan lulus dari ketiga bagian tes ini!”
“Um, sebenarnya, bagian akhir sendiri-sendiri,” Neu memotong seruan Beatrice.
“Kalau begitu, kita akan lulus dua bagian pertama tes ini!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
John Singgih
misteri aptitude test
2021-03-20
0
Muma
lanjut
2020-08-22
0