Episode 07

“Akhirnya! Upah pertama kita!” seru Yudai mengangkat selembar vial begitu tinggi setelah kembali ke alun-alun kota.

Memang membutuhkan lebih lama ketika mendorong bangkai **** hutan dari hutan menuju kota. Ketika mereka kembali menuju alun-alun, langit perlahan mulai meredup, dan sebuah warna oranye keputihan mulai menyelimuti luasnya langit-langit di atas.

“Akhirnya selesai juga,” gumam Sans menghela napas.

“Oke, hanya tinggal empat hari. Berarti kita masih harus mendapat pekerjaan di quest board, demi uang ekstra!” tanggap Yudai ketika melewati quest board yang semakin padat oleh pengunjung. “Sekalian juga kamu masih harus belajar menggunakan belati itu”

“Iya, aku tahu.”

Ketika tengah melewati gerbang timur alun-alun, perhatian mereka tiba-tiba saja tertuju pada sebuah suara. Mereka pun sontak terhenti sesaat dan melihat seorang anak laki-laki menangis sambil berlari menghampiri keduanya.

Anak kecil itu berlari memasuki alun-alun dengan tangisan yang sangat keras. Bahkan perhatian beberapa petualang dan pengunjung tertuju pada anak tersebut karena penasaran.

“Tunggu!” seorang perempuan berambut pendek berkacamata juga melewati Sans dan Yudai untuk mengejar anak kecil itu.

Penasaran dengan kejadian tersebut, kedua pemuda itu berbalik meninggalkan gerbang timur alun-alun dan bergabung ke dalam kerumunan yang menyaksikan kejadian tersebut, terutama bersimpati pada anak kecil.

“Jangan ikuti aku, Bu!” jerit anak kecil itu menghentikan langkah tepat di hadapan gerbang selatan alun-alun. “Ibu hanya bisa memberikan harapan palsu! Ibu bilang Ayah akan pulang! Tapi Ayah tidak pulang setelah satu minggu!” Anak kecil itu berbalik meluapkan air matanya pada sang gadis berkacamata. “Kenapa Ibu tidak jujur saja! Kenapa?!”

“Nak.” Sang perempuan mulai berlinang air mata setelah mendengar keluhan dari sang anak. “Maafkan Ibu—”

“Tidak! Aku tidak mau pulang sampai Ayah kembali! Aku tidak mau pulang!” rengek anak kecil itu. Kedua kakinya dia tapakkan begitu keras pada lantai keramik alun-alun, membuat hampir semua pengunjung merasa iba.

Perempuan itu pun mendekati anak laki-lakinya dan tidak dapat menahan ledakan air matanya, “Maafkan Ibu, Nak.”

“Aku tidak mau pulang! Aku ingin Ayah pulang!” ronta anak kecil itu. “SIAL!!”

Sang Ibu pun berlutut dan mengikat pundak anaknya pada bahunya. Anak kecil itu tetap menangis dan meronta begitu nyaring di pelukan Ibunya. Bersama-sama, mereka meluapkan tangisan mereka untuk melampiaskan kerinduan sang ayah.

Menatap mereka berdua, sang Ibu mulai memeluk seorang anak laki-laki di hadapannya, membuat Sans terpikir kembali tentang Ibunya. Dia teringat setiap kali Ibunya memberinya kasih sayang sejak kecil di desa Highwind, setiap omelan hingga nasihat, membuatnya merindukan sosok berharga dalam hidupnya itu.

Yudai juga termenung ketika menyaksikan tangisan dan pelukan seorang Ibu dan anak di hadapannya. Beban di dalam otaknya juga mendadak menghilangkan semangat di luar. Tangan kanannya ia kepalkan untuk meresapi beban menuju tubuhnya.

Ketika Sans menoleh, ia dapat melihat raut wajah Yudai yang sedikit padam bahkan menunduk seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.

***

Sans mengeluarkan empat botol ramuan cairan hijau dan Buku Dasar Alchemist dari kantungnya menuju tempat tidur. Ia menghela napas ketika mengingat lupa bertanya tentang fungsi ramuan cairan hijau di dalam masing-masing botol berbentuk labu.

Sepuluh detik selesai menatap setiap botol ramuan itu, ia menoleh pada Buku Dasar Alchemist pemberian Nacht. Terpikir kembali ketika sosoknya yang misterius memberikannya sebuah buku bersampul merah ketika tiba di gerbang selatan kota.

Ia pun mengambil buku itu dari atas ranjangnya. Sans mulai membukanya dan melihat isi halaman pertama, di sana terdapat daun ars yang terselip menjadi pengingat paling penting pada pertemuan pertamanya dengan Nacht.

Sans menyentuh sisi kanan halaman pertama. Ketika jari-jemarinya tengah mulai memutarbalikan halaman, Yudai pun tiba dan duduk di hadapan dirinya serta keempat botol ramuan cairan hijau.

“Kamu masih penasaran dengan pemberian Nacht, kan?” Yudai memulai percakapan.

Ketika Sans menoleh pada kawannya itu, dapat dikatakan kecerahan dari wajah Yudai bercampur dengan kesurauan. Ia pun menatapi sorot cahaya matanya telah memudar.

Sans mengangguk sambil menutup buku bersampul merah itu, “Aku mungkin akan mencarinya di buku ini.”

Sans pun beralih menatap ruang penginapan yang mereka tempati. Dinding wallpaper porselen putih dan motif bunga biru dapat menjadi tonjolan penginapan murah tersebut. Di dalam kamar hanya terdapat tempat tidur berlapis kelambu dan meja di hadapannya.

Yudai kembali membuka suara, “Sans, maaf ya. Aku … tidak dapat menahan diri untuk menanyakan ini. Um … kamu ada tujuan tertentu untuk masuk akademi?”

Mendengar pertanyaan itu, Sans mulai menghela napas ketika mengingat kembali keadaan Ibunya. Sebuah kilas balik mengenai dirinya meletakkan tubuh sang Ibu ke dalam air kehidupan di sebuah gua.

“Eh? Maaf. Apa aku membuatmu mengingat sesuatu? Sesuatu yang tidak kamu ingin bicarakan?” Yudai bereaksi ketika menatap kemasaman wajah teman sekamarnya. “Kalau begitu, sebaiknya lupakan saja”

“Tidak apa-apa,” jawab Sans, “aku hanya teringat ibuku.”

“Ibumu? Apa ibumu—”

“Benar,” potong Sans tanpa membiarkan Yudai menyelesaikan satu pertanyaan lagi, “Ibuku … telah terkena sebuah penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Ia telah lumpuh, tidak bisa menggerakkan tubuh. Bukan hanya itu, Ibuku juga lupa siapa diriku, siapa tetangga di sekitarnya, dan segalanya yang telah menjadi kenangan. Aku ingin ke akademi untuk mencari obat yang bisa menyembuhkannya, meski harus rela ke luar desa Highwind. Aku ingin Ibuku sembuh dan mengingat siapa diriku.”

Melihat bagaimana Sans menjelaskan kondisinya saat ini, Yudai mengetahui bahwa beban yang dimiliki oleh temannya itu sangat berat. Ketika Sans memikirkan kembali Ibunya yang saat ini berada di dalam air kehidupan, air matanya tak sengaja tumpah. Ia juga tidak tahu bagaimana kondisinya saat ini karena semenjak kepergiannya selama dua hari, dirinya tidak mendengar kabar lagi.

“Aku … tidak tahu lagi harus berkata apa,” ucap Yudai, “saat melihat anak kecil yang menangis ingin ayahnya kembali …. Iya, jujur, aku iri dengan anak-anak yang diberi kasih sayang oleh kedua orangtua sejak kecil, sampai mereka menjadi dewasa. Aku benar-benar iri.”

“Yudai ….”

“Aku ke akademi untuk belajar bertarung dan melindungi diri, untuk mempersiapkan diriku agar bisa mencari kedua orangtuaku. Mereka telah meninggalkanku, Kakek, dan Nenek saat umurku lima tahun. Waktu itu hujan deras. Aku terbangun setelah mendengar petir. Begitu aku bangun karena ketakutan, aku mendengar suara kedua orangtuaku yang akan pergi.”

***

“AAAAH!” jerit Yudai kecil ketika mengangkat badannya dan terbangun dari mimpi kembali ke dunia nyata.

Yudai kecil menarik napas cepat untuk menenangkan diri dari sambaran petir di balik derasnya hujan. Akan tetapi, nyaringnya suara di luar kamar berupa percakapan tidak kalah dengan suara rintikan hujan lebat menuju tanah.

“Kenapa? Kenapa kalian harus pergi secepat ini? Kenapa kalian tidak mengajak Yudai?” sang Kakek melontarkan pertanyaan pada Ayah dan Ibu Yudai.

“Jaga Yudai baik-baik,” ucap sang Ayah sebelum menjawab salah satu pertanyaan sang kakek, “Kami tidak ingin membahayakannya. Kami akan menjalankan misi yang berbahaya, bahkan tidak tega menyaksikan anak kami menjadi korban.”

Sang Ibu juga menambah, “Tolong jaga anak itu. Kami mungkin tidak akan kembali dalam waktu dekat. Kami … harus meninggalkan Yudai pada kalian.”

Mendengar percakapan tersebut, terutama ketika Yudai kecil meninggalkan tempat tidur dan mendekati pintu. Tertegun akan kenyataan bahwa kedua orangtuanya harus meninggalkannya membuat hatinya pecah berkeping-keping. Kedua tangannya dia tempelkan pada pintu saat air mata mulai menetes menuju pipi.

“Kami harus pergi. Maafkan kami,” ucap sang Ayah.

Yudai kecil mendobrak pintu kamarnya dengan nyaring. Ketika dia mulai berlari menghampiri sumber suara percakapan itu, dia menjadi tatapan sang ayah dan ibu. Kakek dan neneknya juga tercengang dengan kedatangannya.

“Ayah! Ibu! Jangan pergi!” jerit Yudai kecil menarik tangan ayah dan ibunya.

“Yudai,” ucap Kakek.

Sang Ibu berlutut untuk berbicara pada Yudai kecil. Jempolnya menyentuh pipi Yudai kecil untuk menghapus tetesan air mata.

“Nak. Ayah dan Ibu sebenarnya ingin membawa kamu untuk berpetualang lagi, melihat dunia luar sekali lagi. Tapi tugas Ayah dan Ibu berbahaya, bahkan kamu bisa saja celaka, Nak.” Sang Ibu menyentuh pipi bagian bawah Yudai kecil. “Kamu jaga Kakek dan Nenek baik-baik, ya. Jadilah laki-laki yang kuat seperti Ayah. Bisa, ‘kan?”

Tidak tahan meneteskan air mata pula, sang ibu memeluk Yudai erat-erat untuk menenangkannya sejenak. Sang ayah juga ikut berlutut dan bergabung pada pelukan Yudai sejenak.

“Yudai, maafkan Ayah dan Ibu. Kami tidak bisa membawamu untuk melihat dunia luar,” ucap sang Ayah.

Kedua orangtua Yudai kecil pun melepas pelukannya dan berbalik menghadapi pintu depan, melangkah keluar untuk pergi. Sebuah kereta kencana telah menunggu mereka membelakangi pintu di bawah derasnya hujan, bersiap untuk berangkat.

“Ayah! Ibu!” jerit Yudai kecil ketika genggaman pada tangan kedua orangtuanya terlepas.

Sang Kakek pun mengikat tubuh Yudai kecil menggunakan tangan kanan. Matanya juga berbinar-binar ketika menyaksikan sang ayah dan ibu mulai menaiki kereta kencana di hadapannya.

Yudai kecil meronta-ronta dan meledakkan tangisan ketika pintu kereta kencana telah tertutup. “Ayah! Ibu! Ayah! Ibu!”

Sang Nenek pun melangkah sambil termenung. Dipegangnya pintu depan rumah untuk menutupnya dengan rapat.

“Ayah! Ibu!” jerit Yudai kecil lagi.

Tidak tahan menyaksikan kereta kencana di hadapannya mulai meninggalkan halaman rumah, Yudai kecil menyenggol perut kakeknya menggunakan sikut kiri untuk membebaskan diri.

Sang kakek pun tercengang dengan rasa sakit sehingga melepaskan Yudai kecil dari ikatannya. Tangan kanannya menyentuh perut terlebih dahulu sambil memandang Yudai kecil menyebrangi pintu depan rumah, tepat sebelum sang nenek dapat menutup rapat pintu.

“Ah!” jerit sang nenek melihat Yudai kecil menerobos pintu.

“Yudai!” jerit sang kakek mendekati pintu menyaksikan Yudai kecil mulai mengejar kereta kencana.

Tidak peduli hujan deras ikut membasahi dirinya, tidak peduli juga hawa dingin, Yudai kecil berlari secepat mungkin mengejar kereta kencana. Namun, kecepatan larinya kalah jika dibandingkan kecepatan langkah kereta kencana dihadapannya.

“Ayah! Ibu! Ayah! Ibu!” jerit Yudai kecil. “Ah!”

Yudai kecil pun tersandung menuju jalan bebatuan, menyaksikan kereta kencana di hadapannya semakin jauh dari pandangannya. Kereta kencana itu seketika menghilang dari pandangannya di balik hujan lebat.

“Ayah! Ibu!” Yudai kecil meledakkan jeritan dan tangisan sekuat tenaga. “Ayah, Ibu, jangan pergi! Ayah! Ibu!”

Jeritan Yudai kecil semakin meledak diiringi derasnya hujan dan mencekamnya petir.

***

“Sejak saat itu, kedua orangtuaku tidak pernah kembali. Bahkan, mereka sama sekali tidak mengirimiku surat atau memberikan kabar mereka mereka. Seperti orang tua kebanyakan anak yang menanyakan apa aku baik-baik saja,  tumbuh dengan baik, atau menjadi kuat. Aku tidak tahu bagaimana kabar kedua orangtuaku sekarang,” Yudai melanjutkan cerita masa lalunya.

Sans terdiam begitu mendengar teman sekamarnya itu. Ia tidak menyangka bahwa masa lalu Yudai lebih kelam dibanding dirinya. Terlebih, jika mengingat sifatnya yang selalu tersenyum dan bersemangat untuk melakukan segala sesuatu, hal ini di luar dugaannya.

“Sebenarnya, aku lahir ketika Ayah dan Ibu sedang bertualang di gua, setidaknya kami selamat. Bahkan, Ayah dan Ibu begitu repot mengasuhku sambil bertualang sebelum pulang ke rumah. Selain itu, aku pernah hampir diterkam oleh seekor harimau, Ayah menyelamatkanku. Itulah kenapa, aku lupa berapa lama setelah keluargaku pulang ke rumah, Ayah dan Ibu meninggalkanku bersama Kakek dan Nenek, demi menyelamatkanku dari bahaya.

“Selain sering diajak Kakek untuk memancing di sungai, katanya lebih aman daripada berburu. Tapi, aku memutuskan untuk belajar memanah, bahkan sampai menghabiskan uang pemberian Kakek hanya untuk membeli busur dan beberapa panah, meskipun membuat mereka cemas tapi aku memberanikan diri untuk berburu di hutan.

“Mengingat aku belum terlalu mahir atau bisa menggunakannya, pada akhirnya lenganku terluka. Ketika aku kembali, Kakek dan Nenek yang sudah terlebih dahulu sampai langsung mencemaskanku. Tetapi, aku ingin seperti orang tuaku. Sekarang, aku sudah memutuskan akan mencari kedua orangtuaku, dimulai dari belajar di akademi atas perintah Kakek. Jika aku pulang hanya karena soal 500 vial itu, pasti Kakek kecewa”

Sans menganggapi, “Wow. Aku tidak menyangka.”

Yudai kembali melebarkan senyuman di balik perenungannya. “Kakekku bilang tidak semua orang sebaik penampilannya. Tidak semua orang sesenang kelihatannya. Jadi, aku yakin tujuanmu benar-benar mulia, kamu tidak membawa apapun, bahkan senjata dan uang, kamu tidak tahu apa-apa tentang bertarung dan berburu, tidak apa. Kita belajar bersama di akademi. Oh, benar, saat kita mengambil beberapa pekerjaan lagi demi tambahan uang.”

“I-iya. Aku akan berusaha keras.” Sans menunduk malu.

“Oh ya, besok akan menjadi hari baru, hari yang cukup panjang karena pekerjaan di quest board.” Yudai mulai berbaring di tempat tidur. Kedua tangannya juga ditempatkan pada punggung kepala. “Menceritakan ini membuatku lebih lelah. Selamat tidur”

“Selamat tidur,” ucap Sans pelan ketika Yudai mulai menutup mata.

Sans pun kembali menoleh pada buku dasar alchemist dan keempat botol ramuan cairan hijau di dekatnya. Wujud Nacht kembali terpancar pada pikirannya, terlebih ketika dia diberikan seluruh barang itu.

Diangkatnya kembali buku dasar alchemist pada genggamannya, Sans menghela napas. “Nacht.”

Dalam pikirannya saat ini Sans hanya bertanya-tanya mengapa mantan anggota kerajaan seperti dirinya bisa berada di atas kapal itu, apa tujuannya, dan mengapa ia memberikan buku dasar mengenai alchemist kepadanya?

Walaupun banyak sekali pertanyaan yang mengganjal dihatinya, tetapi ia langsung mengenyahkannya, lalu menutup mata berharap dapat terlelap dengan cepat.

Terpopuler

Comments

Leo

Leo

alur nya cepetin dikit ngapa thor

2021-07-24

1

John Singgih

John Singgih

kisah masa lalu yang menyedihkan Sans dan yudai

2021-03-20

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 01
2 Episode 02
3 Episode 03
4 Episode 04
5 Episode 05
6 Episode 06
7 Episode 07
8 Episode 08
9 Episode 09
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
173 Episode 173
174 Episode 174
175 Episode 175
176 Episode 176
177 Episode 177
178 Episode 178
179 Episode 179
180 Episode 180
181 Episode 181
182 Episode 182
183 Episode 183
184 Episode 184
185 Episode 185
186 Episode 186
187 Episode 187
188 Episode 188
189 Episode 189
190 Episode 190
191 Episode 191
192 Episode 192
193 Episode 193
194 Episode 194
195 Episode 195
196 Episode 196
197 Episode 197
198 Episode 198
199 Episode 199
200 Episode 200
201 Episode 201
202 Episode 202
203 Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204 Latest Update...
Episodes

Updated 204 Episodes

1
Episode 01
2
Episode 02
3
Episode 03
4
Episode 04
5
Episode 05
6
Episode 06
7
Episode 07
8
Episode 08
9
Episode 09
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172
173
Episode 173
174
Episode 174
175
Episode 175
176
Episode 176
177
Episode 177
178
Episode 178
179
Episode 179
180
Episode 180
181
Episode 181
182
Episode 182
183
Episode 183
184
Episode 184
185
Episode 185
186
Episode 186
187
Episode 187
188
Episode 188
189
Episode 189
190
Episode 190
191
Episode 191
192
Episode 192
193
Episode 193
194
Episode 194
195
Episode 195
196
Episode 196
197
Episode 197
198
Episode 198
199
Episode 199
200
Episode 200
201
Episode 201
202
Episode 202
203
Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204
Latest Update...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!