Episode 13

Menjemput seluruh murid tahun pertama yang masih berada di hutan dekat akademi membutuhkan waktu cukup lama hingga langit kehilangan warna menjadi hanya hitam. Tidak heran, Dolce mengumumkan bahwa hanya 13 orang dari semua murid tahun pertama yang mampu menemukan herb biru. Ketigabelas orang itu harus menunjukkan hasil pencarian mereka pada setiap professor sebagai bukti kelulusan aptitude test bagian luar.

Sans, Beatrice, Yudai, dan Neu hanya menatap setiap murid tahun pertama yang meluapkan kekesalan mereka telah gagal menemukan herb biru, apalagi sampai terluka akibat menghadapi binatang buas atau mengalami kecelakaan seperti jatuh dari tebing.

Yudai mulai mengangkat kedua tangan perlahan, “Tenanglah, semuanya tenanglah.”

Neu menolak dan menggerakkan kedua tangan menuju pinggang, “Bagaimana bisa tenang? Kita bahkan tidak menemukan herb biru sama sekali. Kita gagal! Karena keputusan bodohmu, memanjat pohon, kita dikejar-kejar lebah sampai disengat.”

Beatrice mengangkat tangan, “Se-sebenarnya aku telah menemukan herb biru. Aku juga sudah memberikannya pada professor.”

Yudai dan Neu melongo sejenak sebelum mengutarakan reaksi, “Benarkah!”

Sans menambah, “Setidaknya, dia berhasil menyelesaikan aptitude test bagian luar.”

“Sebenarnya, bagaimana Beatrice menemukan herb biru itu?” Neu bertanya.

***

Lelah berlari melawan waktu, Sans dan Beatrice melambat ketika berjalan menyusuri pepohonan ketika kembali berbelok. Seakan-akan mereka sudah tidak punya lagi tujuan demi mencari herb biru.

Menatap langit pun sama sekali tidak membantu, keindahan warna oranye di tepi bawah langit justru membuat pikiran kocar-kacir. Ditambah lagi tenggorokan sama sekali belum terbasahi oleh cairan apapun selain air liur.

Sans menghela napas. “Sebentar lagi senja, kita sama sekali belum menemukan herb biru.”

“Gi-gimana ini!” Semangat Beatrice hancur oleh naiknya ketegangan di dalam dirinya.

Beberapa suara langkah lari seperti mengikuti irama jantung. Mereka terhenti ketika saking keras suara langkah lari itu dari belakang.

Sans dan Beatrice menoleh, menatap segerombolan rusa tengah berlari kencang. Lebih buruk lagi, di hadapan segerombol rusa tersebut adalah Tay dan keempat temannya yang tengah berlari sambil menjerit.

Sans dan Beatrice juga ikut menjerit ketika menatap tepat pada wajah geromobolan rusa tersebut. Mereka berbelok memasuki pepohonan demi membebaskan diri dari kejaran gerombolan rusa yang meledak.

Begitu menatap segerombolan rusa masih tidak lelah mengejar Tay dan keempat temannya, Sans berbalik dan memegang salah satu badan pohon di samping. Dia justru tercengang ketika menatap Beatrice telah berada di dekat benda seperti gumpalan bulu hitam besar.

“Kenapa wajahmu masih begitu, Sans?” Beatrice sama sekali tidak menyadari dia telah menginjak bagian dari gumpalan bulu besar tersebut.

Sans menunjuk menggunakan telunjuk pada sesuatu yang telah Beatrice injak. Tanpa perlu bersuara lagi, dia tidak ingin membuat situasi lebih buruk.

 Gumpalan bulu hitam besar itu bangkit dan mulai meraung, mengungkapkan dirinya sebagai seekor beruang, bahkan sebelum Beatrice mendengar suaranya.

“Eh?” Beatrice menatap tepat pada wajah beruang itu sebelum menyadari telah menginjak bagian kaki.

“Lari yang kencang!” jerit Sans begitu beruang itu kembali mengamuk.

Sans dan Beatrice berlari begitu berbalik dari kejaran beruang. Raungan beruang dan jeritan mereka secara nyaring meledak bersamaan. Alih-alih tetap bersama, Sans justru memisahkan diri dari Beatrice demi keselamatannya dengan berbelok kanan.

Beatrice yang berbelok kiri justru menoleh ke belakang bahwa beruang itu masih mengejar. “Hiii!! Ke-kenapa aku yang dikejar!”

Menatap hanya jalan lurus di hadapannya, ia pun memutuskan untuk berbelok kiri menuju semak-semak pembatas jalan. Perempuan ber-sun hat putih itu justru melompati semak-semak demi membebaskan diri dari kejaran beruang.

Namun, Beatrice justru tersandung menuju tebing menurun. Tubuhnya berguling meuruni tebing berrumput hijau tersebut tanpa kendali sebelum berhenti di tempat landau dekat aliran sungai.

Begitu Beatrice membuka mata, sebuah herb biru sudah berada di depan mata. Kesalahan justru membawa keberuntungan, dia mengambil herb biru tersebut.

“Aku dapat! Aku dapat! Aku dapat!” serunya sambil bangkit kembali dengan cepat.

Baru saja berdiri tegak, sebuah bunyi lonceng menandakan aptitude test bagian luar berakhir telah terdengar.

***

“Tidak mungkin!” Yudai melongo setelah mendengar cerita dari Sans dan Beatrice. “Jadi itu hanya keberuntungan?”

“Setidaknya aku lulus, kan?” tanggap Beatrice.

“Tidak bisa! Kamu telah menggunakan senjata untuk membunuh hewan buas!” Sebuah suara teriakan seorang profesor perempuan terhadap salah satu murid sontak menghentikan percakapan, mengalihkan perhatian pada samping.

Neu mengenali profesor perempuan yang menjerit itu. “Oh tidak. Itu Profesor Alexandria.”

Profesor perempuan berambut pirang kecokelatan pendek itu membentak sang pelanggar aturan, “Tidak usah banyak alasan! Saya melihat dengan mata saya sendiri! Lebih baik kamu kemas barangmu dan segera keluar dari akademi!”

Mendengar perkataan keluar dari akademi dari profesor seperti Alexandria sudah membuat seluruh murid di sekitar gerbang tercengang, menyimpulkan bahwa aturan tidak dibuat untuk dilanggar secara main-main. Apalagi perkataannya seperti meledakkan benak. Setiap professor sungguh serius ingin menguji potensi setiap murid tahun pertama.

Mereka tahu bahwa Alexandria telah menjadi terkenal karena memberi standar yang sudah keterlaluan, bahkan sering memotong argumen atau penjelasan murid ketika kelas berlangsung demi menunjukkan sebuah kuasa, sampai mengecap sebagai “sok tahu”. Tidak heran, setiap murid di Akademi Lorelei tidak ada yang berani atau suka pada profesor perempuan itu.

Perhatian pun beralih pada murid yang menjadi korban omelannya. Murid malang tersebut termenung ketika mendapati dirinya terpaksa harus keluar dari akademi karena melanggar peraturan selama aptitude test berlangsung.

“Kejam,” ucap Beatrice.

“Beruntung, kita akan habis jika berada di situasi yang sama,” gumam Yudai.

***

Sebuah kastel besar berdinding batu-bata penuh noda hitam dan bagian terkelupas merupakan kastel terbengkalai, lokasi tes bagian dalam. Seluruh murid tahun pertama yang mampu menghadiri tes ini terpana dengan keangkeran kastil tersebut, berbeda dari gedung akademi.

Dolce menjelaskan, “Kalian harus menemukan Patung Selene dan mengambil air mata yang terpancar menggunakan gelas kecil. Kalian boleh mengambil beberapa tetes. Begitu kalian telah mengambilnya, kalian harus kembali ke sini dengan selamat. Tetapi, jangan sampai tertangkap oleh kesatria patung yang mengawasi. Jika kalian tertangkap, kalian akan dibawa kembali ke sini dari pintu samping dan harus mengulang dari awal, hal yang sama juga berlaku untuk yang telah mendapatkannya dan belum berhasil keluar. Kalian juga harus menghindari monster screamer dan beberapa unsur kejutan lainnya yang akan membuat kalian gagal.  Dua jam adalah batasnya. Seperti sebelumnya, waktu berakhir ketika lonceng berbunyi. Kalian mengerti?”

Beatrice lagi-lagi tidak dapat menyembunyikan ketegangan di balik wajahnya. “A-aku akan berjuang. Ki-kita akan lolos.”

“Oke, tantangannya lebih parah daripada sebelumnya, maksudku lebih menantang daripada sebelumnya,” komentar Yudai, “dan Neu pasti sudah membaca banyak soal monster-monster—”

“Kabar buruk, Profesor Alexandria memergokiku saat aku ke perpustakaan. Katanya murid tahun pertama tidak diperbolehkan untuk ke sana selama aptitude test berlangsung,” tuturnya.

“Kalau begitu kita tidak punya informasi tentang kelemahannya!” jerit Beatrice meluapkan kepanikannya. “Seram! Banyak sekali monster! Bagaimana kalau kita bertemu dengan monster-monster itu? Bagaimana ini!”

Sans menghela napas ketika salah satu profesor memberi mereka masing-masing satu gelas. “Apapun yang terjadi. Kita setidaknya harus mencapai Patung Selene, mengambil air matanya, lalu kembali dengan selamat”

“Apa semuanya sudah mendapat gelas masing-masing?” tanya Dolce.

Semua murid tahun pertama yang mengikuti aptitude test bagian dalam mengangkat gelasnya masing-masing.

“Baiklah. Begitu saya mengucapkan mulai, kalian boleh memasuki kastil ini,” ucap Dolce sambil mengangkat tangan kanan tinggi-tinggi.

Seluruh murid baru mengambil posisi untuk bersiap berlari. Tangan kanan telah mengenggam cangkir seerat mungkin agar tidak jatuh dan pecah ketika terdorong di garis start.

“Aptitude Test bagian dalam … dimulai!” seru Dolce.

Semua murid baru akhirnya memulai start, berlari terbirit-birit memasuki melalui pintu depan. Beatrice pun terlambat bereaksi ketika seluruh murid baru telah mendahului dan menghalangi pandangannya.

Ia tercengang ketika ketiga temannya sudah terlebih dahulu bergabung di antara murid-murid lain di hadapannya. Ia pun panik ketika mengetahui bahwa hanya dirinyalah yang tertinggal paling terakhir.

“Ah! Sans? Yudai? Neu?” jerit Beatrice kembali panik. “Ti-tidak!”

***

Seluruh murid tahun pertama berbondong-bondong terlebih dahulu melewati ruang depan, tanpa memedulikan setiap belokan sama sekali, hal yang menjadi pandangan mereka berupa ruangan luas seperti sebuah pusat dari kastel tersebut.

Karena terdorong dan kalah cepat, Sans dan Yudai semakin panik ketika menyaksikan setiap murid di barisan depan seakan memperebutkan posisi pertama untuk mendapat air mata Patung Selene.

“Stop!” jerit Neu menahan bahu Sans dan Yudai ketika hampir mencapai ruangan luas di depan.

Jalan menuju ruangan luas itu pun seketika berganti seperti sebuah hologram, seketika kembali menjadi dinding batu-bata terkelupas. Tidak heran, suara jeritan dan pecahan gelas juga terdengar nyaring, mengagetkan seluruh murid yang sama sekali belum melintas.

“KESATRIA PATUNG!!” Itulah salah satu jeritan di balik dinding tersebut.

“A-apa ini?” Yudai tercengang.

“Da-darimana kamu tahu itu, Neu?” tanya Sans.

“Aku melihatnya, tembok itu berubah setelah bagian bawah seakan memantulkan cahaya,” Neu menyimpulkan, “i-ini dinding ilusi.”

“Di-dinding ilusi?” ulang Sans.

“Jangan bilang kamu hanya beruntung,” respon Yudai.

“Tu-tunggu, mana Beatrice?” Sans menyadari Beatrice tidak ada di sekitar mereka.

“Beatrice! Oh sial!” Yudai menyentuh kepalanya seraya tercengang. “Dia ketinggalan?”

Melihat dinding di hadapan mereka sudah bisa dianggap sebagai jalan buntu, berbagai jalan di samping kiri dan kanan merupakan pilihan lain. Akan tetapi, begitu banyak pilihan, begitu membingungkan pula untuk menentukan jalan tepat langsung menuju tujuan mereka.

Sama sekali tidak diberi petunjuk apapun, bahkan lokasi ataupun peta, hampir semua murid yang tersisa masing-masing memasuki jalan pilihan mereka. Kebingungan justru terpikir bagaimana jika jalan tersebut merupakan dinding ilusi atau berisi ksatria patung dan monster screamer.

Neu dapat melihat beberapa jalan di setiap sisi dinding kembali berubah menjadi dinding sebagai dinding ilusi. Jeritan murid baru yang melintasi dinding ilusi juga meledak seketika.

Neu berbalik dan menatap salah satu jalan yang sama sekali tidak berubah. Dia menunjuk pada salah satu jalan di balik dinding bagian kirinya. “Lewat sini!”

“Neu, tunggu, apa kamu yakin?” Sans ragu ketika dirinya dan Yudai mengikuti Neu. “Bagaimana dengan Beatrice?”

“Ini mungkin jalan yang benar.” Neu melintasi jalan tersebut terlebih dulu. “Tidak ada waktu untuk menunggu lagi.”

Menyaksikan Sans, Yudai, dan Neu memasuki salah satu jalan di dinding, Tay yang masih berdiri meski ditinggal oleh semua teman dekatnya berubah pikiran. Laki-laki berambut hitam pendek itu memutuskan untuk mengikuti mereka melalui jalan yang sama.

Ketika beberapa murid yang tersisa di ruangan depan kastil tersebut mulai memilih jalan masing-masing untuk menemukan Patung Selene, Beatrice akhirnya baru saja melewati pintu masuk, menyaksikan berbagai jeritan dan pecahan gelas.

“Hiii!!” jerit Beatrice semakin merinding, apalagi ketika melihat dinding terdepan berubah kembali menjadi jalan menuju seperti ruang pusat. “I-itu di-dinding macam apa?”

Beatrice terlebih dulu menyusuri jalan lurus demi mengintip setiap jalan, baik itu berupa tembok ilusi atau bukan. Ketika salah satu jalan berubah kembali menjadi dinding, dia tercengang ketika menyadari jalan itu berupa dinding ilusi.

Mengintip salah satu jalan asli, ia pun menyaksikan salah satu murid menjerit ketika tertangkap oleh sebuah ksatria patung. Benar. Ksatria patung.

“Hiii!!” desis Beatrice.

Kesatria patung tersebut memang terbuat dari batu. Berbeda dari patung biasa, benar apa yang dikatakan Dolce dan Arsius, kesatria patung dapat bergerak demi menebas dan menangkap setiap murid sambil mengawasi. 

Setiap kesatria patung memiliki kepala menyerupai helm besi, torso ber-armor, genggaman tangan berpedang, dan celana menyerupai baja. Hampir tidak mungkin setiap murid berhadapan dengan ksatria patung menggunakan tangan kosong.

Beatrice kembali ngeri sambil menyentuh sun hat putih di atas kepala ketika menyaksikan kesatria patung di balik jalan tersebut mengangkat dua murid sekaligus. “Ba-bagaimana ini? Aku hanya seorang diri! Harusnya aku bersama Sans, Yudai, dan Neu! Harusnya aku tidak ragu setelah mendengar penjelasan Dolce!”

***

Beruntung, jalan yang Sans, Yudai, dan Neu pilih merujuk pada sebuah tangga. Tidak ada rintangan seperti ksatria patung, dinding ilusi, ataupun monster screamer. Mereka bertiga secara hati-hati menaiki tangga yang sekali lagi terbuat dari batu-bata berkelupas, melangkah perlahan.

Begitu mencapai puncak dari anak tangga, terlihat dua buah jalan terbuka, lurus atau menjorok ke kiri seperti posisi miring di antara dua ujung tembok di kiri.

Sans menutur lagi, “Lebih baik kita lewat mana?”

“Baik, seperti kemarin, ke kiri!” Yudai memberi usul dan mulai mengambil ancang-ancang.

“Tunggu!” Neu menahan bahu Yudai.

“Ke-kenapa? Padahal ke kiri itu merupakan pilihan yang tidak mengikuti mayoritas seperti kemarin,” Yudai menganggapi.

Neu menganggukkan kepala pada kedua jalan di hadapan mereka. “Pastikan dulu apa salah satu dari dua jalan itu merupakan dinding ilusi atau bukan. Kalau kita melewatinya, kita mungkin akan tertangkap oleh para ksatria patung. Lebih buruk lagi, kita terpaksa mengulang dari awal dalam waktu yang tidak banyak.”

Sans menatap selama beberapa detik, Yudai dan Neu memutuskan tidak terjadi apapun pada kedua jalan tersebut, bahkan sama sekali tidak berubah menjadi dinding.

“Kalau begitu kita berpencar lagi,” Yudai mengungkapkan ide bodohnya.

“Itu sama saja dengan bunuh diri, bodoh!” Neu menampar bahu kanan Yudai.

“Kenapa kalian tidak coba saja ide kampungan itu?” Tay berucap setelah mencapai puncak dari tangga menghadapi ketiganya.

Ketika mendengar suara itu, Sans, Yudai, dan Neu berbalik. Tay telah mengikuti mereka dari belakang seorang diri. Neu menggeretakkan giginya ingin meluapkan emosinya.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

ujian di kastil terbengkalai

2021-03-21

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 01
2 Episode 02
3 Episode 03
4 Episode 04
5 Episode 05
6 Episode 06
7 Episode 07
8 Episode 08
9 Episode 09
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
173 Episode 173
174 Episode 174
175 Episode 175
176 Episode 176
177 Episode 177
178 Episode 178
179 Episode 179
180 Episode 180
181 Episode 181
182 Episode 182
183 Episode 183
184 Episode 184
185 Episode 185
186 Episode 186
187 Episode 187
188 Episode 188
189 Episode 189
190 Episode 190
191 Episode 191
192 Episode 192
193 Episode 193
194 Episode 194
195 Episode 195
196 Episode 196
197 Episode 197
198 Episode 198
199 Episode 199
200 Episode 200
201 Episode 201
202 Episode 202
203 Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204 Latest Update...
Episodes

Updated 204 Episodes

1
Episode 01
2
Episode 02
3
Episode 03
4
Episode 04
5
Episode 05
6
Episode 06
7
Episode 07
8
Episode 08
9
Episode 09
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172
173
Episode 173
174
Episode 174
175
Episode 175
176
Episode 176
177
Episode 177
178
Episode 178
179
Episode 179
180
Episode 180
181
Episode 181
182
Episode 182
183
Episode 183
184
Episode 184
185
Episode 185
186
Episode 186
187
Episode 187
188
Episode 188
189
Episode 189
190
Episode 190
191
Episode 191
192
Episode 192
193
Episode 193
194
Episode 194
195
Episode 195
196
Episode 196
197
Episode 197
198
Episode 198
199
Episode 199
200
Episode 200
201
Episode 201
202
Episode 202
203
Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204
Latest Update...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!