Episode 04

Alih-alih melewati tangga seperti kebanyakan kapal yang menyediakannya, begitu melewati pintu dari ruang penyimpanan, tanjakan landai yang berliku-liku mereka lewati untuk mencapai geladak kapal. Mereka bertiga mempercepat langkah lari ketika lama-kelamaan suara tebasan pedang dan jeritan meminta tolong semakin nyaring.

Begitu mereka tiba di hadapan pintu menuju geladak kapal, suara jeritan dan tebasan pedang semakin menjadi-jadi. Lelaki bersorban merah yang berada tepat di hadapan pintu menggenggam gagang dengan erat menggunakan tangan kiri. Tangan kanannya seketika menggapai gagang dan pangkal pedang yang menghadap lehernya dari belakang.

“Kalian di sini saja. Terlalu berbahaya menghadapi mereka,” lelaki bersorban merah meminta pada Sans dan Yudai.

“Hah? Aku juga bawa senjata, Anda juga melihatnya saat di ruang penyimpanan barang,” Yudai mengingatkan, “setidaknya aku bisa membantumu”

“Lebih baik jangan. Kalian masih muda, kalian masih punya masa depan yang cerah. Situasi ini terlalu berbahaya bagi kalian. Biar aku saja yang menghadapi mereka.”

Tanpa membiarkan Sans dan Yudai bereaksi terhadap perkataannya, ia pun langsung menarik gagang pintu seraya membukanya dan menarik pedang bermata gelombang berwarna hitam dari selongsong di punggungnya. Mereka berdua mundur sejenak dan terhenyak di saat yang bersamaan ketika melihat tarian pedang laki-laki itu.

Pintu pun terbuka begitu kencang oleh lelaki bersorban merah itu, mengungkapkan beberapa mayat segar telah tergeletak di lantai. Darah pun mengalir dari luka tebasan pedang di lantai kayu geladak kapal.

Rupanya, telah terjadi perompakan di kapal itu. Beberapa orang yang memakai ikat kepala dan berkemeja dengan kancing terbuka pada bagian atas tanpa ampun menebas penumpang dan kru yang berlarian sambil menjerit minta tolong. Tebasan pedang seketika mengiris tubuh masing-masing korban dan memuncratkan darah segar ke lantai. 

Bahkan, beberapa penumpang memutuskan untuk menenggelamkan diri ke samudera. Beberapa kru yang berpedang berupaya untuk melindungi kapal serta penumpang, tetapi kebanyakan dari mereka tidak berkutik dan langsung mati akibat luka tebasan yang sangat dalam. 

Beberapa kru yang masih bertahan mengayunkan pedang dan kerap menabrakkan mata pedang mereka dengan milik lawannya, para perompak.

Beberapa korban telah tergeletak begitu saja di lantai sebelum menjadi mayat segar akibat tidak mampu lagi menahan luka tebasan pedang. Darah segar dari tubuh masing-masing korban pun ikut mengalir di lantai kayu geladak kapal hingga mengering.

Lelaki bersorban merah itu bergerak cepat meninggalkan Sans dan Yudai. Target pertama ada di hadapannya, yaitu perompak yang tengah mengayunkan pedang untuk membunuh mangsanya. Penumpang tak bersenjata yang menjadi mangsanya pun hanya duduk terdiam dan ketakutan menatap salah satu perompak itu.

Kakinya bergerak lincah sedangkan tangannya dengan cepat mengayunkan pedang tanpa ragu. Serangan itu berhasil mengenai punggung sang perompak sekaligus menumpahkan darahnya ke lantai. Tersentak cukup kuat, keseimbangannya pun hancur, dan akhirnya sang perompak itu terjatuh dengan suara benturan yang kuat.

“Te-terima kasih …,” ucap penumpang itu.

Mata Sans kini hanya tertuju pada kehadiran sosok pria itu, sama halnya dengan semua perompak yang ada di sana, saat ini perhatian mereka semua hanya tertuju padanya. Namun apa yang membuatnya terhanyut saat itu adalah pemandangan di luar kapalnya yang dipenuhi oleh air, langit menggelap, dan udara semakin dingin.

Tidak ada kapal lain, selain kapal yang kini ia tumpangi. 

Suara entakkan kaki menggebrak lantai kayu secara acak, para perompak dengan cepat segera menyerbu sang lelaki bersorban dengan wajah garang.

“Tidak mungkin? Bagaimana bisa para perompak itu bisa kemari?”

Yudai menerka, “Pasti mereka menyusup seperti kita!”

Mereka—para perompak mulai berteriak menyeru untuk meningkatkan semangat lalu mengayunkan pedangnya. 

Namun, sasaran mereka tiba-tiba saja menghilang. Suara sayup udara yang berhembus cukup bising dan bayang-bayang yang kini berada di langit mendarat dengan sempurna. Berguling ke samping, kemudian bergerak cepat menebas perompak satu-persatu.

Jatuh tak berdaya, suara cipratan darah terdengar sega. Kini geladak kapal pun kembali mendapatkan mayat baru.

Sans dan Yudai hanya terpana dengan keahlian laki-laki yang memberi mereka apel itu. Di saat yang sama gerakan tangan lihainya kembali mendapatkan skor berkat tebasannya yang mengenai dada salah satu perompak di sebelah kanannya.

Beberapa kru bersenjata yang masih berdiri kokoh juga turut membantu menyerang. Seakan kepercayaan diri mereka sudah meningkat karena melihat keahlian laki-laki misterius yang membantai para perompak seorang diri.

“He-hebat,” ucap Yudai.

“Ah!” jerit Sans tercengang.

Sans memandang satu per satu perompak lain mendarat pada lantai geladak di hadapannya. Beruntung bagi mereka, para perompak itu langsung berlari menghadapi lelaki bersorban yang kini tengah menyerang perompak lainnya. 

“Tunggu! Mereka dari lantai atas kapal?” terka Yudai.

Hampir selesai menyerang seluruh perompak dari setiap sisinya, lelaki bersorban merah mendapati beberapa perompak lagi di hadapannya, berjumlah delapan orang. Membuat seluruh penumpang dan kru yang masih bertahan, baik terbaring menahan luka atau menyandarkan badan di setiap sudut kapal, terutama di kepala kapal; merinding dan menggigil ketakutan, berharap agar lelaki bersorban merah dapat menghajar seluruh perompak.

Seluruh kru bersenjata juga melangkah mundur, ragu bahwa jumlah mereka, yaitu empat orang ditambah lelaki bersorban merah, kalah telak jika ditambah kemampuan bertarung. Para perompak di hadapan mereka sudah bengis membasmi hampir seluruh kru dan penumpang di kapal Terlebih, mengingat mereka baru saja dari lantai teratas kapal, yakni tempat kemudi, sang kapten kapal pasti telah diserang hingga terbunuh.

Lelaki bersorban merah itu berseru pada setiap kru bersenjata, “Jangan ragu! Serang sekuat kalian!”

Yudai melihat jumlah antara perompak dan kru bersenjata dengan lelaki bersorban merah. Melihat lawan para perompak sudah kalah jumlah, dia berinisiatif mengambil panah dan busur dari punggungnya, berharap dapat membantu dengan menyerang salah satu perompak dari belakang.

Sans yang melihat Yudai mengambil senjatanya justru menghentikannya dengan merentangkan tangan kanan.

“Jangan! Kamu ingat katanya, bukan? Terlalu berbahaya untuk menghadapi para perompak bengis itu!”

“Kamu lihat sendiri, kan?” Yudai menempatkan panah pada busurnya. “Akan kuterapkan hasil latihanku di rumah!”

“Tapi—”

“Ini kesempatanku! Selagi mereka tidak menatap kita!”

Yudai pun segera mengambil posisi menembak, kaki kiri dia tempatkan di depan, dan menempatkan ekor panah pada tali busur menggunakan tangan kanan. Sans sampai menurunkan tangan kanan begitu temannya itu serius ingin menembak salah satu perompak dari belakang.

Yudai menyipitkan mata seraya membidik salah satu dari perompak. Busur dan anak panahnya dia gerakkan mengikuti bidikan matanya.

Ia pun menarik ekor panah dan tali busur secara bersamaan dengan tangan kanan, untuk sesaat tubuhnya juga berguncang ketika mengingat perlakuan para perompak terhadap penumpang dan kru di geladak kapal semula. Ia tahu perompak itu tanpa ampun menyerang tidak peduli bersenjata atau tidak sampai darah menetes ke lantai.

Tanpa ragu lagi ia pun melepaskan anak panahnya dengan percaya diri. Sayangnya tidak seperti ekspektasi yang indah, pada nyatanya tembakan itu meleset, dan malah mengenai lantai geladak.

Perompak yang dibidik itu tercengang ketika menatap panah terbaring di dekat kaki kanannya, begitu juga kawan di sampingnya. Setelah itu tatapan mereka mengarah pada sesosok pemuda tidak jauh dari sana, ia adalah Yudai.

“Si-sial,” ucap Yudai begitu tembakannya meleset.

“Sudah kubilang …. Pe-perompak itu …,” lanjut Sans.

Mereka pun mendapati kedua perompak itu mulai mendekat. Menatapi wajah berkeriput, senyum sinis mereka, baik Yudai dan Sans memiliki perasaan yang tidak enak. Apalagi dengan ikat kepala dan kemeja putih penuh darah yang memperkuat perasaan mereka.

“Mu-mundur!” jerit Yudai mengambil panah dari punggungnya lalu menempatkannya pada busur. Meskipun seperti itu, ia tetap merinding, napasnya juga mendadak cepat ketika perompak di depannya semakin mendekat.

Sans terdiam ketika berpikir apa yang akan mereka lakukan jika keduanya benar-benar berada di depannya. Apalagi mengetahui serangan Yudai yang gagal, tentunya membuat kedua perompak itu kesal.

Setelah mengalahkan salah satu perompak, lelaki bersorban itu mendapati dua orang perompak tengah mendekati Sans dan Yudai. Ia pun langsung menerjang mendekati mereka, sayangnya ia tiba-tiba saja dihadang oleh seorang perompak lainnya.

Ia pun dengan lincah menghindarinya. Tetapi, serangan perompak itu berhasil menggores pipinya. Selain itu sorban miliknya juga ikut teriris dan jatuh ke lantai.

Namun apa yang membuatnya tercengang adalah bentuk wajah sang lelaki bersorban itu. Dengan alis cokelat yang tipis serta kumis maupun jenggotnya pun tipis ... sedangkan proporsi wajahnya lonjong.

Hanya dalam sekejap ia pun menebas sang perompak tanpa mempertimbangkan apapun. Menutupi wajahnya sendiri lalu segera memastikan apakah kondisi kedua anak yang ia temui di dalam gudang penyimpanan

Kawanan perompak lainnya terdiam ketika melihat mayat temannya jatuh lemas dengan cipratan darah yang membasahi pakaiannya. Tubuhnya pun ikut lemas dan terjatuh bersamaan dengan senjata yang lepas dari tangannya.

 “K-kau … kau … kau … Nacht!” jerit perompak itu sampai tersandung menuju posisi duduk. “Mantan royal guard kerajaan!”

Semua orang yang masih bertahan di sana juga ikut tercengang atas revelasi tersebut. Ternyata lelaki itu merupakan salah seorang mantan anggota kerajaan yang terhormat. Tidak heran, hampir semua orang mengenalinya.

Menghiraukan semuanya Nacht langsung mengangkat pedangnya yang penuh darah, kemudian menghuyungkannya tepat mengenai bagian kiri kepalanya sebagai peringatan.

Perompak itu pun menggeleng sambil melangkah mundur menggunakan kedua tangan. Tidak tahan menghadapi Nacht hanya dengan menatap wajahnya, dia merinding ketakutan. Peluhnya mulai bercucuran di wajah dan kedua telapak tangan.

Tetapi, hal ini tidak membuat ragu para perompak yang tersisa. Bersama-sama, mereka berlari dan mengayunkan pedang mendekati Nacht sambil berteriak, meninggalkan kru kapal bersenjata yang sedang mereka lawan.

Bahkan tanpa menoleh, Nacht memutar tubuhnya ke kiri sambil mengayunkan pedangnya ketika mereka telah mendekat. Ayunan pedangnya akhirnya menjadi tebasan pada dada setiap perampok itu hingga menumbangkan seketika. Darah segar pun mengalir menuju lantai dari luka tebasan masing-masing tubuh perampok itu.

Sang perompak terakhir tidak berkutik menyaksikan hasil tebasan Nacht pada seluruh sisa rekannya. Dirinya semakin menggeretakkan gigi ketika mantan anggota kerajaan itu kembali menoleh padanya.

Seiring berjalannya waktu, angin pun bertiup semakin kencang hingga menggoyangkan layar begitu dalam. Permukaan samudera juga semakin pasang menggoyangkan bagian bawah kapal  bersamaan datangnya petir yang menggelegar.

“AAAAAH!!” teriak perampok itu bangkit dan berbalik berlari menuju permukaan samudera, menggelamkan dirinya.

Begitu merasakan angin kencang sudah mulai menusuk kulit dan air pasang laut sudah semakin mengguncangkan kapal, hampir seluruh kru dan penumpang yang masih bertahan di kapal mulai merinding bahwa badai akan datang. Terlebih, hantaman petir pada lautan menambah getaran pada tubuh. Baik gertakan gigi dan raut cemas menjadi suatu hal yang sangat jelas terlihat menghiasi semua orang di sana. 

Nacht menatap pada jendela ruangan di lantai teratas, yaitu lantai kemudi. Terlihat darah telah mengering akibat cipratan. Menyimpulkan bahwa sang kapten telah terbunuh dan tidak ada yang mengambil kendali kemudi.

Begitu menatap reaksi mayoritas dari seluruh penumpang dan kru yang terdiam atau terngiang menatap mayat-mayat tergeletak di geladak penuh darah, ia tanpa ragu lagi menegur, “Jangan diam saja! Badai akan datang! Kalian masih ketakutan dengan perompak tadi?!”

Teguran Nacht membuat seluruh kru dan penumpang yang masih bertahan justru tersadar pada ucapannya. Mengingat dia adalah mantan royal guard, semuanya menunggu aba-aba darinya.

“Kalian, bawa semua korban yang terluka pada lantai bawah! Cepat! Badai akan memuncak!” Nacht memberi arahan pada seluruh penumpang dan kru kapal.

“Ba-baik!” seru semuanya yang masih bertahan.

Seluruh kru dan penumpang yang masih dapat berdiri kokoh mulai menggotong beberapa korban tergeletak di lantai akibat luka tebasan pedang para perompak. Dengan terburu-buru, dua orang masing-masing membawa satu korban sambil berlarian menuju pintu lantai bawah.

“Tunggu,” pinta Nacht pada Sans dan Yudai yang berbalik akan melewati pintu menujuu lantai bawah.

Satu per satu, dua orang yang membawa korban luka melewati pintu menuju lantai bawah ketika Sans dan Yudai berbalik menghadap Nacht.

“Sudah kubilang terlalu berbahaya menghadapi para perompak itu,” tegur Nacht.

“Ma-maafkan aku,” ucap Yudai, “aku mencoba untuk menghentikannya—”

“Ini.” Nacht menyerahkan sebuah kantong yang semula tertempel di sisi kanan celananya pada Sans.

Ketika menerima kantong milik Nacht, Sans menatap isinya berupa kumpulan botol berisi cairan berbagai warna dalam berbagai bentuk.

“Bantu sembuhkan korban yang luka-luka dengan ramuan ini di bawah. Badai akan datang, sebaiknya kalian bergegas ke bawah bersama yang lain,” pinta Nacht, “kemudi biar kuambil alih.”

“Tu-tunggu, bukannya kapten yang—” potong Yudai.

“Kapten sudah mati. Dengarkan aku, kalian sembuhkan seluruh korban menggunakan ramuan-ramuan yang ada di kantong ini.”

Sekali lagi, suara petir kembali menggelegar diikuti oleh turunnya hujan begitu deras. Badan kapal pun semakin bergoyang akibat hantaman permukaan laut mengikuti arah badai.

“Cepatlah!” Nacht pun akhirnya berlari menuju tangga lantai teratas kapal. Begitu dia menginjak anak tangga pertama, dia menunjuk salah satu kru di geladak kapal. “Kau, ikut aku!”

“Tunggu!” jerit Sans. “Anda lupa bilang—”

Sans hanya menatap Nacht telah menaiki tangga menuju ruang kemudi tanpa mendengarkan. Hanya badai, hujan, dan petir menjadi suara penghalang bagi dirinya dan Nacht untuk bersuara.

Seluruh kru dan pemumpang, terutama korban yang terluka, sudah melewati pintu menuju lantai bawah. Tanpa pengetahuan tentang ramuan-ramuan milik Nacht, Sans dan Yudai juga memasuki ruang menuju lantai bawah dan menutup pintu rapat-rapat begitu angin sudah mulai kencang.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

ada perompak di kapal

2023-05-05

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 01
2 Episode 02
3 Episode 03
4 Episode 04
5 Episode 05
6 Episode 06
7 Episode 07
8 Episode 08
9 Episode 09
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
173 Episode 173
174 Episode 174
175 Episode 175
176 Episode 176
177 Episode 177
178 Episode 178
179 Episode 179
180 Episode 180
181 Episode 181
182 Episode 182
183 Episode 183
184 Episode 184
185 Episode 185
186 Episode 186
187 Episode 187
188 Episode 188
189 Episode 189
190 Episode 190
191 Episode 191
192 Episode 192
193 Episode 193
194 Episode 194
195 Episode 195
196 Episode 196
197 Episode 197
198 Episode 198
199 Episode 199
200 Episode 200
201 Episode 201
202 Episode 202
203 Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204 Latest Update...
Episodes

Updated 204 Episodes

1
Episode 01
2
Episode 02
3
Episode 03
4
Episode 04
5
Episode 05
6
Episode 06
7
Episode 07
8
Episode 08
9
Episode 09
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172
173
Episode 173
174
Episode 174
175
Episode 175
176
Episode 176
177
Episode 177
178
Episode 178
179
Episode 179
180
Episode 180
181
Episode 181
182
Episode 182
183
Episode 183
184
Episode 184
185
Episode 185
186
Episode 186
187
Episode 187
188
Episode 188
189
Episode 189
190
Episode 190
191
Episode 191
192
Episode 192
193
Episode 193
194
Episode 194
195
Episode 195
196
Episode 196
197
Episode 197
198
Episode 198
199
Episode 199
200
Episode 200
201
Episode 201
202
Episode 202
203
Lorelei Chronicles Akan Segera Kembali
204
Latest Update...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!