Rumah Kosong

Rumah Kosong

Episode 1

Langit sudah mulai memerah. Pertanda matahari sudah mulai masuk keperaduannya. Burung-burung kecil sudah mulai hinggap diranting pepohonan. Mengistirahatkan sayap-sayap kecil mereka yang lelah seharian berkelana kesana kemari mencari butir biji-bijian untuk mengisi perut-perut mereka serta keluarganya. Kelelawar sudah mulai menampakan wujudnya. Terbang kesana kemari mencari makan. Suara jangkrik mulai terdengar nyaring. Sebagai tanda malam akan segera tiba. Rembulan dengan sinarnya, masih malu-malu menampakan cahayanya yang temaram. Suara burung hantu mulai terdengar, menambah syahdunya suasana malam.

Disebuah rumah semi permanen bercat putih, terletak disebuah desa didaerah Jawa Tengah masih terlihat kokoh meskipun telah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Bu Yasmin, pemilik rumah sederhana itu. Telah membiarkan rumah itu kosong tak terawat setelah ditinggal sang suami tercinta kembali menghadap sang Ilahi. Rumah yang dibangun bersama sang suami, yang seharusnya diberikan kepada putrinya, kini dibiarkan kosong terbengkalai tak terawat lagi. Rumput-rumput liar pun kini telah tumbuh subur memenuhi pelataran halaman dan sekitarnya. Halaman rumah yang tidak terlalu luas pun juga tak luput dari tanaman parasit itu. Terlihat lahan kosong yang dulunya sering dijadikan lahan bercocok tanam sang pemilik kini juga beralih fungsi menjadi lahan rerumputan yang semakin meninggi. Padahal dahulu lahan itu selalu digunakan oleh Bu Yasmin untuk menanam aneka sayuran, buah-buahan dan aneka bumbu dapur untuk sekedar mengisi waktu luang setelah lelah dengan usaha peternakannya. Semua itu terjadi sudah cukup lama. Beberapa tahun yang lalu saat putri mereka masih sangat kecil. Kini semua sudah tak sama lagi.

Hingga pada suatu sore, datang seorang pemuda yang berniat menyewa rumah itu untuk ditempatinya bersama seorang rekan kerjanya. Mereka memilih rumah itu dikarenakan lebih dekat dengan tempat kerja dan juga ada lahan kosong yang bisa mereka gunakan untuk bercocok tanam dikala libur bekerja. Selain itu harga sewa juga termasuk murah untuk sebuah rumah. Menjelang maghrib mereka berdua bergegas memasuki rumah itu untuk memasukkan barang-barang bawaan mereka.

"Yakin ndra kita sekarang ngontrak disini ?" tanya Eko salah satu penghuni baru kepada Indra temannya.

Sedangkan Indra tidak menjawab pertanyaan Eko. Dia terlalu fokus melihat sekitar. Rumahnya sudah nampak bersih. Mungkin sang pemilik sudah membersihkan terlebih dahulu sebelum mereka datang untuk menempati.

"Heehh... ditanya diem aja," ucap eko sambil menepuk bahu Indra dengan sedikit kesal karena merasa diabaikan.

"Haahh.. apa Ko? Maaf aku gak denger. Maklum lagi liat-liat," jawab Indra sedikit kaget.

"Ini kita yakin ngontrak disini? Kata orang disini horor lho Ndra," ujar Eko.

"Aahh... itu kan kata orang. Kita kan niatnya disini cuma ngontrak. Semoga apa yang orang-orang katakan tidak benar-benar terjadi sama kita," kata Indra meyakinkan sahabatnya itu.

Eko dan Indra adalah sepasang sahabat. Mereka dipertemukan saat melamar pekerjaan disebuah kota besar. Karena tuntutan kenaikan gaji karyawan yang semakin tinggi dari tahun ke tahun, akhirnya perusahaan tempat mereka berdua sudah tidak sanggup lagi memenuhi tuntutan karyawannya itu. Dan sekarang dipindahkan kesebuah kota kecil di Jawa Tengah. Dan beberapa karyawan yang masih ingin bertahan mau tidak mau harus mengikuti pindah kedaerah Jawa Tengah tersebut. Termasuk dua orang sahabat itu yang sudah bersahabat sejak 5 tahun lalu.

"Ayok istirahat. Besok kita terusin lagi menata barang-barangnya," ajak Eko kepada Indra yang masih saja asyik memasukkan baju-baju yang ia bawa kedalam lemari kayu yang ada didalam rumah tersebut.

"Krraaakkk"

"Klotak...klotak...krraaakkk..."

Terdengar suara riuh peralatan masak saling bersahutan. Indra yang baru saja ingin merebahkan tubuhnya yang lelah kembali beranjak mencari asal suara tersebut. Dia melihat temannya Eko sudah lebih dulu terlelap.

"Sssttt... Ndra, Indraa...," panggil Eko pelan sambil mengguncang-guncangkan tubuh temannya yang terbaring disebelahnya itu. Indra tetap bergeming. Mungkin saking lelahnya dia tidak merasakan apapun saat Eko menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Kkrraaakkk... duugg...buugg,"

Kembali terdengar suara barang-barang bergerak. Eko perlahan bangkit dari tempat tidur, berjalan mengendap-endap mencari asal sumber suara tersebut. Dia berjalan perlahan menuju dapur belakang. Sepertinya dari sanalah sumber suara berisik tadi.

Eko terperanjat, melihat sebuah kendi terbuat dari tanah liat bergerak dengan sendirinya. Melompat-lompat seperti sedang berjalan. Eko beringsut sedikit kebelakang karena terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Aaahhh... mungkin hanya halusinasiku saja," pikir Eko saat kembali mengintip ke celah pintu dapur dan melihat kendi itu masih ditempat semula.

"Ssrreeeekkkk" sekelebat bayangan terlihat melintas disamping Eko.

"Aaakkkhhhh," pekik Eko terkejut. Nafasnya naik turun saking kagetnya.

"Apa itu tadi ?" gumam Eko.

Eko mundur beberapa langkah kebelakang. Matanya memandang sekeliling, mencari-cari apa gerangan tadi yang melintas persis disampingnya. Tak terlihat apapun. Lantas dia berjalan kedepan menuju ruang tamu. Dilihatnya sekitar, tak ada apapun disana. Saat dia akan kembali dan memutar badan, dilihatnya Indra temannya berdiri mematung tepat dibelakangnya.

"Astagaaa..... Indraaa... " teriak Eko saking terkejutnya. Kamu ngapain sih tiba-tiba berdiri disitu. Bikin orang jantungan saja.

Indra yang diajak bicara hanya diam saja. Tak menjawab satu kata pun. Eko pun berlalu berniat kembali ke kamar untuk segera melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.

"Deegg... " Eko terkejut saat melihat Indra sedang tidur dikamar sambil memeluk guling. Ragu, pelan-pelan Eko berhenti dan berusaha untuk menengok kebelakang kearah ruang tamu. Jantung berdebar cepat, nafas naik turun tak beraturan.

"Haahh.. tak ada siapapun disana." Eko menggumam. Tengkuknya terasa dingin, lebih dingin dari sebelumnya. Ia merasa ada sesuatu yang berhembus dibelakangnya. Secepat kilat dia berlari menuju tempat tidur dan berbaring disamping Indra. Sekuat tenaga dia berusaha untuk memejamkan matanya. Namun ternyata tidak berhasil juga. Sudah lewat tengah malam, tapi mata Eko enggan terpejam. Suara yang semula berisik kini tak terdengar lagi. Bahkan bayangan hitam yang tadi sempat dia lihat sekilas sudah tak terlihat lagi. Namun perasaan taku dan was-was masih menghantui Eko. Apalagi dia tipe orang yang penakut dengan hal-hal seperti itu.

Waktu berjalan sangat lambat bagi Eko. Ia ingin matahari segela muncul dipermukaan langit supaya suasana malam yang mencekam bagi dia bisa segera berakhir.

Sayup-sayup terdengar suara Adzan subuh berkumandang. Eko yang baru saja memejamkan mata segera terbangun kembali. Dilihatnya Indra yang sudah bersiap-siap untuk menunaikan sholat subuh dimasjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari sana.

"Ndra..tungguin. Aq ikut." Kata Eko tiba-tiba.

"Yaudah ayo," jawab Indra sambil kembali duduk ditepi ranjang menunggu temannya bersiap-siap.

Eko segera kebelakang untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi. Sekilas dia melirik kendi yang semalam dilihatnya bergerak kini masih diam ditempat seolah-olah tak pernah terjadi apapun.

"Ayookk... " ajak Eko setelah selesai.

Keduanya pun keluar bersama menuju masjid desa tersebut.

Terpopuler

Comments

Rika Rostika

Rika Rostika

lanjut...

2021-01-14

0

Diana P.

Diana P.

serem

2021-01-08

0

Rania Puspa

Rania Puspa

prsaan yg msih beres² indra kok jdi eko yg blom tdur.. jdi bgg bcay.

2020-09-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!