Episode 20

"Aku emoh, emoh, aku emoh mati.( Aku gak mau, gak mau, aku gak mau mati)." ucap Pak Usman sambil berusaha untuk turun dari ranjang.

"Bapak mau kemana?" tanya Indra sambil memegangi tubuh Pak Usman yang memaksa untuk turun.

"Aku, aku arep lungo. ( Aku, aku mau pergi )." jawab Pak Usman ketakutan.

"Bapak seharusnya bertanggung jawab, bukannya mau kabur." ucap Indra kesal.

"Sssttt..." Eko menepuk pundak Indra yang sedang kesal.

"Mari pak, ikut kami." ajak Eko.

"Nandi ?( kemana?)" tanya Pak Usman.

"Kok mrene, Mas?( Kok kesini, Mas?)" tanya Pak Usman setiba di kantor polisi.

"Sebaiknya bapak ceritakan semuanya disini. Bapak tidak ingin seperti Pak Karsa kan?"tanya Eko pada Pak Usman. Rupanya Eko juga sudah mulai kehabisan kesabaran. Ia ingin segera tuntas dan bisa kembali beraktifitas normal seperti sebelum mereka pindah ke kampung ini. Apalagi sudah beberapa hari ini ia dan Indra memilih untuk tak bekerja hanya untuk memecahkan kasus yang bertele-tele seperti ini. Tak lama rombongan Pak Kades, Pak RT beserta Bu Yasmin juga tiba di kantor polisi. Rupanya mereka jg ingin melaporkan tentang hilangnya jenazah Pak Karsa yang berubah menjadi pelepah pisang.

"Karsa yang menyuruh saya melakukan semua itu."tiba-tiba saja Pak Usman memberikan pengakuan.

"Coba jelaskan secara rinci, Pak." ucap salah seorang polisi yang duduk di hadapan mereka.

Pak Usman menceritakan semua kejadian beberapa tahun yang lalu secara detail. Sesekali terdengar isak tangis ketakutannya dan mungkin rasa bersalahnya dengan apa yang sudah ia lakukan dulu.

"Bapak dinyatakan bersalah. Untuk itu mulai sekarang Bapak kami tahan sampai nanti hasil sidang memutuskan berapa lama Bapak akan mendekam dipenjara."jawab polisi itu sambil meminta beberapa rekannya untuk membawa Pak Usman ke sel tahanan.

Bu Yasmin terlihat syok mendengar penuturan Pak Usman yang mengejutkan. Hanya demi harta peninggalan suaminya, membuat seorang karyawannya berbuat nekad dan tega menghilangkan nyawa seseorang. Dan benar saja, Pak Karsa pergi ke dukun hanya untuk membuat Tono lupa akan segalanya dan selalu berpihak padanya dan Tuti anaknya.

Sore itu semuanya kembali ke rumah kontrakan milik Bu Yasmin untuk mencari tempat dimana dulu jenazah Yanti dikuburkan. Bu Yasmin tak henti-hentinya menangisi nasib tragis Yanti calon menantunya dulu. Beberapa polisi di sertai anjing pelacak mencari jejak yang tadi sempat diceritakan oleh Pak Usman. Yah, di dekat sumur dibelakang rumah. Dimana arwah Yanti selalu muncul dan menghilang disana. Indra dan Eko ingat, kalau dulu Yanti pernah menunjuk kearah sumur itu saat malam-malam datang menampakkan wujudnya. Hanya saja, mereka tak paham apa yang dimaksudkan oleh arwah Yanti.

Disana juga terlihat Tono ingin melihat proses evakuasi Yanti, namun tidak dengan istrinya. Sedetikpun tak pernah terlihat batang hidung wanita itu sejak awal mereka membahas soal masalah ini.

"Ini Pak. Sebelah sini." teriak salah satu petugas kepada rekannya. Terlihat se ekor anjing liar mengendus-endus sebuah pohon pisang dekat sumur.

"Ayo gali."ajak salah seorang petugas. Dan mereka pun mulai menggali perlahan dibantu dengan beberapa anggota lainnya. Banyak tetangga yang berdatangan. Mereka berkerumun hanya ingin mengetahui proses evakuasi jenazah Yanti. Banyak yg simpati pada sosok Yanti, dimana dia memang terkenal sebagai gadis yang lugu dan ramah kepada semua orang.

Satu persatu tulang belulang diangkat dari dalam tanah yang ditutupi dengan pohon pisang. Bu Yasmin menangis histeris setiap melihat polongan tulang diangkat satu persatu dari dalam sana.

"Mari Bu, lebih baik Ibu beristirahat saja di dalam."ajak Indra pada Bu Yasmin.

Dua jam berlalu, proses evakuasi pun berjalan lancar. Para petugas kembali lagi ke kantor untuk menyerahkan bukti untuk bisa di otopsi.

"Ya...Yanti... " tiba-tiba Bu Yasmin bangkit dari kursi panjang diruang depan rumah kontrakan yang Eko dan Indra tempati. Disana muncul sosok Yanti yang ternyata memang benar begitu cantik seperti apa yang kebanyakan orang katakan. Sungguh jauh berbeda dengan sosok Yanti yang selama ini mereka lihat saat menampakan wujudnya.

"Ibu... " panggil sosok Yanti pada Bu Yasmin.

"Hiks...hiks... ngapurane ibu rabiso njagani koe nduk. (maafkan Ibu tidak bisa menjagamu Nduk)." ucap Bu Yasmin sambil terisak.

"Mboten Bu, (tidak Bu)." jawab Yanti tak kalah sedih.

"Matur nuwun Ibu pun sayang Yanti, gemati marang Yanti. Yanti sayang kalih Ibu.( Terimakasih Ibu sudah sayang sama Yanti, perhatian pada Yanti. Yanti sayang sama Ibu)."ucap Yanti sambil memegang pergelangan tangan Bu Yasmin yang masih terus terisak.

"Yanti tidak apa-apa Bu begini. Mungkin ini sudah menjadi takdir Yanti." ucap Yanti berusaha menenangkan, tapi malah membuat Bu Yasmin semakin terisak.

"Kasian kamu Nduk." isaknya.

"Mas, terimakasih atas bantuannya. Akhirnya saya bisa dimakamkan dengan layak."ucap Yanti pada Eko dan Indra.

"Sama-sama, Mba. Semoga mba bisa tenang ya istirahatnya." jawab Eko mewakili Indra yang sedikit syok atas kejadian tersebut.

"Bagaimana dengan Pak Karsa?"tanya Yanti pada semua yang ada disana.

"Jenazah Pak Karsa hilang. Terakhir berubah menjadi pelepah pisang."jawab Eko pada Yanti.

"Itu bukan jenazah Pak Karsa."ucap Yanti.

"Mak..maksudnya?" tanya Bu Yasmin terkejut.

"Pak Karsa itu memuja, Bu. Dia membunuh saya untuk dijadikan tumbal. Dia mencari gadis perawan untuk di tumbalkan. Tapi... "ucapan Yanti terhenti. Wajahnya terlihat murung.

"Tapi nangopo, Nduk? (tapi kenapa,Nduk?)" tanya Bu Yasmin penasaran.

"Tapi Pak Usman memperkosa saya dulu sebelum membunuh. Makanya jiwa saya tidak diterima sebagai tumbal Pak Karsa karena sudah tidak perawan."ucap Yanti sambil menunduk. Terlihat kedua netranya mengembun.

"Astaghfirullah..." semua orang terkejut mendengar penuturan Yanti.

"Apa benar semua itu, Mba?"tanya Indra menimpali. Arwah Yanti mengangguk.

"Bedebah orang tua itu. Benar-benar keterlaluan."wajah Indra memerah. Begitu juga dengan Bu Yasmin dan Eko yang ada disitu.

Tok...tok...tok... ketiganya terkejut karena tiba-tiba ada yang mengetuk pintu depan.

"Pak Kades, mari silahkan masuk."ucap Eko pada Pak Kades didepan pintu.

"Mas, Bu, Tuti anak Pak Karsa meninggal. Dia ditemukan gantung diri dirumahnya."

"Astaghfirullah." semua terperanjat dibuatnya. Tak disangka Tuti yang selama ini tak pernah muncul dihadapan mereka ternyata telah mengakhiri hidupnya sendiri. Entah apa yang membuat Ia begitu nekad memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya.

"Mengapa Tuti melakukan hal seperti itu, Pak?" tanya Indra dan Eko hampir berbarengan.

"Menurut polisi tadi sore, Mba Tuti malu terhadap seluruh warga yang mengetahui kelakuan ayahnya dan juga dirinya sendiri yang telah melakukan hal keji untuk mendapatkan kekayaan."ucap Pak Kades membuat semua yang berada disitu geleng-geleng kepala tak habis pikir dibuatnya.

Jenazah Tuti langsung di makamkan sore itu juga. Miris sekali hidup Tuti, selama ini ia hidup dengan kemiskinan membuat ia nekad mempertaruhkan nyawa orang lain untuk melakukan perbuatan keji dengan memuja syetan. Yang membuat Bu Yasmin tak habis pikir, mengapa Tuti dengan begitu tega bersekongkol dengan ayahnya membunuh Yanti bahkan menguburkannya di dekat sumur. Bahkan perbuatan mereka tergolong sangat rapi. Tak ada satupun tetangga maupun orang lain yang curiga dengan perbuatan mereka.

Terpopuler

Comments

Nureti

Nureti

hai kak 👋
sukses untuk karyanya

jangan lupa mampir di karyaku yang menceritakan seorang cowok letoy yang selalu di tolak sama cewek dalam judul THE FAILED PLAYBOY

Terimakasih 🙏

2021-01-06

1

Fitri Lestari

Fitri Lestari

cerita y bagus saya tunggu karya yg lain y👍👍

2021-01-03

0

Siti mey_Rianti

Siti mey_Rianti

syuka thorrr semangat ya 👍👍👍👍

2021-01-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!