Malam kian mencekam. Bahkan binatang malam pun enggan bersuara. Indra dan Eko belum beranjak dari tempat dimana mereka tadi melihat sosok mengerikan manampakkan wajah. Sangat jelas terlihat oleh mereka berdua seperti apa wujud asli dari penunggu rumah yang mereka tempati saat ini. Rambut yang menjuntai kebawah, wajah yang sebagian besar sudah hancur dan penuh dengan belatung, bola mata yang hampir copot di salah satu sisinya, dan juga mulut menyeringai memperlihatkan gigi-giginya yang menghitam. Sangat mengerikan, apalagi kepala yang mampu berputar 180 derajat kebelakang. Tak mungkin manusia biasa mampu melakukan hal seperti itu.
Tiba-tiba terdengar suara perempuan sedang bersenandung sebuah lagu jawa. Indra dan Eko saling berpandangan. Siapa gerangan yang bersenandung tengah malam begini. "Pasti dia belum pergi," bisik Indra. Eko hanya memberikan isyarat dengan meletakkan telunjuknya di depan mulut. Perlahan Eko mulai beranjak dari tempat ia duduk bersandar. Dilihatnya sekali lagi keluar melalui celah tadi.
"Gak ada siapa-siapa." kata Eko sambil kembali duduk diposisi semula.
"Tok..tok..tok.." keduanya terperanjat saat tiba-tiba pintu dapur disebelah mereka duduk ada yang mengetuk dari luar. Keringat dingin semakin banyak. Bahkan detak jantung kian bertambah kencang saking kagetnya.
"Astaghfirullah" keduanya beringsut kebelakang.
"Tok..tok..tok.." lagi-lagi pintu diketuk. Kali ini suaranya semakin keras. Keduanya tak ada yang berani mengintip ke luar.
"Grreeekkk...srreeekkk..." terdengar suara dinding anyaman bambu digesek dengan sesuatu yang keras. Berjalan menjauh menuju ke depan.
"Tok..tok.." kali ini suara ketukan berpindah ke jendela kamar yang terbuat dari kayu. Indra menelan ludah dan segera berdiri memberi isyarat pada Eko untuk mengikutinya dari belakang. Perlahan berjalan menuju kamar. Terdengar seseorang bersenandung lagi di depan jendela kamar.
"Tuk...tuk...tuk..." jendela kamar juga diketuk perlahan. Sangat lama, seolah-olah sosok itu enggan pergi dari tempat itu. Perlahan keduanya berjalan masuk kedalam kamar dan berdiri tepat dibelakang jendela.
Hening, mendadak semua suara menghilang. Indra melihat keluar melalui celah jendela yang ditutup tirai putih. Dilihatnya sekeliling.
"Ttooolloooonngg.." terdengar suara merintih minta tolong.
Indra terjatuh dan duduk dilantai. Eko segera membantu temannya untuk bangkit. Ternyata ia juga mendengar suara itu.
"Ada yang minta tolong Ko," ucap Indra lirih.
"Iya, aku juga dengar." kata Eko mengangguk. Eko gantian mengintip lewat celah di jendela. Tapi memang tak terlihat siapapun diluar sana.
"Tooollloooonnggg..." lagi, terdengar suara seseorang minta tolong.
"Krriiieeetttt..." terdengar suara pintu ruang tamu ada yang membuka. Eko dan Indra terperanjat. Segera mereka balik badan membelakangi jendela. Meskipun rasa takut menyerang keduanya, namun rasa penasaran mengalahkan semua itu. Perlahan keduanya berjalan menuju ruang tamu. Terlihat pintu masih tertutup rapat, bahkan terkunci.
"Klap" mendadak lampu padam.
"Tooolllooonnggg..." terdengar lagi suara minta tolong. Kali ini lebih dekat.
"Wwuuusss..." sekelebat bayangan putih terlihat melintas didepan Indra dan Eko yang sedang terbengong.
"Astaghfirullah" keduanya terperanjat. Terlihat sangat jelas dan cepat bayangan itu melintasi mereka berdua.
"Mmaa...maauu minta to..tolong apa?" suara Indra tergagap menjawab suara sosok tadi yang meminta tolong. Tak ada sahutan. Bulu kuduk terasa berdiri. Ada hawa dingin di tengkuk leher mereka.
"Ddiiinnggiiinnn.." suara itu terdengar lagi. Namun tetap tidak menampakan wujudnya. Indra dan Eko menutup hidung dengan tangan. Tercium bau busuk menguap menyebar ke seluruh ruangan.
Indra dan Eko berjalan perlahan sambil meraba-raba sekitar dengan satu tangan menutupi hidung mereka. Bau busuk terasa sangat kuat sampai membuat keduanya merasa pening dan mual.
"Hhoooeeekkk..." Indra sudah tak tahan dengan aromanya.
Keduanya beriringan berjalan masuk dan mencari sesuatu yang bisa memberikan sedikit cahaya. Tangan Eko meraba-raba di meja ruang tengah, digapainya HP yang sedari tadi ia letakkan disana.
"Clek" dinyalakannya senter dari HPnya. Lumayan membantu untuk melihat ada apa disekitar. Dicarinya sumber bau busuk tadi. Aromanya tercium seperti bangkai yang sudah busuk sekali.
"Coba kamu kebelakang Ko, aku tak cari disekitar sini." kata Indra pada Eko. Kini mereka berdua mencari sumber bau dengan bantuan penerangan senter dari HP masing-masing.
"Eko, sini." teriak Indra membuat Eko kaget dan segera berlari menghampiri Indra.
"Lihat, banyak belatung disini. Tapi dari mana ini sumbernya. Kok bisa banyak banget kaya gini ya." kata Indra sambil menunjuk ke arah bawah meja ruang tamu. Benar saja, Eko terperanjat melihat gundukan belatung berkumpul dan ada beberapa yang berjalan menyebar.
"Hhooeekkk..." lagi-lagi Indra merasa mual. Eko segera berlari kebelakang, tak lama kemudian ia sudah kembali membawa botol yang berisikan minyak tanah. Disiramkan nya minyak tanah dalam botol ke kumpulan belatung-belatung tadi. Semua belatung terlihat menggelinjang seperti merasakan panas di seluruh tubuh mereka.
"Mana korek mu Ndra." tanya Eko setelah menyiram seluruh isi botol kelantai. Indra menyerahkan korek api yang sedari tadi ia kantongi kepada Eko. Mengerti dengan apa yang dimaksud Eko, segera Indra memindahkan meja kecil diruang tamu itu. Segera Eko bergegas menyalakan korek dan membakar kumpulan belatung tadi yang sudah mulai lemah karena disiram minyak tanah.
Sungguh lelah rasanya, baru dua malam mereka menempati rumah itu, tetapi teror selalu saja muncul kepada keduanya.
Keduanya duduk di kursi ruang tamu. Sambil dilihatnya api tadi sudah mulai padam. Untung lantai masih berupa tanah dipadatkan. Sehingga menyalakan api di dalam rumah pun tak menimbulkan bekas.
Tak terasa keduanya terlelap di kursi dalam suasana gelap. Lelah yang sangat mereka rasakan karena kurang istirahat.
"Pak, pesan kopi dua ya." kata Eko pagi itu pada Pak Usman penjual kopi yang kemarin.
"Ini mas," tak lama kemudian kopi dihidangkan kepada Indra dan Eko yang duduk sambil menikmati sarapan nasi pecel yang mereka pesan tak jauh dari tempat Pak Usman berjualan kopi.
"Pak, kalau boleh tau bapak asli dari daerah sini y pak ?" tanya Eko mengawali obrolan pagi itu. Memang hari itu mereka berdua sengaja berangkat lebih pagi untuk mendengarkan lanjutan cerita dari Pak Usman tentang rumah Bu Yasmin tersebut.
"Saya kecilnya dulu di desa X, di desa ini karna mbah saya saja yang masih punya tanah disini diberikan kepada ibu saya makanya saya bisa bangun rumah disini." jawab Pak Usman kepada Eko.
"Berarti bapak tau rumah yang kami tempati itu donk pak, dari cerita awal bikin sampai sekarang bisa jadi horor begitu." tanya Indra menyela pembicaraan Pak Usman.
"Ya tahu dari awal bangun sih, cuma kenapa sekarang jadi ada penunggunya saya enggak paham. Soalnya dulu itu rumah aman-aman saja tidak pernah ada gangguan. Apalagi pas jamannya keluarga Bu Yasmin masih menempati rumah itu." jawab Pak Usman kemudian.
Indra dan Eko mengangguk-angguk tanda mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments