Episode 11

Malam ini begitu panjang dan mencekam. Dua sahabat itu tak mampu berbuat apa-apa, mereka hanya bisa menyaksikan seorang Pak Usman yang selama ini bercerita tentang asal muasal rumah berhantu ini malah menjadi bulan-bulanan hantu wanita yang belakangan ini diketahui bernama Yanti. Siapa sebenarnya sosok Yanti tersebut dan ada hubungan apa dengan Pak Usman sehingga sekarang Pak Usman menjadi bulan-bulanan hantu perempuan dengan wujud yang mengenaskan itu, Indra dan Eko semakin tidak mengerti dibuatnya. Setiap kali Eko atau Indra ingin membantu Pak Usman yang sedang kalang kabut seperti itu selalu saja ada hal yang menggagalkan usaha mereka. Entah tiba-tiba ada angin kencang menghalau mereka atau entah saja ada sesuatu yang berusaha menarik mereka kebelakang sehingga sangat menyulitkan bagi keduanya untuk bergerak kedepan. Tapi herannya tetangga sekitar tak ada yang keluar untuk membantu. Padahal suara teriakan Pak Usman terdengar cukup keras, sehingga bisa saja tetangga yang rumahnya agak berjauhan pun masih bisa mendengar. Tapi tidak kali ini, mereka semua seperti tersihir sehingga tak ada satu pun yang menghampiri mereka.

"Ya..yanti, to..tolong ampuni aku."ucap Pak Usman meminta ampun pada hantu Yanti. Namun sosok Yanti tersebut sepertinya enggan mengabulkan permohonan maaf Pak Usman.

"Kau....."teriak hantu Yanti dengan wajah yang menyeramkan mendekati Pak Usman yang bersandar di bawah pohon jambu.

"Yanti, tolong maafkan dia. Kami akan membantumu. Apa yang harus kami lakukan untukmu?"tanya Indra pada Yanti yang seakan-akan ingin menerkam Pak Usman saat itu. Sontak saja sosok Yanti berhenti menghampiri Pak Usman dan beralih menatap ke arah Indra dan Eko yang berdiri tak jauh dari mereka.

"A..apa yang bisa kami lakukan untuk membantumu ?"tanya Indra ragu.

"Sungguh kalian ingin membantuku ?"tanya hantu Yanti pada Eko dan Indra yang mematung. Tak bisa dipungkiri, mereka berdua sebenarnya juga sangat ketakutan bila melihat wujud Yanti yang sedemikian rupa. Namun apa daya, demi menghindari adanya korban yaitu Pak Usman mereka mau tidak mau harus rela bertatap muka secara langsung dengan hantu Yanti.

"Kalian harus membalas dendam atas kematian ku."ucap Yanti pada keduanya.

"Ba..balas den..dendam?"Eko dan Indra terperanjat. Keduanya saking berpandangan. Sungguh bukan hal seperti ini yang mereka mau. Yang mereka inginkan hanya hantu Yanti berhenti mengganggu orang-orang yang berniat menempati rumah itu.

"Ya, kalian harus membalas orang-orang yang telah membuatku seperti ini."jawab Yanti yang seketika membuat keduanya tak mampu berbuat apa-apa. Keringat dingin keluar membasahi seluruh tubuh. Keduanya tak mampu menjawab permintaan Yanti. Mereka tampak ragu akan mau melakukan hal keji seperti balas dendam seperti itu.

"Di..dimana Pak Usman?"mata Eko mencari-cari keberadaan Pak Usman. Indra yang menyadari tak ada Pak Usman di tempat tadi ia bersandar juga turut mencari dimana keberadaan Bapak tua yang ternyata turut andil atas kematian Yanti. Kesana kemari mereka mencari namun sosok Pak Usman sudah menghilang. Ternyata tanpa sepengetahuan mereka saat mereka sedang membuat kesepakatan dengan hantu Yanti Pak Usman melarikan diri.

"Aaahhh sial, kemana itu Pak Usman. Gara-gara dia kita kena masalah seperti ini."ucap Eko kesal. Ia teringat akan keluarga kecilnya yang ia tinggal di kampung mertuanya. Apa yang akan terjadi dengan mereka jika saja mereka tau Eko sudah berjanji akan membantu Yanti mencari orang-orang yang telah membuatnya mati penasaran.

"Aku tak akan membiarkanmu lolos lain kali Usman."ucap hantu Yanti dengan geram. Tak lama kemudian dia menghilang entah kemana.

Beberapa hari Eko dan Indra tak melihat sosok Pak Usman. Bahkan kedai kopi yang biasanya selalu buka kini terlihat tertutup rapat seolah-olah tak pernah ada aktivitas ditempat itu sebelumnya. Sedangkan hantu Yanti masih saja muncul dan menagih janji kedua manusia itu untuk membantu membalaskan dendam atas kematiannya.

"Ko, gimana kalau nanti kita datengin aja rumah Pak Usman."ajak Indra pada Eko.

Eko tampak ragu untuk menyetujui usulan dari temannya itu.

"Gimana? udah beberapa hari dia gak nongol. Kita pastiin dia baik-baik aja setelah kejadian waktu itu atau sebaliknya."ujar Indra mencoba meyakinkan temannya.

"Baiklah. Biar cepat selesai semua urusannya. Udah gak betah aku di uber-uber terus sama si Yanti."ucap Eko setuju.

Sore itu Eko dan Indra berkunjung ke rumah Pak Usman. Namun rumah itu dalam kondisi sangat sepi dan tidak terawat.

"Tok..tok.. tok.."Eko dan Indra mencoba mengetuk daun pintu rumah Pak Usman.

"Sepi banget Ko."ucap Indra penasaran. Di lihatnya sekeliling namun tak ada tanda-tanda ada orang akan keluar dari rumah itu untuk menemui mereka.

"Bruk." terdengar seperti ada barang jatuh dari dalam. Keduanya terkejut.

"Ada sesuatu di dalam."bisik Eko pada Indra yang di jawab dengan anggukan kepala. Keduanya berkeliling memutari rumah Pak Usman untuk mencari celah supaya bisa masuk kedalam. Entah mengapa rumah di kampung ini jarang sekali penduduknya. Jarak rumah satu dengan yang lainnya saking berjauhan. Bahkan setiap rumah memiliki lahan yang luas untuk ditanami aneka tanaman. Jadi saat mereka sedang mengitari rumah Pak Usman pun tak ada satupun dari tetangga Pak Usman yang mendekat. Entah tak ada yang melihat atau enggan keluar rumah karena jarak rumahnya lumayan berjarak. Ditambah saat itu suasana sudah sore dan menjelang maghrib. Rumah Pak Usman pun gelap tanpa penerangan. Diluar sudah hampir gelap, tapi tak ada satupun lampu yang menyala dari dalam rumah Pak Usman.

"Ndra, sini deh."tiba-tiba Eko memanggil Indra yang berjalan dibelakangnya. Bergegas Indra mendekat.

"Ini pintu kayanya bisa dibuka. Cuma dikunci pakai dari dalam sepertinya."ujar Eko sambil menunjukan sebuah celah.

"Coba kita buka."ajak Indra.

"Krriieeettt..."akhirnya pintu pun terbuka setelah mencoba mencongkel kunci dari luar. Gelap, dilihatnya sekitar takutnya ada sesuatu yang membahayakan terjadi. Lokasi disini masih di kelilingi dengan tanaman rimbun dan pohon besar yang lumayan rimbun. Jadi waktu maghrib seperti saat ini pun rasanya sudah seperti malam.

"Astaga."pekik Indra setelah melihat seonggok tubuh tergeletak di samping ranjang. Perlahan mereka mendekati sosok tersebut dengan bantuan penerangan dari senter di handphone mereka.

"Pak Usman."Indra dan Eko terkejut melihat Pak Usman tergeletak dilantai dan menggigil seperti sangat kedinginan.

"Maaf...maaf...maaf..."hanya itu yang terdengar dari mulut Pak Usman. Dengan mata terpejam dia selalu mengucap kata maaf berulang kali.

"Pak...Pak Usman, sadar Pak. Apa yang terjadi?"tanya Indra sambil mengangkat tubuh renta Pak Usman ke atas ranjang.

"Sa..saya khilaf Yanti. Ma..maafkan sa..saya."terdengar suara lirih keluar dari mulut Pak Usman.

"Pak, apa maksud Bapak berkata demikian? Apa Bapak yang membunuh Yanti?"ucap Eko geram. Tak ada jawaban lagi dari mulut Pak Usman. Eko mulai geram karena tak ada satupun pengakuan yang keluar dari mulut Pak Usman. Indra mengingatkan Eko untuk tetap bersabar menghadapi Pak Usman yang sudah renta.

Terpopuler

Comments

Nurul Imamah

Nurul Imamah

lanjuuuttt thor

2020-05-10

0

Yuli Aprianti

Yuli Aprianti

up dong

2020-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!