Ketiganya nampak terdiam. Mereka sungguh prihatin dengan kondisi Pak Karsa dan Pak Usman sekarang. Mereka berdua terlihat seperti orang yang terganggu jiwanya.
"Pak Karsa kenapa, Mas?" tanya Pak RT pada Eko.
"Kurang tahu,Pak. Tiba-tiba saja berteriak dan saat kami datangi beliau sudah seperti itu." jawab Eko sambil menunjuk ke arah Pak Karsa yang menunjukkan wajah ketakutan.
"Oh ya, dimana Indra? dan bagaimana keadaan Pak Usman?" tanya Eko pada Pak RT.
"Hhhmmm... Pak Usman terkena serangan jantung kata dokter. Nak Indra menunggui disana. Saya pulang hanya untuk mengabari itu."jawab Pak RT nampak murung.
"Serangan jantung? Lantas bagaimana kondisinya sekarang?" Pak Kades turut menimpali.
"Pak Usman belum sadarkan diri. Kondisinya juga sangat lemah. Dokter bilang banyak berdoa saja supaya lekas sadar."jawab Pak RT membuat Eko dan Pak Kades menghela nafas dalam.
"Oh ya, dimana Bu Yasmin?"tanya Pak RT setelah tak melihat sosok Bu Yasmin di tempat itu.
"Sudah pulang. Kasihan kalau harus menunggu lama. Nanti kalau ada perkembangan baru kita kabari lagi."jawab Eko.
"Bagaimana kalau ternyata Pak Karsa dan Pak Usman tak memberikan titik terang pada masalah kita ini?"tanya Pak RT kemudian.
"Apa perlu kita libatkan polisi?"tanya Eko pada Pak Kades meminta saran.
"Sepertinya memang kita seharusnya melibatkan polisi pada masalah ini."jawab Pak Kades yakin.
"Kalau begitu mari kita buat laporan kesana, Pak."ajak Pak RT pada Pak Kades.
"Mari Nak Eko, kamu juga bisa ikut untuk jadi saksi."ajak Pak Kades pada Eko.
"Lalu bagaimana dengan Pak Karsa?"tanya Eko.
"Nanti saya suruh semua yang di kantor ini ikut mengawasi Pak Karsa."jawab Pak Kades.
Brraaaakkkkk... baru saja mereka ingin pergi ke kantor polisi tiba-tiba terdengar suara bantingan pintu dari dalam.
"Aaarrrggghhhh..." terlihat mata Pak Karsa melotot lebar dan kedua tangan memegangi lehernya seperti sedang berusaha menahan sesuatu disana. Eko berlari menghampiri Pak Karsa dan berusaha untuk membantu.
Buugg... Eko terpental, Pak Karsa seperti tidak menghendaki untuk disentuh. Di dorongnya tubuh Eko menjauh.
"Heran, tenaga Pak Karsa kuat sekali."ucap Eko sambil berusaha untuk bangkit. Pak RT mencoba membantu dengan memegangi lengan Eko.
"Aaarrrggghhh... "Pak Karsa kembali memegangi lehernya yang seperti tercekik. Badannya merosot kelantai dan meliuk-liuk seperti berusaha untuk menahan cengkraman yang sangat kuat. Dengan sekuat tenaga Eko dibantu oleh Pak RT dsn Pak Kades berusaha membantu Pak Karsa melepaskan cengkeraman tangannya sendiri dari lehernya. Namun sepertinya sia-sia. Akhirnya ketiganya pun terpental juga, seperti ada hal gaib yang melempar keras mereka kebelakang.
"Eeerrrrrrrr ... eeerrrrrr ..." tiba-tiba Pak Karsa mengerang. Matanya melotot kesana kemari melihat sekitar. Tangan sudah lepas dari lehernya, namun ada yang salah dengan tingkahnya.
"Eeeeerrrr... koe sopo?(kalian siapa?)" tanya Pak Karsa sambil terus mengerang.
"Pak, Pak Karsa. Sadar pak."ucap Pak Kades seraya berusaha menenangkan Pak Karsa. Namun Pak Karsa masih tetap saja mengerang.
Brraaakkk... tiba-tiba Pak Karsa membenturkan tubuhnya ke dinding. Eko dan Pak Kades gagal mencegahnya. Seperti sedang dikuasai oleh makhluk lain, Pak Karsa terus menyiksa tubuhnya sendiri. Eko dsn Pak Kades yang berusaha untuk menolong selalu gagal dibuatnya. Aneh, tubuh renta Pak Karsa terasa lebih kuat dibandingkan dengan Pak Kades dan Eko. Malang tak bisa dihindari, Pak Karsa mencekik kuat lehernya sendiri. Beberapa orang yang saat itu berada di kantor desa sudah berusaha untuk menolong, namun sama saja tenaga mereka tidak cukup kuat untuk menolong Pak Karsa. Lambat laun dilihatnya tubuh Pak Karsa melemah. Perlahan tangannya lepas dari lehernya. Secepat kilat Pak Kades mendekat dan mencoba untuk mengecek kondisi Pak Karsa.
"Innalillahi wainnailaihiroji'un" ucap Pak kades seraya mencoba menutup mata dan mulut Pak Karsa yang terbuka. Eko dan beberapa orang di kantor desa terkejut mendengar Pak Kades mengabarkan kalau Pak Karsa telah tiada.
"Bagaimana ini,Pak? kasusnya belum menemukan titik terang."ucap Eko khawatir dengan kelanjutan kasusnya.
"Hhhmmm... mari kita berusaha semaksimal mungkin."jawab Pak Kades lirih. Ia segera memerintahkan kepada Eko dan beberapa orang disitu untuk membantu membawa tubuh Pak Karsa untuk dibawa ke RS guna dilakukan otopsi jika diperlukan.
"Pak... Pak kades..." suara Pak RT tergopoh-gopoh dari luar.
"Pak Ustad gak ada dirumah. Lagi ada keperluan di Jakarta tempat saudara."ucap Pak RT ngos-ngosan.
"Pak Karsa sudah meninggal,Pak."kata Eko pelan saat mengetahui Pak RT datang.
"Innalillahi wainnailaihi roji'un." ucap Pak RT sambil mengusap kasar wajahnya.
"Mari kita bawa ke Rumah sakit."ajak Pak RT. Salah satu orang di kantor desa meminjamkan mobilnya untuk membawa tubuh Pak Karsa. Mereka memutuskan untuk membawa tubuh Pak Karsa ke Rumah sakit dimana Pak Usman dirawat.
"Nak Indra, Pak Karsa telah tiada."kata Pak RT yang memutuskan menemui Indra diruang rawat Pak Usman. Di sana terlihat Pak Usman sudah mulai tenang dan tidak banyak mengigau seperti sebelumnya.
"Dimana sekarang, Pak?"tanya Indra terkejut.
"Mari."ajak Pak RT pada Indra.
"Ini, bagaimana ini bisa terjadi? mengapa leher Pak Karsa seperti ini?"tanya Indra setiba di kamar mayat. Ia perhatikan dengan seksama kondisi jenazah Pak Karsa dengan leher membiru dan lidah terjulur, kedua mata Pak Karsa juga terbuka lebar memberikan kesan mengerikan untuk siapa saja yang melihatnya.
Tok..tok..tok.. belum sempat mendapat jawaban dari pertanyaannya, terdengar langkah kaki dari luar kamar. Muncul seorang dokter lengkap dengan atribut dan beberapa perawat mengikuti dari belakang. Mereka berjalan mendekati mayat Pak Karsa, tanpa aba-aba para perawat meminta semua orang untuk keluar ruangan dan menutup pintu dengan rapat. Semua yang berada disitu merasa jengkel dengan ulah para perawat yang tanpa sopan santun mendorong tubuh mereka untuk keluar dari kamar mayat.
"Aneh, kenapa mereka semua tanpa ekspresi. Gak ada sopan santunnya mendorong kita semua keluar ruangan tanpa meminta tolong."ucap Pak RT kesal.
"Sudah tak apa-apa,Pak. Mungkin mereka sudah lelah dan mungkin memang tuntutan mereka untuk bersikap seperti itu."ucap Pak Kades menenangkan.
"Saya mau lihat kondisi Pak Usman dulu, Pak." pamit Indra pada semua orang yang berada disitu dan dijawab dengan anggukan kepala semua orang.
"Ikut." timpal Eko kemudian.
"Mas,"panggil Pak Usman lirih pada Eko dan Indra. Rupanya Pak Karsa sudah kembali sadar.
"Karsa nandi?(Karsa dimana?)" tanya Pak Usman pelan.
"Pak Karsa sudah meninggal. Pak Usman sekarang harus memberikan keterangan yang benar pada polisi." ucap Indra geram.
"Ssttt.. sabar. Jangan terbawa emosi."bisik Eko pelan.
"Me...meninggal?" Pak Usman terkejut mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Qina Naura
lanjutt
2020-06-27
1