Hari terasa sangat cepat berlalu. Indra dan Eko bergegas untuk pulang kerumah setelah bel tanda jam kerja telah usai berbunyi.
"Ndra, tungguin depan yak. Aku mau ke kamar mandi dulu bentar." pinta Eko pada Indra.
"Iya, GPL ( gak pake lama )" jawab Indra singkat.
Sambil menunggu Eko selesai dari kamar mandi Indra duduk di warung kopi depan perusahaan.
"Kopi item dua y Pak" pinta Indra kepada bapak penjual kopi.
"Ini mas." penjual kopi itu menyerahkan dua gelas kopi hitam dan duduk tak jauh dari Indra.
"Makasih Pak." ucap Indra.
Tak lama kemudian Eko datang.
"Wuuuiiiihhhhh mantaaaabbbb. Kopi ku ini y?" tanya Eko sambil nyengir berharap itu kopi Indra pesen untuk dirinya.
"Hhmmm..." Indra cuma berdehem.
"Ngantuk banget aku Ndra yakin. Gara-gara setan semaleman jadi gak tidur sama sekali." kata Eko mengawali pembicaraan
"Ya sama. Dikira aku bisa tidur apa," Indra menyahut sambil menyeruput kopinya.
"Tapi aneh y Ndra, kok bekas noda darahnya ilang tanpa bekas pas kita balik buat mastiin itu beneran darah apa bukan." Eko mulai nyerocos.
"Aku juga heran Ko. Sumpah aku takut banget. Apa mungkin setiap hari kita bakal di gangguin sama penghuni rumah itu?" Indra mulai bergidik.
"Sampeyan nyeritain setan apa toh mas ? Kok kayanya serem begitu." Bapak penjual kopi mulai ikut nimbrung obrolan mereka berdua.
"Itu Pak, semalem kita diganggu sama penunggu rumah yang di pertigaan sana. Rumah Bu Yasmin." Jawab Indra sambil bergidik ngeri.
"Ooohhh... la kalian apa tinggal disitu ?" tanya bapak penjual kopi.
"Iya Pak. Kita berdua ngontrak disitu. Murah harga sewanya." Jawab Eko pada Pak Usman si penjual kopi.
"Udah terkenal horor itu mas. Dari semenjak Bu Yasmin pindah ke kampungnya terus rumah itu dirawat sama Pak Karsa salah satu karyawan suaminya Bu Yasmin. Terus gak lama Pak Karsa berhenti kerja dirumah itu karena anak Pak Karsa menikah dengan keponakan Bu Yasmin. Gak enak mungkin sama orang, masa mertua dari keponakannya malah dibiarin kerja sama keluarga sendiri." cerita Pak Usman pada mereka berdua.
Eko dan Indra hanya mengangguk-angguk sangat antusias mendengarkan cerita Pak Usman tersebut.
"Anak Pak Karsa nikah sama keponakan Bu Yasmin ?" Eko jadi penasaran.
"Iya, keponakan Bu Yasmin itu tinggal sama Bu Yasmin dan suami dari kecil. Karena orang tuanya sudah meninggal dari ia masih kecil. Dan suami Bu Yasmin cuma dua bersaudara, beliau dan ayah dari keponakannya itu. Jadi setelah keponakannya ditinggal sama kedua orang tuanya, maka tanggung jawab mengurus dan merawat anaknya diambil alih oleh suami Bu Yasmin." Pak Usman cerita panjang lebar tentang sejarah keluarga Bu Yasmin.
"Saya bisa cerita begini karena saya kenal keluarga mereka dari dulu. Dulu saya kerja sama keluarga Bu Yasmin juga di peternakan. Tapi saya berhenti setelah usaha peternakan milik Bu Yasmin diambil alih oleh keponakannya dan istrinya. Tono nama keponakan suami Bu Yasmin itu." Pak Usman melanjutkan cerita.
Semakin Eko dan Indra dibuat penasaran dengan cerita Pak Usman si penjual kopi itu. Apa hubungannya Pak Karsa sama rumah yang kini jadi horor ? Sedangkan dulu sewaktu Bu Yasmin dan keluarganya menempati rumah itu tidak pernah terjadi hal-hal ganjil apapun.
"Yasudah kami pamit dulu pak, sudah mau malam. Ini uang kopinya." pamit Indra pada Pak Usman.
"Oh iya mas, terimakasih." jawab pak Usman sambil membereskan gelas bekas kopi Indra dan Eko.
"Kriiieeetttt..." terdengar suara pintu kayu dari arah belakang seperti ada yang mendorong pelan. Indra terperanjat mendengar suara pintu terbuka sangat jelas. Segera turun ia dari ranjang dan berjalan pelan menuju ranjang satunya tempat dimana Eko sedang pulas - pulasnya tertidur. Digoncangkannya tubuh temannya itu pelan. Tak ada respon, semakin kencang ia menggoncang - goncangkan tubuh Eko. Eko yang merasa tidurnya terganggu langsung terbangun.
"Ada apa lagi Ndra ? Nongol lagi ?" tanya Eko kemudian.
Indra meletakkan telunjuk kanan tepat di depan bibir memberi pertanda Eko untuk tidak membuka suara. Ia memberi isyarat pada Eko untuk mengikutinya melihat ada apa dibelakang.
Terbuka, pintu dapur sudah terbuka lebar. Pintu satu - satunya di dapur yang mengarah langsung ke kamar mandi dan sumur diluar sana.
"Perasaan tadi aku udah kunci rapat-rapat deh ini pintu."gumam Eko.
"Setan apa maling y Ndra kira-kira ini yang buka pintu?" tanya Eko kembali pada Indra.
Indra hanya mengangkat bahu tanda tak tahu. Dilihatnya sekitar. Tak ada siapa-siapa disana.
Indra menutup pintu kembali.
"Byyuurrr.... krek...krek...krek....krek... " tiba-tiba terdengar suara ember timba sumur berbunyi. Seolah-olah ada yang sedang menggunakannya untuk mandi.
Deg. Jantung serasa mau copot dari tempatnya. Baru saja mereka menutup pintu dan belum beranjak dari sana, padahal tadi mereka tidak melihat ada siapapun disana. Mengapa sekarang tiba-tiba ada suara sumur timba ada yang pakai.
Di intipnya melalui celah samping pintu untuk melihat siapa yang malam-malam begini ada disana. Umah itu semi permanen, dimana bagian bawahnya memakai batu bata sedangkan bagian atas masih memakai anyaman bambu. Sehingga masih ada celah sedikit untuk bisa melihat keluar.
Terbelalak mata Indra seketika, tangannya berusaha menggapai tangan Eko disebelahnya. Eko yang penasaran menggeser tubuh Indra dan berganti melihat keluar sana.
"Siapa itu mandi tengah malem." gumam Eko. Bulu kuduk mereka sudah berdiri, jantung berpacu sangat cepat tak beraturan. Dilihatnya diluar sana seorang perempuan membelakangi mereka berambut panjang menjuntai hingga ke mata kaki sedang asyik menimba air dan mengguyurkan ke badannya Terlihat dibelakangnya ada gundukan kain berwarna putih tergeletak begitu saja. Sepertinya baju perempuan itu. Lama Indra dan Eko memperhatikan perempuan itu mandi, tidak berniat apa-apa. Mereka hanya ingin tau siapa sosok perempuan yang mandi tengah malam seperti ini.
"Aakkhh..." Indra dan Eko terperanjat dan hampir saja berteriak. Tetapi tangan mereka dengan cepat menutup mulut mereka masing-masing. Keduanya terkejut saat tiba-tiba perempuan itu menengok memutar kepala hingga kebelakang. Sepertinya ia tahu keberadaan kedua manusia yang sedang memperhatikan dirinya saat ini. Suara detak jantung keduanya terdengar berpacu cepat ditengah malam yang sunyi. Tak ada suara dari keduanya, hanya suara nafas yang memburu dari keduanya. Entah keberanian dari mana yang di dapatkan kembali oleh Eko. Ia segera kembali melihat keluar melalui celah tempat ia mengintip tadi. Tak ada siapapun disana. Perempuan itu dan kain putih yang tadi tergeletak disana.
"Huufft...hufftt..." Eko berusaha mengatur nafas yang tersengal-sengal.
"Udah gak ada Ndra." ucap Eko pelan.
Keduanya merasa sedikit lega. Keduanya terduduk lemas bersandar di tembok. Keringat dingin masih mengucur, nafas belum juga kembali tenang. Tak ada kata apapun yang terucap. Hanya suara nafas mereka yang bersahut-sahutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments