"Ndra, liat itu." ucap Eko sambil menepuk pundak Indra. Secepatnya Indra beralih pandangan kearah yang dituju Eko. Dihampirinya segera. Nampak seperti cairan kental yang baru saja diseret melalui tempat itu. Eko dan Indra menutup hidung.
"Seperti bau darah" ujar Indra lirih. Eko mengangguk
"Tapi darah apa y Ndra?" tanya Eko setengah berbisik. Indra hanya menggeleng.
"Coba ayo kita ikuti jejaknya" kata Indra sambil berjalan perlahan mengikuti jejak darah tadi. Semuanya terhenti. Jejak itu hilang tepat dibelakang rumah. Disana ada sumur timba yang sudah tua. Terletak tepat dibelakang rumah berjarak sekitar 10 meter. Sebenarnya sumur itu masih berfungsi, bahkan masih sering digunakan oleh beberapa tetangga yang belum memiliki sumur dirumahnya.
"Kok gk ada lagi y" gumam Eko.
Mereka berdua merasa sangat penasaran. Apa sebenarnya hubungan antara sumur tua itu dan darah yang mereka baru saja lihat. Entah siapa yang membersihkan, darah yang tadi mereka lihat pun sudah tidak ada lagi. Antara nyata dan mimpi, mereka saling pandang. Menatap heran lantai yang tadinya ada bekas darah memanjang kini tidak ditemuinya lagi.
Merasa pencariannya tak membuahkan hasil, Eko dan Indra kembali kedalam rumah untuk melanjutkan rencana mereka untuk tidur. Baru saja mereka menutup pintu, sekelebat bayangan putih terlihat melintas dari jendela bertirai tipis melewati mereka berdua.
"Deg" jantung terasa terhenti. Rasa takut mulai menjalar diseluruh tubuh dua sahabat tadi. Hawa dingin mulai terasa, tengkuk leher terasa ada yang meniup. Bulu kuduk terasa berdiri melihat sekilas bayangan putih yang melintas dihadapan mereka terasa sangat jelas. Indra perlahan berjalan masuk, diiringi Eko dibelakangnya sambil mengawasi sekitar. Diruang tengah mereka tak melihat apapun. Bahkan bayangan tadi tidak ada disana. Kembali mereka kedalam kamar. Bertekad tidak akan menggubris apapun yang terjadi malam ini. Rasanya sudah sangat lelah seharian membereskan barang-barang dan membersihkan sebagian perabotan tua dirumah itu. Ditambah lagi gangguan yang harus mereka hadapi malam ini.
"Srreekkk...sreeekkk..." terdengar seseorang berjalan sambil menyeret kaki. Terasa berat tarikannya. Indra membuka mata. Diliriknya jam di dinding. Jarum jam menunjukan pukul 01.15. Dilihatnya Eko diranjang sampingnya. Ternyata dia juga sama-sama terbangun. Mungkin dia juga mendengar suara tersebut.
"Srreeekkk...srrreeeekkk..." terdengar kembali suara kaki diseret.
"Klotak..klotak...klunting...bruk" terdengar ada aktifitas didapur. Seperti ada seseorang yang sedang meletakkan peralatan peralatan dapur dirak kayu.
"Ssttt...." bisik Indra memanggi Eko.
Sesaat Eko menengok kearah Indra sambil meletakkan telunjuknya didepan mulutnya, seolah-olah memberi isyarat kepada Indra untuk tidak membuat suara. Perlahan dia bangkit dari tempat tidur, kemudian berjalan kearah pintu kamar. Dibukanya pintu kamar secara perlahan. Indra mengikuti dari belakang. Dilihatnya sekitar, tak ada siapapun. Perlahan mereka berjalan menuju kedapur. Terperanjat mereka berdua melihat sesosok wanita cantik berdiri tepat disebelah rak kayu tersebut. Memandang mereka berdua yang berdiri mematung. Matanya mengisyaratkan seolah-olah penuh beban. Seperti ingin berbicara sesuatu namun tak kunjung terjadi.
"Ssiii...siiapa kamu" tanya Eko terbata.
Perempuan itu tak menjawab. Kemudian berlalu melewati mereka berdua yang berdiri kaku menuju keruang tamu. Segera dikejar oleh mereka berdua namun nihil. Tak ada siapapun disana. Eko dan Indra merasa heran dengan penampakan wanita cantik malam ini. Tidak terlihat penampakan yang menyeramkan seperti cerita-cerita warga sekitar. Yang katanya sering terlihat ada perempuan dengan wajah hancur babak belur dengan kaki bengkok satu dan tangan sebelah kiri seolah-olah patah kebelakang. Bahkan kadang sering terlihat makhluk hitam berbulu lebar, berbadan besar dan memiliki mata merah menyala serta jari tangan sebesar pisang ambon.
Malam hari terasa begitu lama bagi dua pemuda tersebut. Macam-macam keganjilan terus saja bermunculan dari hari pertama mereka tinggal dirumah itu. Ditambah penampakan dari penghuni rumah Bu Yasmin yang menampakan diri pada mereka berdua. Padahal mereka sangat berharap semua itu hanya cerita belaka dari warga sekitar. Tetapi nyatanya benar adanya.
Pagi tak kunjung datang. Indra dan Eko tak dapat melanjutkan tidurnya. Rasa takut dan penasaran dengan munculnya sosok wanita cantik tadi masih menghantui mereka berdua. Apa yang sebenarnya terjadi dirumah ini dulunya, dan siapa perempuan tadi ?
Pertanyaan itu muncul didalam pikiran Indra dan Eko. Apakah dia kuntilanak ?
"Hhiiii..." Indra bergidik ngeri membayangkan kalau saja wanita tadi menunjukan wajah aslinya yang kata beberapa orang sangat menakutkan.
Indra pernah mendengar cerita dari salah seorang tetangga di desa itu sebelum Dia memutuskan untuk melanjutkan niatnya menyewa dan menempati rumah itu, kalau dulu pernah ada seorang penjual bubur yang menyewa rumah itu. Tidak lama, hanya semalam saja. Sore hari ia dan keluarganya pindah dan pagi harinya saat subuh mereka pergi dan membawa semua barang-barang milik mereka yang belum sempat dirapikan kembali ke rumah mertuanya di desa tetangga. Katanya semalaman ia merasakan rumah itu bergerak meliuk-liuk seperti sedang menari dan ada kendi yang terbuat dari tanah liat melompat-lompat dari arah dapur kedalam kamar tanpa ada tangan yang menggerakkan. Bahkan tidak hanya itu, tukang bubur tersebut juga melihat penampakan makhluk hitam besar berambut lebat dengan sorot mata tajam berwarna merah menyala dengan gigi taring panjang sampai menyentuh dagu, juga jari tangan yang besar-besar dan panjang dengan kuku-kuku hitam sepanjang pisang kepok. Makhluk itu duduk di kayu yang melintang di atap yang tidak berplafon.
Sebenarnya Indra merasa takut saat itu. Tapi tidak ada pilihan lain selain memilih rumah itu untuk dijadikan tempat tinggal sementara selama awal pindah ke daerah itu. Selain harga sewa sangat murah dibandingkan dengan kontrakan lainnya, ia juga harus berhemat karena upah kerja di desa jauh selisihnya dari pada saat ia bekerja di kota. Ia harus pintar-pintar mengatur pengeluaran agar bisa menabung untuk mempersunting gadis yang sudah dua tahun ini menjalin hubungan dengannya. Bukannya tidak ada pekerjaan lain di kota, tetapi dengan ijazah yang Indra punya hanya sebatas lulusan Sekolah Menengah Pertama membuat ia kesulitan mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Untung saja ada Eko yang juga ikut pindah ke daerah itu dan mau tinggal dirumah itu bersamanya. Lain halnya dengan Eko. Dia ikut pindah karena tempat dimana perusahaan kami sekarang tidak terlalu jauh dengan kota dimana ia meninggalkan anak dan istrinya dikampung mertua guna mencari nafkah. Dia berkesimpulan supaya biar sering-sering pulang untuk mengunjungi anak dan istrinya.
Adzan subuh terdengar. Lega perasaan mereka berdua bahwa tau sebentar lagi hari mulai terang. Segera beranjak mereka untuk membersihkan diri dan segera ke masjid untuk sholat subuh berjamaah. Tak ada penampakan lagi sampai subuh tiba. Bahkan tak ada obrolan apapun dari mereka berdua tentang kejadian semalam. Mereka hanya fokus untuk bersiap-siap berangkat kerja pagi itu. Rasa kantuk sebenarnya melanda mata mereka berdua. Wajar saja, semalaman suntuk mereka tak dapat memejamkan mata barang sebentar saja. Tapi karena sudah kewajiban mereka, mau tidak mau harus tetap berangkat juga.
"Ngantuk aku Ndra." Eko mengawali percakapan pagi itu.
"Sama." Jawab Indra singkat.
"Setan kurang kerjaan. Malem-malem datengin bujang - bujang." Eko berucap sambil terkekeh.
"Bujang lho ?" ledek Indra sambil tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments