Siang itu Indra dan Eko bekerja seperti biasa. Tak ada obrolan tentang gangguan yang mereka alami selama dua malam hari ini. Beberapa teman kerja yang tinggal tak jauh dari rumah yang mereka tempati kadang suka bertanya tentang rasanya tinggal di bekas rumah kosong tersebut. Mereka semua merasa penasaran dengan kedua teman mereka yang nekat menyewa dan menempati rumah itu. Itu semua mereka lakukan karna sebagian dari mereka juga mendengar desas desus cerita horor dari rumah itu. Dan kini mereka juga mencoba mencari tau melakui dua teman barunya itu. Namun sedikit jawaban yang bisa Indra dan Eko katakan. Karena mereka juga enggan menceritakan kembali kejadian-kejadian yang selalu muncul dan membuat mereka ketakutan.
"Ndra, gak pernah liat penampakan disitu?" tanya Ridwan siang itu.
Indra yang ditanya hanya tersenyum.
"Nah kan iya berarti. Koyo opo wujude? (seperti apa wujudnya)" Ridwan semakin penasaran.
"Apa sih Wan kamu kok kepo banget. Gak usah dicari tahu, nanti ketemu sendiri baru tau rasa." jawab Indra sambil berlalu. Tak puas dengan jawaban Indra, Ridwan mengikuti kemana saja Indra melangkah.
"Kamu sana gih Wan, ngapain juga ngikutin aku terus." Indra mulai kesal.
"Cerita dulu donk, ada yang aneh apa enggak dirumah itu. Kan kalau kata orang-orang rumah itu angker, banyak penunggunya." Ridwan semakin penasaran.
"Lah kalau kamu tau itu ngapain nanya lagi ? udah ah sana. Aku sibuk, jangan ganggu. Nanti bos marah kalau kerjaan kita gak kelar." jawan Indra dengan nada sedikit keras.
"Ko, apa kita sebaiknya cari tau kebenarannya y," kata Indra siang itu pada Eko saat istirahat makan siang. Untung saja suasana kantin sudah mulai sepi, karena Indra dan Eko sengaja datang kesana di jam terakhir waktu istirahat supaya tidak terlalu sesak.
"Maksud kamu apa Ndra ? Kebenaran apa yang mesti kita cari ?" tanya Eko.
"Ya itu, tentang sosok perempuan yang dua malam ini kita temui. Apalagi ada suara ia minta tolong sama kita." jawab Indra.
"Gila kamu, terus kita harus nolongin dia gitu ? Bayangin wujudnya yang semalem kita liat sja udah bikin aku merinding, ini lagi malah suruh nolongin." jawan Eko sambil mengusap-usap tengkuk lehernya.
"Tapi Ko, kali aja dia emang beneran minta tolong sama kita. Terus kalo udah kita tolong dia gak bakal ganggu kita lagi." Indra kembali membahas idenya.
"Kebanyakan nonton film nih anak. Ide gila bgtu. Lagian mana ada setan minta tolong sama manusia." jawab Eko sewot.
"Udah ah yuk balik. Jangan bahas setan itu lagi. Ntar kalau tau-tau dia nongol disini bisa bahaya." seru Eko.
Keduanya segera beranjak dari meja kantin dan segera kembali keruangan kerja.
"Wuuusss" sekilas ada bau busuk melintas di hidung keduanya. Indra dan Eko yang tadinya berjalan cepat ingin masuk keruangan segera menghentikan langkahnya. Keduanya serempak saling berpandangan.
"Kamu nyium sesuatu?" tanya Indra lirih.
Eko hanya mengangguk. Keduanya melihat sekitar, mencari dari mana sumber bau tadi. Hanya sebentar lalu menghilang. Tak ada jejak yang bisa ditemukan. Firasat keduanya adalah sosok makhluk yang ada dirumah mengikutinya sampai kesini. Bulu kuduk terasa berdiri,dipegangnya tengkuk dileher masing-masing.
"Jangan-jangan karena tadi kamu bahas dia disini Ndra. Makanya sekarang dia susulin kita kesini." kata Eko pada Indra. Indra yang mendengar perkataan Eko hanya diam saja. Tapi terlihat matanya melotot dengan mulut menganga seperti orang ketakutan.
"Plak," Eko menepuk pundak Indra yang masih berdiri mematung dengan mata melebar dan mulut menganga.
"Liat apaan sih Ndra." tanya Eko sambil celingukan mencari sesuatu yang mungkin dilihat oleh Indra sahabatnya. Indra tak menjawab, hanya saja telunjuknya menuding ke arah luar pintu dimana mereka sedang berdiri tepat di depan pintu masuk ruang kerja.
"Wooiii... apaan sih. Liat apa?" Eko mengulangi pertanyaannya. Kali ini dengan intonasi yang lebih keras.
"Ii..iituuu Ko, kayanya bener deh yang kamu bilang. Kalo itu setan ngikutin kita sampai sini." kata Indra lirih sambil tangan masih menunjuk-nunjuk arah luar pintu. Eko yang mendengar penjelasan Indra segera dengan cepat keluar pintu dan mencari-cari sosok setan yang tadi Indra maksud.
"Seriusan Ndra dia ngikut kesini?" tanya Eko kembali.
"Iya kayanya Ko, tadi aku liat ada perempuan jalan ke arah sana pakai baju putih panjang, rambutnya panjang tergerai tapi gak sepanjang yang semalam kita lihat di sumur belakang rumah." kata Indra menjelaskan. Kini matanya juga mencari sosok yang ia lihat tadi. Ia melongok ke arah luar pintu dan menoleh ke kiri dan ke kanan seolah-olah sedang mengintip mangsa.
"Kok gak ada ya, padahal tadi jelas banget aku liat dia jalan ke sana." kata Indra sambil menunjuk arah Utara.
"Yang bener aja Ndra, masa ia setan bisa dilihat segitu jelasnya siang-siang gini. Salah liat kali ah." bantah Eko yang ragu dengan ucapan Indra.
"Aaaaakkkhhhh..." tiba-tiba Indra menjerit sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Dih, kenapa sih ni orang. Kaya abis lihat setan aja." terdengar suara perempuan berbicara kepada Indra.
"Hahahahaha... dari mana mba ?" tanya Eko pada Mba Irma teman satu perusahaan namun beda divisi dengan Eko dan Indra.
"Abis dari ruangan Pak Eko. Itu temen mu kenapa teriak-teriak, liat orang kaya liat setan aja." tanya Mba Irma sewot.
"Gak apa-apa mba, dia emang kagetan orangnya. Maaf y mba." kata Eko sambil tertawa melihat tingkah Indra yang terlihat malu saat membuka matanya.
"Itu yang tadi dilihat Ndra ? Perempuan pakai gaun putih panjang dan rambut tergerai ?" tanya Eko sambil terkekeh.
"Hehehehe... sepertinya iya Ko. Aku kok jadi parno an gini ya. Sampai mba Irma aja aku pikir setan. Lagian wajar aja sih ya, ngapain dia kerja pakai long dress warna putih gitu dan rambut juga di gerai bukannya di ikat, apa gak gerah." Indra menggerutu sambil memberi alasan biar gak dikira penakut. Eko yang mendengar celoteh Indra hanya tertawa terkekeh sambil berlalu kembali keruang kerja.
"Mudah-mudahan ini malam tuh setan gak nongol lagi ya Ko. Aku capek banget rasanya. Gak sanggup lagi kalau tiap malam harus begadang digangguin sama makhluk dirumah itu." kata Indra selama perjalanan pulang kerumah.
"Iya Ndra sama. Aku juga rasanya capek banget. Mana dari kita pindahan sampai sekarang gak ada waktu yang enak buat tidur. Tiap malem mesti kebangun gara-gara di satroni sama pacar mu." ledek Eko pada Indra.
"Idih amit-amit aku pacaran sama demit. Mending nge jomblo seumur hidup deh." jawab Indra sambil bergidik ngeri.
"Yakin lo ? Hati-hati kalau ngomong." Eko nyengir mendengar jawaban Indra.
"Ya enggak lah, gila apa aku mesti sendirian seumur hidup. Mau di kemanain pujaan hatiku yang saat ini sedang menunggu kedatanganku untuk menghalalkannya."jawab Indra dengan nada sedikit sewot.
"Hilih, lebay." Eko tertawa mendengar kata-kata Indra. Mereka pun berjalan bersama menuju rumah setelah lelah seharian bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments