TEARS OF KUMARI KANDAM
...CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA....
...JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA TOKOH, ORGANISASI, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN JALAN CERITA, HAL TERSEBUT MURNI HANYA KEBETULAN DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN....
Lemuria, atau yang lebih dikenal dengan Kumari Kandam, adalah sebuah benua yang terletak di selatan India. Menurut cerita turun-temurun dari suku pengembara, tanah Kumari Kandam merupakan tanah yang abadi, tanah yang tidak bergeser sedikit pun meski berulang kali dihantam gempa dahsyat. Bahkan Samudera Hindia yang bisa kapan saja menenggelamkan Kumari Kandam, dibuat bertekuk lutut.
Tepat di jantung Kumari Kandam, berdirilah sebuah kerajaan dengan nama yang sama. Kerajaan pertama dan tertua yang dipimpin oleh seorang raja yang adil, Braheim Bhaavesh. Keadilan Raja Braheim membuat rakyat Kumari Kandam hidup sangat terjamin, dan hingga detik ini belum pernah ada satu pun dari mereka yang datang menghadapnya untuk berkeluh kesah.
Selain tersohor karena keadilan rajanya, Kumari Kandam juga tersohor karena memiliki komandan perang yang konon selalu bisa bercanda dengan maut. Posisi tertinggi kelima dalam struktur kerajaan tersebut selalu diduduki oleh anak cucu Yusef Bahadir, komandan perang pertama yang telah bersumpah setia mengabdikan diri beserta keturunannya untuk menjadi perisai hidup Kumari Kandam.
Namun untuk kali pertama dalam sejarah, posisi berbahaya itu diduduki oleh seorang wanita, Haala Anandmayee. Seolah tak mengenal istilah cacat, wanita cantik berambut emas itu tetap mewarisi kecerdasan dan kekuatan fisik para leluhurnya. Tidak hanya ahli dalam bernegosiasi dan menyusun strategi perang, Haala juga ahli dalam bertarung, berkuda, serta menggunakan beragam senjata.
“Karena kejadian seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya, apakah menurutmu akan baik-baik saja?” tanya Braheim pada penasihatnya, Murat Iskender.
Murat terdiam sesaat. “Hamba pikir tidak masalah selama darah Yusef Bahadir mengalir di tubuhnya.”
Braheim mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi Murat. “Kapan dia akan datang?”
“Kapan pun Anda memintanya, Yang Mulia.”
Braheim melempar sebuah gulungan kertas ke lantai. “Aku ingin melihatnya sebelum hari kunjunganku ke Shaasvat*.”
Shaasvat* nama salah satu kerajaan yang ada di Kumari Kandam.
“Sesuai perintah Anda, Yang Mulia.” Murat membungkuk seraya keluar dari ruang kerja Braheim.
...¤○●¤○●¤○●¤...
Lantai beralaskan permadani dengan kualitas bulu terbaik, langit-langit bertabur bebatuan permata langka, dan singgasana megah bertahtakan bongkahan emas murni, seketika kehilangan pesonanya ketika sang Penguasa Kumari Kandam, Braheim Bhaavesh, menampakkan dirinya dari balik tirai.
Sesosok pria berbalut pakaian serba merah itu seolah menyerap semua pesona tanpa sisa, seolah melumpuhkan seluruh panca indra, dan seolah bisa mengundang kelancangan kapan saja. Wujudnya yang terlampau rupawan juga seolah membuktikan bahwa Tuhan sekali pun nyatanya bisa bersikap tidak adil.
“Kau bisa dijatuhi hukuman penggal karena tidak memberikan salam, juga karena mengangkat kepalamu sebelum kuperintahkan.”
Spontan Haala kembali menunduk. “Panjang umur, dan terbekatilah selalu, matahari Kumari Kandam.”
Braheim beranjak sembari melepas mahkotanya. “Kupikir hanya candaan ayahku, ternyata keturunan Yusef Bahadir memang sangat kaku. Karena aku tidak memiliki banyak waktu, bisa langsung kita mulai saja?”
Haala tidak menjawab, karena sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud Braheim. Braheim pun menghentikan para pelayan yang tengah sibuk menanggalkan perhiasannya. Braheim menoleh pada Murat, membuat Murat langsung berlari menghampiri Haala, memberitahunya tentang Vinaash.
Vinaash merupakan ujian yang dibuat oleh Yusef Bahadir dengan keyakinan bahwa hanya keturunannya saja yang bisa melewatinya. Vinaash tidak dibuat dengan maksud kecongkakan, karena nyatanya puluhan orang biasa yang pernah mencobanya selalu berakhir menemui ajal.
Sesuai artinya, Vinaash memang merupakan gambaran dari kebinasaan. Vinaash dimulai dengan Raja Kumari Kandam yang akan dengan sengaja menceburkan dirinya ke dalam lumpur hidup, menunggu diselamatkan oleh keturunan Yusef Bahadir yang diadang seribu prajurit pilihan.
Masalahnya lumpur hidup yang ada di Kumari Kandam berbeda dengan lumpur hidup di tempat lain. Lumpur hidup tersebut mengandung racun yang bisa mendatangkan penyakit misterius yang konon penawarnya hanya bisa dibuat oleh suku pengembara yang tidak pernah muncul selain dalam dongeng pengantar tidur.
“Bukankah itu sudah dihapuskan sejak empat ratus tahun yang lalu?”
“Aku menulisnya lagi setelah tahu jika keturunan Yusef Bahadir kali ini adalah seorang wanita. Kenapa? Kau takut?” Braheim berjalan menghampiri Haala.
“Ketakutanlah yang seharusnya takut menghadapi keturunan Yusef Bahadir.”
Braheim tersenyum menanggapi Haala. “Entah kenapa aku malah semakin merasa takut mendengarnya.”
DEG! DEG! DEG!
Senyum yang tidak lebih dari tiga detik itu benar-benar mampu mengundang kelancangan. Jantung Haala yang hanya berdebar ketika mendengar genderang perang ditabuh, kini berdebar hanya karena disuguhi sebuah senyuman. Senyuman yang membuat kelancangan Haala kian menjadi, hingga tak mengindahkan meski pemilik senyuman itu telah mempunyai ratu dan selir yang tidak terhitung jumlahnya sekali pun.
Sejak hari itu Haala terus berdebar saat berada di dekat Braheim. Merasa khayalannya bersama Braheim hanya akan selamanya menjadi khayalan, Haala pun mantap untuk mencintai Braheim dalam diam. Haala tidak pernah berharap perasaannya akan bersambut, karena cukup tahu diri dengan statusnya yang hanya sebagai bawahan, dan yakin jika tidak ada lelaki mana pun yang akan berpaling dari wanita sesempurna Ratu Kumari Kandam.
Kesibukan Haala mencintai Braheim dalam diam terus berlanjut hingga dua belas tahun. Meski dalam kesibukannya Haala lebih banyak merasakan kesakitan daripada kebahagiaan, Haala tetap setia. Menyaksikan keromantisan Braheim dan ratu tidak sebanding sakitnya dengan menyaksikan Braheim kembali melangsungkan pernikahan politik dengan selir-selirnya yang baru, bahkan menyaksikan Braheim menghabiskan malam dengan mereka.
“Yang Mulia Ratu ingin menemui Anda.”
Spontan Haala menghentikan latihan memanahnya, dan menoleh pada seorang pelayan. “Yang Mulia Ratu? Ada masalah apa?”
“Yang Mulia Ratu sendiri yang akan mengatakannya langsung.”
“Baiklah.” Haala mengekori pelayan tersebut menuju istana ratu.
...¤○●¤○●¤○●¤...
“Kenapa kau diam saja? Cepat katakan iya agar suasana hatiku bisa sedikit membaik.”
“Tugas hamba hanya mengangkat pedang, Yang Mulia,” balas Haala pada Ratu Kumari Kandam, Jihan Joozher.
PRANG!
Sebuah gelas perak berisi Goan Feni* kembali dihantamkan ke tembok, membuat semua orang yang ada di kamar berhias batu permata hijau itu terlonjak, kecuali Haala yang tetap duduk tenang di tempatnya. Kemurkaan Jihan bermula saat Haala langsung menolak permintaannya tanpa pikir panjang.
*G**oan Feni** adalah minuman beralkohol yang hanya diproduksi di Goa, India. Goan Feni dibuat dari getah kelapa atau apel mete dan kandungan alkohol di tiap botolnya mencapai 43-45%.
Hanya dengan alasan Haala adalah pengintai terbaik Kumari Kandam, Jihan meminta Haala untuk mengintai apa saja yang dilakukan Braheim dengan selirnya. Jihan ingin tahu apakah Braheim benar menghabiskan malam dengan wanita-wanita yang dianggapnya rendahan itu atau hanya ingin membuatnya dibakar api cemburu.
Jihan mengaku sudah seringkali mengirim pengintai, namun mereka semua selalu berakhir di penjara bawah tanah. Jihan lalu berpikir jika pengintainya adalah keturunan Yusef Bahadir, tidak akan terjadi masalah yang besar sekali pun akhirnya akan tertangkap basah juga.
Haala beranjak. “Jika tidak ada lagi yang ingin Yang Mulia Ratu sampaikan, hamba mohon undur diri.”
“Kudengar kau memiliki seorang adik yang sengaja disembunyikan karena gila.”
Haala menghentikan langkahnya. “Dia menjadi gila setelah digagahi orang tak dikenal. Aku penasaran jika berita itu tersebar, apakah akan memengaruhi citra keturunan Yusef Bahadir yang dihormati sepanjang masa?” imbuh Jihan.
Haala berbalik dan kembali duduk di kursinya, membuat Jihan tersenyum puas. “Aku memberimu kesempatan untuk melihat langsung keperkasaan Yang Mulia Raja, seharusnya tidak perlu bersikap munafik dan menurut saja. Cih. Rakyat jelata memang merepotkan.” Jihan masih melanjutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Else Widiawati
mampir ka. .kukira ngga ada novel lain kak seol ... tadi liat diprofil ada novel lain... dan mampir deh... masih nyimak cerita... nama tokohnya masih asing, karena orang india mungkin...mulai marathon nih bacanya thor
2023-07-13
0
Else Widiawati
apa iyaa thor??
2023-07-13
0
Mugiya is back
mampir
2023-01-07
0