CHAPTER 16

Rencana busuk tabib kerajaan, Sanjeev Rajak, sukses menggemparkan ruang rapat darurat Kumari Kandam. Antara makhluk sinting yang bersembunyi di balik jubah kebesaran tabib genius, atau makhluk biadab yang telah kecanduan menggagahi tubuh molek Ratu Kumari Kandam sampai pagi, Sanjeev begitu percaya diri memasukkan Chhota* dalam rencananya.

Chhota* atau Faot adalah makhluk berwujud setengah manusia setengah peri dan setengah banteng.

Sekelompok Chhota yang ada di Kumari Kandam bukanlah yang asli. Karena Chhota yang asli merupakan pelindung, bukan penjahat. Chhota yang asli diketahui berada di sebuah benua bernama Chamakadaar, namun tidak seorang pun tahu di mana tepatnya, bahkan Raja Chamakadaar sekali pun. Konon Chhota hanya akan lari terbirit jika beradu tatap dengan tuannya yang entah siapa.

Dengan iming-iming ramuan kekebalan, Sanjeev mendatangi tempat persembunyian Chhota. Sanjeev berniat menukar ramuan kekebalan dengan kesediaan Chhota menghabisi Haala. Tak lupa Sanjeev menambahkan jika ramuan kekebalan buatannya juga akan membuat Chhota kebal terhadap tatapan tuannya. Mendengar itu, barulah Chhota berebut menenggak ramuan kekebalan.

"Ditemukan banyak petunjuk tentang Chhota di ruang kerja tabib kerajaan. Besar kemungkinan tabib kerajaan sedang mencari Chhota. Kita harus segera bertindak sebelum terjadi sesuatu yang buruk, Yang Mulia," ujar menteri hukum.

"Benar, Yang Mulia. Mengingat tabib kerajaan telah banyak berjasa untuk Kumari Kandam, mohon segera turunkan perintah Anda," timpal menteri pertahanan.

Braheim melirik pada Haala yang sedari tadi sibuk mengukir kerut di dahinya. "Mohon izin berbicara, Yang Mulia."

"Katakanlah," balas Braheim pada Haala.

"Hamba rasa tabib kerajaan memiliki niat terselubung. Beliau seperti sengaja memberitahu apa yang sedang beliau cari."

"Lancang! Beraninya kau menuduh tabib kerajaan yang suci berbuat kotor seperti itu!" Menteri hukum beranjak dari kursinya sambil menunjuk wajah Haala.

"Mohon izin berbicara, Yang Mulia."

Braheim mengangguk menanggapi Murat. "Hamba sependapat dengan Komandan Haala. Jika memang tabib kerajaan tidak memiliki niat terselubung, untuk apa beliau meninggalkan petunjuk? Beliau jelas menargetkan Komandan Haala dan pasukannya," imbuh Murat.

Braheim mengangguk menyetujui Murat. "Komandan, apa kau pernah terlibat masalah dengan tabib kerajaan?"

"Tidak, Yang Mulia."

"Bagaimana dengan wakilmu? Atau mungkin anggotamu yang lain?" tanya Braheim lagi.

"Yang Mulia, tidak ada waktu lagi untuk melakukan tanya jawab tidak penting seperti ini. Anda harus mengutamakan nyawa tabib kerajaan."

Braheim menoleh pada menteri pertahanan. "Jadi menurutmu nyawa komandan perangku dan pasukannya tidak perlu diutamakan, begitu?"

"Bukan begitu maksud hamba, Yang Mu--"

"Bagiku tak masalah mengorbankan satu nyawa daripada ratusan nyawa. Dan untuk apa menyelamatkan orang dengan niat terselubung yang bisa membahayakan pelindung Kumari Kandam?" sela Braheim pada menteri pertahanan.

Semua orang yang ada di ruang pertemuan itu terdiam. Tidak ada yang salah dari perkataan Braheim. Karena jika harus memilih antara tabib kerajaan atau pasukan tempur Haala, siapa pun itu pasti akan menjatuhkan pilihannya pada yang kedua. Ada ratusan tabib yang tak kalah genius dari Sanjeev Rajak, tapi hanya ada satu pasukan tempur yang sesetia dan setangguh pasukan tempur Haala.

Merasa telah berhasil membuat lidah para menterinya kelu, Braheim pun berniat mengakhiri rapat darurat tersebut. Namun apa yang dikatakan Haala dengan nada suara tenang itu seketika meluruhkan niat Braheim. Ruang rapat darurat kembali gaduh, membuat Braheim mau tak mau juga kembali duduk di kursinya, bersandar enggan sembari meluaskan sabarnya.

"Apa katamu?" tanya Braheim pada Haala.

"Jika masih mungkin untuk menyelamatkan semua nyawa, kenapa harus mengorbankan satu nyawa?"

"Lalu? Kau ingin pergi menyelamatkan orang yang kemungkinan memiliki niat terselubung padamu, begitu?" tanya Braheim lagi.

Menteri keamanan berdeham, "Yang Mulia, hamba rasa masih terlalu dini untuk menuduh tabib kerajaan memiliki niat terselubung pada Komandan Haala."

"Benar, Yang Mulia. Bagaimana bisa ada niat terselubung jika hubungan Komandan Haala dan tabib kerajaan baik-baik saja? Tolong ampuni nyawa tabib kerajaan, Yang Mulia." Menteri sosial menimpali.

"Apa aku mengizinkan kalian berbicara?"

Spontan Menteri keamanan dan menteri sosial menunduk kompak. "Ampuni kelancangan kami, Yang Mulia."

Braheim menghela napasnya seraya beranjak. "Rapat selesai."

...¤○●¤○●¤○●¤...

Ya, rapat itu benar-benar selesai, bersamaan dengan guyuran hujan lebat berikut kilatan petir yang datang tanpa petunjuk. Tak ada yang menaruh curiga jika fenomena alam itu merupakan pertanda akan terjadinya sesuatu, mengingat di bulan ini Kumari Kandam memang tengah berada pada musim penghujan.

Semua orang terlelap damai dalam selimut masing-masing. Kecuali Braheim, Haala, dan kepala pengurus kuda. Ketiganya kompak terjaga, menelisik sekitar, bersiap kalau-kalau kekhawatirannya bukan sekadar kekhawatiran biasa. Dan benar saja, dari kejauhan tampak bencana tengah mendekat.

Saat ini, Chhota yang tak terhitung jumlahnya sedang berlari saling mendahului menuju Kerajaan Kumari Kandam. Entah apa maksud kedatangan makhluk berwujud mengerikan itu, namun satu yang pasti, jika mereka datang dengan maksud mencari makanan, mereka datang ke tempat yang tepat.

Lonceng darurat pun digemakan, membuat para penghuni Kumari Kandam seketika riuh. Alih-alih segera bersembunyi di ruang bawah tanah, mereka malah sibuk mengekori Braheim dan Murat ke menara, untuk bergabung bersama Haala dan pasukannya yang tengah dipusingkan dengan strategi pertahanan.

Haala dan pasukannya membungkuk hormat seraya kompak berkata, "Panjang umur, dan terbekatilah selalu, matahari Kumari Kandam."

"Bagaimana situasinya, komandan?"

"Untuk saat ini tergantung pada kokoh tidaknya tembok Kumari Kandam, Yang Mulia," jawab Haala pada Braheim.

"Dan jika tidak kokoh?" tanya Braheim lagi.

"Kita harus bersembunyi. Karena mustahil melakukan pertempuran jarak dekat dengan Chhota."

Braheim diam sesaat. "Lalu apa rencanamu?"

Haala menggeleng. "Mereka kebal dengan senjata apapun."

"Apa?"

"Kami sudah mencoba melumpuhkan mereka dengan semua senjata, tapi tidak berhasil. Tubuh mereka seakan dilapisi baja," balas Haala.

"Lalu? Kau akan membiarkan Kumari Kandam runtuh begitu saja? Bukankah masih ada pedang Yusef Bahadir? Siapa tahu pedang itulah yang bisa menembus kulit Chhota," ujar Jihan sembari berjalan membelah kerumunan.

Saran bunuh diri dari Jihan langsung mendapat sambutan suka cita. Selain Braheim dan Murat, semua mendesak Haala untuk setidaknya mencoba membunuh Chhota dengan pedang leluhurnya. Spontan Braheim berseru, untuk pertama kali, membuat keriuhan yang memekakkan telinga itu bak disapu habis oleh angin.

"Aku yakin tembok ini kokoh. Jadi tunggu saja sampai mereka menyerah."

"Tetap saja kita harus memiliki rencana cadangan," sahut Jihan pada Braheim.

Braheim diam, karena tak bisa menampik kebenaran ucapan Jihan. "Andai saja tabib kerajaan ada di sini, sudah pasti dia memiliki ramuan untuk melumpuhkan Chhota," imbuh Jihan.

Haala membungkuk pada Braheim. "Izinkan hamba mencobanya, Yang Mulia."

"Tidak akan pernah."

"Maka ampuni ketidakpatuhan hamba, Yang Mulia. Bagi perisai hidup, tidak ada yang lebih penting dari melindungi apa yang ada di belakangnya."

"Beraninya kau mem--"

Ucapan berikut langkah Braheim terjeda, karena para selir yang kompak memeganginya. Sejujurnya Braheim memiliki banyak tenaga untuk lepas dari pegangan tak nyaman itu, namun melihat punggung Haala yang semakin mengecil membuatnya mendadak tak bertenaga, bahkan tak mampu bersuara.

Setelah memakai zirah lengkap, Haala pun bersiap mencicipi maut. Bersama dengan kuda putihnya yang setia, Haala keluar dari pintu belakang. Kesibukan Chhota meruntuhkan tembok Kumari Kandam pun terhenti, ketika melihat kemunculan Haala. Chhota mengganti targetnya, dan mulai memasang ancang-ancang.

Chhota berlari mendekati Haala bersamaan dengan Haala yang mengangkat pedang. Namun saat pertempuran jarak dekat itu tidak terelakkan lagi, kilatan petir kembali datang tanpa aba, membelah tanah, mempertontonkan jurang neraka. Dan di saat yang bersamaan, muncul singa raksasa dari belakang Chhota.

Semua mata terpana melihat kegagahan singa raksasa. Kecuali Chhota yang malah meringik ngeri. Ternyata si singa raksasalah tuan Chhota. Singa raksasa mulai berlari, membuat Chhota mau tak mau menerjunkan diri ke dalam jurang neraka. Chhota pun menghilang, bersamaan dengan lebatnya hujan.

Semua orang bersorak kegirangan, sambil memuja singa raksasa. Hingga sorakan itu berganti keheningan, ketika sosok lain muncul dari belakang singa raksasa. Sosok pria beserban hitam dengan kuda berwarna senada itu tak kalah membuat mata semua orang terpana, kecuali Braheim dan Haala.

"Terima kasih untuk pertolonganmu."

"Aku tidak akan menolong jika saja di dalam tembok ini tidak ada yang harus kulindungi," jawab Daxraj pada Braheim.

Braheim melirik Haala. "Kuharap orang yang harus kau lindungi itu bukan komandan perangku."

"Sayangnya iya."

Braheim menggeleng. "Tidak perlu repot. Biar aku yang adalah tuannya yang akan melindunginya."

"Melindungi itu tidak cukup dengan mulutmu saja, Braheim Bhaavesh. Dan lagi, kau yang tidak perlu repot melindungi wanitaku."

...¤○●¤○●¤○●¤...

Malam di mana singa raksasa dan pria beserban hitam muncul menyelamatkan tanah Kumari Kandam dari amukan Chhota, dihapuskan. Kini yang semua orang ingat hanya hilangnya tabib kerajaan karena mencari keberadaan Chhota. Berbeda dengan Braheim dan Haala yang masih mengingat semua rentetan peristiwa malam itu, juga semua kata yang dilontarkan Daxraj.

"Murat."

Spontan Murat beranjak dan membungkuk pada Braheim. "Beri hamba perintah, Yang Mulia."

"Jika kau menyebut seorang wanita sebagai wanitamu, apa ada arti lain selain kekasih?"

"Bisa juga berarti istri. Yang pasti hamba sangat mencintainya," jawab Murat.

"Tutup mulutmu."

Murat kembali membungkuk. "Ampuni kekurangan hamba, Yang Mulia."

Braheim menghela napas. "Murat."

Murat mengurungkan niatnya untuk duduk. "Beri hamba perintah, Yang Mulia."

Braheim diam cukup lama. "Menurutmu apa alasan seorang wanita menghindari kita?" tanya Braheim akhirnya.

"Besar kemungkinan karena dia sudah melakukan kesalahan yang fatal."

Braheim mengangguk-angguk menanggapi Murat. "Kau benar. Dia memang bersalah. Beraninya dia memilih siluman itu setelah menggodaku."

"Jadi Komandan Haala mencampakkan Anda dengan siluman?"

"Apa terlihat jelas jika aku sedang membicarakannya?" Braheim balik bertanya.

"Bahkan terlihat sangat jelas jika Anda menyukai Komandan Haala."

Braheim terdiam, menyoraki ketololannya yang lupa akan kejelian penasihat setianya. Tak jarang Braheim juga lupa jika penasihatnya itu adalah saudara sedarah Ratu Kumari Kandam. Tak berlebihan jika jatuh cinta disebut-sebut bisa mendatangkan ketololan bertubi. Seperti Braheim yang mendadak diserang penyakit lupa, juga seperti Jihan yang rela menyingkirkan saingan hati dengan tubuhnya.

"Kau tahu aku tidak bisa memberikan hatiku padanya, bukan?"

"Ya, Yang Mulia. Sudah cukup dengan dia yang tidak hidup kekurangan seperti saat hamba meninggalkannya dulu," jawab Murat pada Braheim.

Terpopuler

Comments

AngHa02

AngHa02

mndingan haala sma pada kpla suku

2024-06-13

0

Nindira

Nindira

Braheim kamu harus percaya sama Haala, tabib itu memang punya rencana jahat, bahkan dia berani menggagahi ratumu

2022-12-02

0

Ichi

Ichi

wkwkwkwkwkwkkkkk🤣🤣🤣
nice Murat 😎

2022-10-23

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 PENGUMUMAN
41 PENGUMUMAN
42 CHAPTER 40
43 CHAPTER 41
44 CHAPTER 42
45 CHAPTER 43
46 CHAPTER 44
47 CHAPTER 45
48 CHAPTER 46
49 CHAPTER 47
50 CHAPTER 48
51 CHAPTER 49
52 CHAPTER 50
53 CHAPTER 51
54 CHAPTER 52
55 CHAPTER 53
56 CHAPTER 54
57 CHAPTER 55
58 CHAPTER 56
59 CHAPTER 57
60 CHAPTER 58
61 CHAPTER 59
62 CHAPTER 60
63 CHAPTER 61
64 CHAPTER 62
65 CHAPTER 63
66 CHAPTER 64
67 CHAPTER 65
68 CHAPTER 66
69 CHAPTER 67
70 CHAPTER 68
71 CHAPTER 69
72 CHAPTER 70
73 CHAPTER 71
74 CHAPTER 72
75 CHAPTER 73
76 CHAPTER 74
77 CHAPTER 75
78 CHAPTER 76
79 CHAPTER 77
80 CHAPTER 78
81 CHAPTER 79
82 CHAPTER 80
83 CHAPTER 81
84 CHAPTER 82
85 CHAPTER 83
86 CHAPTER 84
87 CHAPTER 85
88 CHAPTER 86
89 CHAPTER 87
90 CHAPTER 88
91 CHAPTER 89
92 CHAPTER 90
93 CHAPTER 91
94 CHAPTER 92
95 CHAPTER 93
96 CHAPTER 94
97 CHAPTER 95
98 CHAPTER 96
99 CHAPTER 97
100 CHAPTER 98
101 CHAPTER 99
102 CHAPTER 100
103 CHAPTER 101
104 CHAPTER 102
105 CHAPTER 103
106 CHAPTER 104
107 CHAPTER 105
108 CHAPTER 106
109 CHAPTER 107
110 CHAPTER 108
111 CHAPTER 109
112 CHAPTER 110
113 CHAPTER 111
114 CHAPTER 112
115 CHAPTER 113
116 CHAPTER 114
117 CHAPTER 115
118 CHAPTER 116
119 CHAPTER 117
120 CHAPTER 118
121 CHAPTER 119
122 CHAPTER 120
123 CHAPTER 121
124 CHAPTER 122
125 CHAPTER 123
126 CHAPTER 124
127 CHAPTER 125
128 CHAPTER 126
129 CHAPTER 127
130 CHAPTER 128
Episodes

Updated 130 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
PENGUMUMAN
41
PENGUMUMAN
42
CHAPTER 40
43
CHAPTER 41
44
CHAPTER 42
45
CHAPTER 43
46
CHAPTER 44
47
CHAPTER 45
48
CHAPTER 46
49
CHAPTER 47
50
CHAPTER 48
51
CHAPTER 49
52
CHAPTER 50
53
CHAPTER 51
54
CHAPTER 52
55
CHAPTER 53
56
CHAPTER 54
57
CHAPTER 55
58
CHAPTER 56
59
CHAPTER 57
60
CHAPTER 58
61
CHAPTER 59
62
CHAPTER 60
63
CHAPTER 61
64
CHAPTER 62
65
CHAPTER 63
66
CHAPTER 64
67
CHAPTER 65
68
CHAPTER 66
69
CHAPTER 67
70
CHAPTER 68
71
CHAPTER 69
72
CHAPTER 70
73
CHAPTER 71
74
CHAPTER 72
75
CHAPTER 73
76
CHAPTER 74
77
CHAPTER 75
78
CHAPTER 76
79
CHAPTER 77
80
CHAPTER 78
81
CHAPTER 79
82
CHAPTER 80
83
CHAPTER 81
84
CHAPTER 82
85
CHAPTER 83
86
CHAPTER 84
87
CHAPTER 85
88
CHAPTER 86
89
CHAPTER 87
90
CHAPTER 88
91
CHAPTER 89
92
CHAPTER 90
93
CHAPTER 91
94
CHAPTER 92
95
CHAPTER 93
96
CHAPTER 94
97
CHAPTER 95
98
CHAPTER 96
99
CHAPTER 97
100
CHAPTER 98
101
CHAPTER 99
102
CHAPTER 100
103
CHAPTER 101
104
CHAPTER 102
105
CHAPTER 103
106
CHAPTER 104
107
CHAPTER 105
108
CHAPTER 106
109
CHAPTER 107
110
CHAPTER 108
111
CHAPTER 109
112
CHAPTER 110
113
CHAPTER 111
114
CHAPTER 112
115
CHAPTER 113
116
CHAPTER 114
117
CHAPTER 115
118
CHAPTER 116
119
CHAPTER 117
120
CHAPTER 118
121
CHAPTER 119
122
CHAPTER 120
123
CHAPTER 121
124
CHAPTER 122
125
CHAPTER 123
126
CHAPTER 124
127
CHAPTER 125
128
CHAPTER 126
129
CHAPTER 127
130
CHAPTER 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!