CHAPTER 7

Braheim duduk di kursi rias sembari menggoyangkan sebelah kakinya yang bertumpu di atas sebelah kakinya yang lain. Braheim tak henti mengedarkan pandangannya ke kamar tidur minim perabotan itu. Tidak ada tanda-tanda penyusup, tetapi jelas ada sesuatu yang tidak beres. Namun si pemilik kamar, Haala, enggan membuka mulut dan memilih melanjutkan tidurnya.

Enam jam lalu, para penjaga yang tengah berpatroli malam mendengar suara sangat gaduh dari dalam kamar Haala. Awalnya para penjaga berpikir jika komandan perang Kumari Kandam itu sedang berlatih, tetapi sangat tidak mungkin mengingat penerangan kamar yang padam. Keganjilan itulah yang akhirnya membuat para penjaga mantap memeriksa kamar Haala.

Braheim yang kebetulan tengah berjalan-jalan karena kesulitan tidur, ikut bergabung dengan para penjaga yang berlari terburu menuju kamar Haala. Haala ditemukan dalam keadaan sangat terkejut, seolah baru saja beradu tatap dengan makhluk tak kasat mata. Braheim yang khawatir lantas memaksa Haala untuk memilih antara mengizinkannya menemaninya sampai pagi, atau bermalam di istana raja.

Haala terkejut dengan kesungguhan ucapan Braheim, dan terutama dengan ketidakpedulian Braheim pada saksi-saksi yang mendengar langsung ucapannya. Haala pun memilih mengizinkan Braheim untuk menemaninya, dengan syarat pintu kamarnya yang harus tetap terbuka, dan Braheim yang hanya boleh duduk di kursi rias. Braheim diam cukup lama sebelum akhirnya menyetujui syarat dari Haala.

Masih tersisa satu jam sebelum para binatang pagi berceloteh. Braheim beranjak dari kursi rias Haala, hendak melanggar salah satu syarat yang telah disepakatinya atas nama Tuhan. Namun langkah Braheim terhenti, karena sudut matanya samar-samar menangkap siluet seorang pria yang berdiri di balkon kamar Haala. Braheim pun menoleh, tetapi tidak mendapati siapa pun di sana.

"Yang Mulia?"

Spontan Braheim menoleh pada Haala. "Anda masih di sini?" tanya Haala lagi.

"Aku melihat seorang pria di balkon kamarmu."

Haala melirik ke balkon kamarnya. "Apa pria itu memakai serban?"

"Entahlah. Yang kutahu tubuhnya sangat tinggi dan besar."

"Ah, jadi dia datang lagi," gumam Haala.

"Siapa? Kekasihmu?"

Haala turun dari ranjang. "Bukan, Yang Mulia. Hanya seseorang yang hamba kenal."

"Apa dia juga yang kemarin malam masuk ke sini?"

"Benar, Yang Mulia," jawab Haala.

"Untuk apa dia mengunjungimu selarut itu? Lalu apa yang kalian lakukan di tengah penerangan yang padam? Dan jika benar bukan kekasih, kenapa kau mengizinkannya masuk?"

Haala diam sesaat. "Ceritanya sangat panjang, Yang Mulia."

"Buat menjadi singkat."

Haala kembali diam. "Dia memiliki masalah, dan ingin menyelesaikannya saat itu juga."

"Tapi kenapa harus masuk diam-diam hingga memadamkan penerangan kamarmu?"

"Hamba rasa dia sangat terdesak sehingga ti--"

"Terdesak? Jadi masalah yang kau maksud adalah perihal berahi? Pantas saja kau sengaja membiarkannya menyusup, memadamkan penerangan, dan tak mau mengatakan apapun padaku," sela Braheim.

"Tidak seperti itu, Ya--"

"Sepertinya akan lebih baik mengirimmu ke medan perang agar kau tidak memiliki waktu untuk hal-hal menjengkelkan seperti itu," sela Braheim lagi, seraya berjalan cepat keluar dari kamar Haala.

...¤○●¤○●¤○●¤...

Tampak anak buah Haala sedang sibuk menggunjingkan Braheim di tengah istirahat latihan siang. Braheim yang dikenal tenang meski diserbu beragam situasi pelik mendadak menjadi sangat pemarah. Merupakan hal yang wajar jika Braheim menunjukkan kemarahannya pada penasihat atau para menteri yang tidak becus dalam mengurus kerajaan. Namun kemarahan Braheim akhir-akhir ini jauh dari kata wajar.

Braheim akan langsung marah hanya karena hal-hal sangat sepele seperti semilir angin yang membuat tengkuk lehernya kedinginan, suara gaduh ayam dan serigala yang rutin berceloteh di pagi dan malam hari, selendangnya yang tersampir tidak seimbang di bahu, dan hal lainnya yang jauh lebih sepele. Dalam dua pekan ini Braheim resmi dilabeli belahan hati Jihan karena kegemaran merepotkannya yang sangat mirip.

Dan yang lebih parah dari perubahan sikap tidak wajar Braheim adalah, pasukan tempur Haala yang biasa dikirim hanya ke medan pertempuran berbahaya, kini dikirim ke desa-desa untuk mengamankan kejahatan kecil. Semua orang mengira jika perubahan sikap Braheim disebabkan oleh para menterinya yang mulai tertangkap basah berkorupsi. Padahal sebab sebenarnya adalah hati Braheim yang tengah dilahap kobaran api cemburu.

"Di mana aku bisa bertemu Komandan Haala?" tanya kepala pengurus harem, Leyla.

"Komandan baru saja pergi ke Desa Upajaoo untuk menangkap pencuri gandum," jawab salah seorang anak buah Haala.

"Begitu rupanya. Lalu di mana Laasya? Ah, maksudku adik perempuan Komandan Haala. Apa kalian melihatnya?"

Anak buah Haala saling menatap bingung satu sama lain. "Kalian tidak melihat gadis kisaran empat belas tahun yang lewat di sekitar sini?" tanya Leyla lagi.

"Kami hanya melihat anak-anak kepala pengurus kebun bermain di sana." Anak buah Haala menunjuk ke arah taman bunga teratai.

"Sepertinya aku salah mengira. Kalau begitu aku permisi." Leyla berlalu sambil sesekali menoleh ke arah taman bunga teratai.

Sebenarnya Leyla tidak salah mengira. Gadis yang Leyla lihat masuk ke kerajaan dengan dikawal oleh dua orang penjaga memang Laasya. Namun Laasya tidak hendak menemui sang kakak di tempat latihannya, melainkan hendak menemui Braheim untuk menyerahkan buku harian Haala. Kini Laasya sudah duduk di depan Braheim, menikmati kudapan manis sembari menanti Braheim mengajukan pertanyaan lain seputar Haala.

"Sepertinya kakakmu berbohong tentang ciri-ciri pria yang disukainya. Yang kutahu pria itu bertubuh tinggi dan besar, tapi dia menulis sebaliknya di sini."

"Hamba berani menjamin jika kakak belum pernah berbohong selama hidupnya, Yang Mulia," jawab Laasya pada Braheim.

"Benarkah? Tapi aku pernah menangkapnya berbohong."

Laasya menghentikan kunyahannya. "Kalau begitu usia kakak sudah berkurang satu tahun."

Spontan Braheim menutup buku harian Haala. "Apa maksudmu?"

"Penerus sumpah leluhur di keluarga kami diwajibkan menjaga lisannya jika tidak ingin usianya dikurangi satu tahun sebagai ganti sikap tidak jujurnya."

Braheim tak menjawab, hanya mendengarkan Laasya dengan mimik wajah serius. "Sepertinya hamba harus pulang. Hamba harus segera memberitahukan ini pada ibu agar kami bisa bersiap untuk Pavitr*," imbuh Laasya.

*Pavitr* merupakan puasa penghapusan dosa yang dilakukan mulai dari matahari terbenam sampai matahari berada tepat di puncak kepala*.

"Apa dengan Pavitr bisa mengembalikan usianya?"

"Benar, Yang Mulia. Sebanyak kami melakukan Pavitr, sebanyak itu pula usia kakak akan dikembalikan. Kalau begitu hamba pamit undur diri. Terima kasih untuk jamuannya, Yang Mulia."

Braheim beranjak. "Ya, pulanglah. Pengawalku akan mengantarmu."

Laasya ikut beranjak seraya membungkuk hormat pada Braheim. "Panjang umur, dan terbekatilah selalu, matahari Kumari Kandam."

Braheim kembali menjatuhkan tubuhnya di kursi, sambil memandangi sampul buku harian lusuh yang tergeletak di depannya. Terlihat dari kerutan di dahinya yang kian bertambah, pria tampan berbalut pakaian putih gading itu tengah memikirkan sesuatu dengan sangat keras. Hingga tanpa terasa matahari sudah terbenam, dan suara orang-orang yang mencarinya pun terdengar semakin jelas berkumpul di depan pintu.

"Pelayan."

Enam orang pelayan wanita langsung berlari memenuhi panggilan Braheim. "Beri kami perintah, Yang Mulia."

"Panggilkan Murat."

"Sesuai perintah Anda, Yang Mulia," jawab para pelayan wanita itu bersamaan.

Beberapa detik kemudian..

"Panjang umur, dan terbekatilah selalu, ma--"

"Aku akan pindah ke istana timur*," sela Braheim pada Murat.

Istana timur* adalah istana khusus prajurit laki-laki yang sedang mengikuti pelatihan untuk bergabung di pasukan tempur Haala.

"Izinkan hamba mengetahui alasannya, Yang Mulia."

Braheim diam sesaat. "Aku akan melakukan Pavitr selama satu tahun untuk alasan yang tidak bisa kuberitahukan selain pada Tuhan."

...¤○●¤○●¤○●¤...

"Pelayan! Siapkan kereta kuda sekarang juga!"

Murat menggeleng menanggapi Jihan. "Kau hanya akan berakhir diusir seperti pengemis."

"Tutup mulutmu!"

"Ya ya, baiklah. Lakukan saja sesukamu," sahut Murat sembari menerima suapan buah anggur dari seorang pelayan wanita.

Kemurkaan Jihan bermula dari kabar buruk yang dibawa Murat beberapa menit lalu tentang Braheim yang secara mendadak memutuskan untuk melakukan Pavitr dengan alasan yang bersifat rahasia. Padahal terhitung sudah delapan bulan mereka tidak melakukan hubungan suami istri. Dan kemurkaan Jihan kian tak terbendung ketika mendengar kabar buruk yang lain.

Para kaki tangannya yang ditugasi untuk mengawasi Haala tiba-tiba menghilang. Mereka kemudian ditemukan dalam kondisi tak masuk akal. Jangankan mengingat jika Jihan adalah tuannya, mereka bahkan tidak mengenali diri mereka sendiri. Begitu pun Murat. Penasihat sekaligus orang terdekat Braheim itu malah tertawa geli ketika Jihan menanyainya perihal suku pengembara.

Selain ingin melayangkan protes langsung pada Braheim perihal Pavitr, Jihan juga berencana untuk menemui Laasya serta Leyla demi memastikan keduanya tidak ikut serta menjadi orang bodoh seperti Murat dan kaki tangannya. Meski terus digelitik keyakinan, entah kenapa Jihan enggan menerima jika kondisi Murat dan kaki tangannya berkaitan erat dengan suku pengembara.

"Sepertinya suku pengembara memang benar-benar ada. Karena hanya itu yang bisa menjelaskan kondisimu dan para kaki tanganku sekarang."

Murat menghela napas menanggapi Jihan. "Memang ada apa dengan kondisiku? Aku merasa baik-baik saja."

"Lupakan. Daripada itu, apa Braheim benar-benar tidak mengatakan alasannya melakukan Pavitr?"

Murat mengangguk. "Lalu menurutmu apa alasannya?" tanya Jihan lagi.

"Entahlah. Braheim adalah orang yang sulit dibaca. Dia terlihat seperti mudah teperdaya, tapi nyatanya sudah menyiapkan jebakan mematikan. Dia terlihat seperti sangat berputus asa, tapi nyatanya memiliki mental sekuat baja. Dia terlihat seperti mudah ditebak, tapi nyatanya membuat tebakan semua orang meleset."

Jihan tidak menjawab, karena apa yang dikatakan Murat mendadak mengundang perasaan terancam. "Dia seperti labirin. Semakin kau ingin tahu tentangnya, semakin kau dibuat tersesat," imbuh Murat.

"Kau sama sekali tidak membantu." Jihan melangkah keluar dari kamarnya.

"Ah, ada kabar lain tapi aku tidak yakin kau mau mendengarnya."

Spontan Jihan menghentikan langkahnya. "Berhenti mengatakan omong kosong, Murat Iskender! Atau aku akan memotong lidahmu! Katakan!"

Murat mendecak, "Kejam sekali. Ya ya, baiklah, tapi dari mana aku harus memulainya?"

"Aku bersumpah akan memotong li--"

"Braheim bermalam di kamar Haala sejak insiden penyusup tempo hari," sela Murat pada Jihan.

Terpopuler

Comments

Nindira

Nindira

Dirangkum aja ceritanya Haala jangan dibikin panjang ya🤣

2022-11-01

0

Ichi

Ichi

lanjut baca lagi 🛵🛵🛵

2022-10-19

0

Ichi

Ichi

makin jadi dah gilanye si ratu 😌

2022-10-19

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 PENGUMUMAN
41 PENGUMUMAN
42 CHAPTER 40
43 CHAPTER 41
44 CHAPTER 42
45 CHAPTER 43
46 CHAPTER 44
47 CHAPTER 45
48 CHAPTER 46
49 CHAPTER 47
50 CHAPTER 48
51 CHAPTER 49
52 CHAPTER 50
53 CHAPTER 51
54 CHAPTER 52
55 CHAPTER 53
56 CHAPTER 54
57 CHAPTER 55
58 CHAPTER 56
59 CHAPTER 57
60 CHAPTER 58
61 CHAPTER 59
62 CHAPTER 60
63 CHAPTER 61
64 CHAPTER 62
65 CHAPTER 63
66 CHAPTER 64
67 CHAPTER 65
68 CHAPTER 66
69 CHAPTER 67
70 CHAPTER 68
71 CHAPTER 69
72 CHAPTER 70
73 CHAPTER 71
74 CHAPTER 72
75 CHAPTER 73
76 CHAPTER 74
77 CHAPTER 75
78 CHAPTER 76
79 CHAPTER 77
80 CHAPTER 78
81 CHAPTER 79
82 CHAPTER 80
83 CHAPTER 81
84 CHAPTER 82
85 CHAPTER 83
86 CHAPTER 84
87 CHAPTER 85
88 CHAPTER 86
89 CHAPTER 87
90 CHAPTER 88
91 CHAPTER 89
92 CHAPTER 90
93 CHAPTER 91
94 CHAPTER 92
95 CHAPTER 93
96 CHAPTER 94
97 CHAPTER 95
98 CHAPTER 96
99 CHAPTER 97
100 CHAPTER 98
101 CHAPTER 99
102 CHAPTER 100
103 CHAPTER 101
104 CHAPTER 102
105 CHAPTER 103
106 CHAPTER 104
107 CHAPTER 105
108 CHAPTER 106
109 CHAPTER 107
110 CHAPTER 108
111 CHAPTER 109
112 CHAPTER 110
113 CHAPTER 111
114 CHAPTER 112
115 CHAPTER 113
116 CHAPTER 114
117 CHAPTER 115
118 CHAPTER 116
119 CHAPTER 117
120 CHAPTER 118
121 CHAPTER 119
122 CHAPTER 120
123 CHAPTER 121
124 CHAPTER 122
125 CHAPTER 123
126 CHAPTER 124
127 CHAPTER 125
128 CHAPTER 126
129 CHAPTER 127
130 CHAPTER 128
Episodes

Updated 130 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
PENGUMUMAN
41
PENGUMUMAN
42
CHAPTER 40
43
CHAPTER 41
44
CHAPTER 42
45
CHAPTER 43
46
CHAPTER 44
47
CHAPTER 45
48
CHAPTER 46
49
CHAPTER 47
50
CHAPTER 48
51
CHAPTER 49
52
CHAPTER 50
53
CHAPTER 51
54
CHAPTER 52
55
CHAPTER 53
56
CHAPTER 54
57
CHAPTER 55
58
CHAPTER 56
59
CHAPTER 57
60
CHAPTER 58
61
CHAPTER 59
62
CHAPTER 60
63
CHAPTER 61
64
CHAPTER 62
65
CHAPTER 63
66
CHAPTER 64
67
CHAPTER 65
68
CHAPTER 66
69
CHAPTER 67
70
CHAPTER 68
71
CHAPTER 69
72
CHAPTER 70
73
CHAPTER 71
74
CHAPTER 72
75
CHAPTER 73
76
CHAPTER 74
77
CHAPTER 75
78
CHAPTER 76
79
CHAPTER 77
80
CHAPTER 78
81
CHAPTER 79
82
CHAPTER 80
83
CHAPTER 81
84
CHAPTER 82
85
CHAPTER 83
86
CHAPTER 84
87
CHAPTER 85
88
CHAPTER 86
89
CHAPTER 87
90
CHAPTER 88
91
CHAPTER 89
92
CHAPTER 90
93
CHAPTER 91
94
CHAPTER 92
95
CHAPTER 93
96
CHAPTER 94
97
CHAPTER 95
98
CHAPTER 96
99
CHAPTER 97
100
CHAPTER 98
101
CHAPTER 99
102
CHAPTER 100
103
CHAPTER 101
104
CHAPTER 102
105
CHAPTER 103
106
CHAPTER 104
107
CHAPTER 105
108
CHAPTER 106
109
CHAPTER 107
110
CHAPTER 108
111
CHAPTER 109
112
CHAPTER 110
113
CHAPTER 111
114
CHAPTER 112
115
CHAPTER 113
116
CHAPTER 114
117
CHAPTER 115
118
CHAPTER 116
119
CHAPTER 117
120
CHAPTER 118
121
CHAPTER 119
122
CHAPTER 120
123
CHAPTER 121
124
CHAPTER 122
125
CHAPTER 123
126
CHAPTER 124
127
CHAPTER 125
128
CHAPTER 126
129
CHAPTER 127
130
CHAPTER 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!