Suara perhiasan yang bergemerincing, napas berat yang memburu, dan erangan yang terdengar ambigu itu menjadi pengganti mimpi buruk Haala sejak dua bulan yang lalu. Ancaman dari Jihan membuat Haala mantap untuk memilih mencabik hatinya sendiri daripada meludahi wajah leluhurnya yang hingga hari ini masih dielukan seisi Kumari Kandam.
Haala selalu melancarkan aksinya di malam kesebelas, malam di mana Braheim akan mengunjungi haremnya untuk tujuan yang tentu saja melepaskan berahi. Braheim selalu menebar keramahan pada semua selir sebelum hilang dari balik pintu sebuah kamar yang di dalamnya sudah diisi dua orang wanita bak bidadari yang seakan lupa cara memakai Saree* dengan benar.
*S**aree** atau shari adalah jenis kain yang dipakai wanita di negara India, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka. Saree atau shari terdiri dari helaian kain yang tidak dijahit, variasinya beragam dengan panjang 4-9 meter yang dipakaikan di badan dengan bermacam-macam gaya.
Awalnya Haala hanya menggunakan telinganya untuk memenuhi permintaan Jihan, karena itu saja sudah cukup membuat terik matahari kewalahan mengeringkan basah di kedua pipinya. Namun Ratu Kumari Kandam ternyata banyak dianugerahi tabiat buruk. Bukan hanya tidak pernah absen merendahkan orang dan melempar barang-barang, sang ratu juga sulit untuk merasa puas.
“Para selir meminta izin untuk membasuh tubuh Yang Mulia Raja, tapi Beliau menolak.”
Jihan mendecak menanggapi Haala. “Dasar wanita rendahan. Tentu saja Braheim menolaknya karena hanya aku yang diizinkan melakukan itu. Berapa banyak perhiasan yang diberikan Braheim pada mereka?”
“Hamba tidak yakin. Hamba hanya mendengar beberapa buah perhiasan berjatuhan di lantai.”
Jihan menghentikan pelayan yang tengah mewarnai kuku tangannya. “Mendengar? Tunggu, maksudmu semua laporan yang kau sampaikan padaku selama ini bukan hasil dari mata tapi telingamu, begitu?”
“Ampuni hamba, Yang Mulia. Terlalu berisiko untuk melakukan pengintaian dari jarak yang lebih dekat da--“
PRANG!
Ucapan Haala spontan terjeda, karena sebuah piring emas berisi cat pewarna kuku yang tiba-tiba dilayangkan padanya, membuat wajah berikut pakaiannya ternoda warna hitam pegam. Kemurkaan Jihan kian menjadi, karena melihat ketenangan Haala. Terlebih karena tidak terima dengan kenyataan bahwa percikan cat berwarna gelap itu tak kuasa melunturkan kecantikan wanita berambut emas yang sedari tadi duduk di depannya.
Jihan tiba-tiba tertawa geli, dengan maksud yang hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. Tawa kerasnya menggema cukup lama, lalu spontan terhenti saat dua orang pelayan masuk ke kamarnya membawa piring berisi buah. Sesuatu yang gila mendadak terlintas di benak Jihan ketika melihat kilau pisau pengupas buah itu. Jihan berniat memotong rambut berwarna langka yang membuatnya tak henti mengeratkan gigi.
Ujung pisau sudah membelai rambut panjang Haala, seolah tidak sabar untuk memamerkan ketajamannya. Namun Haala dengan gesit menghindar, memelintir pergelangan tangan Jihan, dan menjatuhkan pisau yang digenggamnya. Jihan meraung kesakitan, lalu hendak kembali menyerang Haala, namun pedang turun-temurun peninggalan Yusef Bahadir yang kini mengarah ke wajahnya membuat langkahnya seketika terpatri.
“Hamba dengar Penasihat Murat memiliki hubungan khusus dengan Anda. Dia bebas keluar masuk istana ratu atas izin langsung dari Anda. Hamba penasaran jika berita itu tersebar, apakah akan memengaruhi citra Ratu Kumari Kandam yang terkenal bersih dari skandal?”
DEG!
“Silakan Anda sebarkan berita perihal adik hamba, karena hamba juga akan melakukan hal yang sama,” imbuh Haala.
DEG! DEG!
Haala masih melanjutkan, “Kehancuran nama baik leluhur hamba tidak akan membuat hamba dan keluarga hamba mati kelaparan, atau terkurung di penjara bawah tanah seumur hidup. Tapi bagaimana dengan Anda, Yang Mulia Ratu?”
DEG! DEG! DEG!
...¤○●¤○●¤○●¤...
Terlihat Haala tengah fokus mengendalikan pedangnya yang seakan sudah tidak sabar ingin segera menyantap seporsi sarapan pagi. Lawan Haala, Braheim, tampak kewalahan karena kemampuan berpedangnya yang tidak seberapa. Braheim paham betul jika rutinitas latihan pagi itu hampir selalu membuat Haala mati kesal karena mendapat lawan yang payah seperti dirinya, namun entah kenapa kekesalan Haala pagi ini terasa berbeda.
“Jika tebakanku benar, pasti ada yang membuatmu lebih kesal daripada melawanku yang lebih payah dari prajuritmu ini.”
“Kepayahan Anda tetap menjadi pemicu kekesalan terbesar hamba, Yang Mulia,” balas Haala pada Braheim.
Spontan Braheim tertawa. “Jadi siapa yang pantas disalahkan? Muridnya yang terlalu payah? Atau gurunya yang terlalu hebat?”
“Anda yang terlalu payah, Yang Mulia. Karena menjadi lebih hebat dari keturunan Yusef Bahadir tidak akan pernah terjadi meski hanya dalam mimpi.”
Braheim kembali tertawa. “Apa hatimu juga sehebat kemampuan berpedangmu?”
CRANG!
Braheim mematung, sembari memandangi pedang Haala yang kini tergeletak di tanah. Braheim masih tidak percaya jika dirinyalah yang membuat pedang pusaka dengan pegangan berlilit kain putih lusuh itu terlepas dari tangan Haala. Keterkejutan keduanya pun perlahan meluruh, ketika mendapati kedatangan Murat yang terburu.
Entah apa yang dibisikkan Murat pada Braheim, hingga membuat urat-urat di wajah tampan Braheim menggumpal. Tanpa menjawab apa-apa pada Murat, Braheim langsung menugaskan Murat untuk mengawal Haala ke kamarnya. Sementara dirinya, berteriak meminta pakaian pada pelayan, dan dalam sekejap hilang dari balik pintu gerbang.
“Apa yang terjadi, Penasihat?”
“Entahlah. Tapi satu yang pasti, kau berada dalam masalah besar,” jawab Murat pada Haala.
“Masalah besar? Apa ini menyangkut Yang Mulia Ratu?”
“Apa Yang Mulia Ratu yang memberimu perintah?” Murat balik bertanya pada Haala.
Haala diam, memandangi ekspresi serius di wajah Murat. “Sepertinya kita sedang membicarakan masalah besar yang berbeda, Penasihat.”
Ya, Haala memang tengah berada dalam masalah besar, dan masalah besar itu merupakan serangan balasan dari Ratu Kumari Kandam yang memiliki segudang tabiat buruk. Serangan balasan dari Jihan tidak main-main, bahkan bisa dipastikan dampak yang akan ditimbulkan dari serangan balasan tersebut adalah hukuman penggal.
Pagi tadi harem digemparkan dengan penemuan salah satu selir yang mati mengenaskan di kamarnya. Orang pertama yang menemukan selir nahas tersebut adalah kepala pengurus harem, Leyla Rahsheda. Leyla yang biasa mengantarkan air cuci muka untuk para selir curiga karena panggilannya tidak kunjung direspon oleh si Selir Nahas.
Leyla menanyakan keberadaan si Selir Nahas pada selir yang lain, namun nihil. Akhirnya Leyla membuka pintu kamar si Selir Nahas dengan paksa. Dan betapa terkejutnya Leyla saat mendapati kamar mewah itu berantakan, terlebih pemilik kamar yang terbaring bersimbah darah dengan banyak luka tusuk di sekujur tubuhnya.
Menurut pengakuan Leyla, nama Haala tertulis di lantai dengan darah yang diyakini milik si Selir Nahas. Semua harta benda milik si Selir Nahas juga raib, diduga dicuri oleh Haala. Pengakuan terakhir Leyla pun kian menguatkan label tersangka pada Haala. Leyla mengaku atas nama Tuhan, jika dirinya sering melihat Haala keluar masuk harem.
Berita duka tentang si Selir Nahas yang diduga dihabisi secara keji oleh keturunan Yusef Bahadir dengan cepat menyebar ke luar Kerajaan Kumari Kandam, hingga ke Shaasvat, tanah lahir si Selir Nahas. Tak perlu menunggu waktu lama, utusan dari Shaasvat pun datang ke Kumari Kandam, hendak memastikan benar tidaknya berita duka tersebut.
“Beri aku sedikit waktu lagi untuk melakukan penyelidikan. Aku yakin masih ada kebenaran yang belum terungkap.”
BRAK!
Kakak pertama si Selir Nahas menggebrak meja. “Yang Mulia! Bagaimana bisa Anda membuat Adik hamba semakin tidak tenang? Semua kebenaran sudah terungkap! Berikan hukuman mati pada keturunan Yusef Bahadir!”
“Benar, Yang Mulia. Meski status Adik kami hanyalah seorang selir, tapi mohon belas kasih Anda, Yang Mulia.”
Braheim menghela napas menanggapi Kakak kedua si Selir Nahas. “Maka dari itu beri aku sedikit waktu lagi.“
BRAK!
“Jangan karena pembunuh itu adalah keturunan Yusef Bahadir, Anda lantas melindunginya! Jika Anda tidak segera menjatuhkan hukuman mati, Shaasvat akan mengibarkan bendera perang pada Kumari Kandam!” Kakak pertama si Selir Nahas berseru seraya keluar dari ruang pertemuan.
...¤○●¤○●¤○●¤...
Suara tawa bersahutan terdengar jelas memenuhi kolam mandi susu. Terlihat Jihan bersama para pelayan pribadinya tengah membicarakan kesialan bertubi yang kini menimpa Haala. Sudah lama sekali Jihan tidak merasakan kepuasan akan keberhasilan rencananya seperti sekarang. Jihan berpikir akan sulit untuk menyingkirkan Haala yang diam-diam memiliki karakter menyebalkan, tetapi nyatanya tidak lebih mudah dari menginjak seekor semut.
Meski sempat kesal karena Braheim memberikan penjagaan sangat ketat untuk melindungi Haala, Jihan tetap merasa berjalan di atas angin. Jihan sengaja memilih si Selir Nahas sebagai target karena tahu jika si Selir Nahas datang dari keluarga dengan pasukan tempur terkuat kedua setelah pasukan tempur Haala. Di mana itu artinya, penjagaan seketat apapun tidak akan berguna karena pada akhirnya perang besar tetap tidak akan terhindarkan.
Jihan juga sudah menyiapkan antisipasi jika nantinya Tuhan tidak lagi berpihak padanya. Orang-orang yang ditugaskan Jihan untuk melenyapkan si Selir Nahas sudah keluar dari Kumari Kandam dengan upah semua harta benda milik si Selir Nahas. Dan Jihan tidak perlu khawatir para pembunuh sebenarnya itu akan membuka mulut, karena sebelum itu terjadi, kaki tangan Jihan yang bertugas membuntuti mereka akan lebih dulu mengirim mereka ke neraka.
“Seharusnya waktu itu dia tidak perlu menarik pedangnya. Lagipula aku tidak bersungguh-sungguh ingin memotong rambutnya.”
“Benar, Yang Mulia, Haala terlalu sombong,” sahut seorang pelayan pada Jihan.
“Pasti sekarang dia sedang menangis.”
Jihan tertawa menanggapi pelayannya yang lain. “Percuma saja karena tidak ada yang bisa menyelamatkannya. Braheim pun akan segera lepas tangan. Dia tidak mungkin memutus hubungan dengan Shaasvat yang memiliki pasukan tempur terkuat.”
Pelayan Jihan ikut tertawa. “Itu benar, Yang Mulia. Jadi cepat atau lambat Beliau pasti akan membiarkan Haala diseret ke alun-alun ko--.”
“Sudah kuduga kau dalang dari semua kekacauan ini.”
DEG!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Syhr Syhr
Siapa ini Thor? 🤔
2022-11-02
0
Nindira
Nah loh Haala juga punya rahasiamu ratu kalau kau membuka rahasia Haala siap² aja rahasiamu tersebar juga...
Nama tokohnya susah² thor jadi aku susah nyebutnya😅
2022-10-25
0
Ichi
hajar miring haala 💪🏿💪🏿💪🏿
2022-10-19
0