Suasana hati Braheim terus anjlok sejak insiden Chhota sepekan lalu. Selain dipicu oleh ucapan menohok Daxraj yang setiap detik terngiang di telinganya, perubahan sikap Haala yang mendadak menjadi canggung di depannya pun turut menjadi pemicu. Haala berubah, dengan alasan yang tak teraba, dan dengan dampak yang cukup dahsyat memorak-porandakkan suatu ruang di hati Braheim.
Tidak hanya menghindari Braheim melalui wakilnya, Haala bahkan pindah dari istana prajurit ke istana tenggara*. Kepindahan Haala membuat Braheim kesulitan untuk bertemu, karena dirinya harus mendapat izin berkunjung dari Jihan yang merupakan penguasa istana tenggara. Merasa tak tahan dengan pilu di hatinya, Braheim pun nekat membuka kartu demi bisa berbicara empat mata dengan Haala.
*Istana tenggara* sering disebut istana ratu karena seluruh tugas harian ratu berlangsung di sini. Selain itu, istana tenggara juga menjadi tempat tinggal orang-orang dengan status tinggi seperti penasihat raja, menteri, komandan perang, kepala penyidik, serta tamu-tamu dari luar Kumari Kandam*.
Lewat dua orang pengawal bayangannya, Braheim berhasil menuntun Haala ke tempat rahasianya. Haala menelisik sekitar, sebuah ruangan remang berukuran sedang yang baru pertama kali dikunjunginya. Tak ada siapa-siapa di ruangan bawah tanah itu, pun tak ada yang tampak berharga selain lukisan Raja-raja Kumari Kandam terdahulu yang tergantung rapi di dinding, serta jam pasir dengan serpihan berwarna jingga.
"Sama seperti ruang kerjaku yang memuakkan, pintu di ruangan ini juga hanya akan terbuka atas kehendakku."
Haala membungkuk pada Braheim yang baru saja memasuki ruangan. "Panjang umur, da--"
"Apa siluman itu yang mengubah sikapmu jadi semenjengkelkan ini?" sela Braheim seraya berdiri tepat di depan Haala.
"Beri hamba waktu untuk menjawabnya, Yang Mulia."
"Aku sudah memberimu satu pekan," balas Braheim.
"Hamba masih berusaha mencari jawabannya."
Braheim meraih kedua tangan Haala. "Maka ikut sertakan aku dalam usahamu."
Haala terdiam. "Apa aku salah mengartikan ciuman kita malam itu?" imbuh Braheim.
Haala masih diam, sudut-sudut matanya mulai terasa digelitik. "Bagiku itu bukan sekadar ciuman. Karena melalui ciuman itu aku memberikan hatiku padamu. Apa kau juga demikian?" imbuh Braheim lagi.
"Ya, Yang Mulia."
Braheim tersenyum sembari menghela napas lega. "Syukurlah. Aku tak peduli pada perubahan sikapmu dan apa yang dikatakan siluman itu. Aku sudah cukup dengan fakta bahwa kau juga telah memberikan hatimu."
"Hamba berharap bisa memberikan diri ini sepenuhnya hanya pada Anda, Yang Mulia."
Spontan Braheim memeluk Haala. "Maka berikanlah hanya padaku. Apapun rintangan di depan sana, ayo hadapi bersama."
Haala terhanyut dalam pelukan terlewat nyaman itu, tetapi enggan membalas meski lingkaran tangan Braheim di pundak serta pinggangnya terasa semakin erat, karena beragam pertanyaan yang mulai mengusik. Bagaimana bisa dirinya merasa dikotori oleh pria yang separuh hidupnya ada di hati, dan bagaimana bisa dirinya memberikan hati dan tubuhnya pada pria yang berbeda.
Ingin rasanya Haala mengutuk ramalan yang melilitnya dengan Daxraj, namun apa daya, takdir memang tak mengenal humor. Isi dalam buku misterius yang ditemukan Laasya di ruang bawah tanah bukanlah isi yang dibuat-buat. Lalu tak ada alasan bagi Daxraj untuk memilihnya dibanding wanita-wanita suci bak peri yang setiap hari berkeliaran di sekitar pemimpin suku terlampau rupawan itu.
Ya, tak ada alasan. Namun Haala tetap bersusah payah mencari-cari alasan, demi mempertahankan pria yang hampir tiga belas tahun dicintainya dalam diam. Tak terhitung sudah berapa kali Haala berniat menjadi egois, melupakan sisi pahlawan dalam dirinya yang mendarah daging. Haala pun melepas pelukan Braheim, dan dengan pandangan tertunduk mengikis senyum di wajah memesona itu.
"Ada sebuah buku yang menyebutkan jika dunia akan binasa, dan kebinasaan itu hanya bisa diredam oleh putra dari pemimpin suku pengembara dan penerus sumpah setia Yusef Bahadir," ujar Haala.
"Jadi itu alasan kepercayaan dirinya menyebutmu wanitanya?"
Haala mengangguk menanggapi Braheim. "Hamba masih akan terus mencari tahu kebenarannya."
"Bawa aku menemui siluman itu."
Haala menggeleng. "Anda hanya akan mati jika menemuinya dalam keadaan kotor seperti ini."
"Apa maksudmu?"
"Tempat itu sangat suci, Yang Mulia. Selain tidak mengizinkan membawa benda peninggalan orang mati, tempat itu juga menolak siapa pun yang sengaja mengotori dirinya. Ada satu cara untuk menyucikan diri, tapi itu tak ada bedanya dengan bunuh diri," terang Haala.
"Berendam di Baadal*."
*Baadal* adalah salah satu danau keramat di Kumari Kandam. Konon Baadal dijaga oleh ikan raksasa bernama Ghinauna. Mereka yang berendam di Baadal akan disucikan dari sisa perbuatan kotor manusia, sisa makanan serta minuman haram, atau racun yang mengendap di tubuh. Namun Ghinauna dikenal tidak ramah, sehingga hanya sedikit sekali orang yang bisa berendam di sana*.
Spontan Haala mendongak. "Akan kucoba demi bisa meludahi wajah menjengkelkan siluman itu," tambah Braheim.
"Tidak, Yang Mulia. Mustahil untuk diterima oleh Ghinauna."
Braheim kembali memeluk Haala. "Maka jika Ghinauna menolakku, itu adalah rencana Yang Maha Kuasa untuk menyelamatkan dunia dari kebinasaan."
...¤○●¤○●¤○●¤...
Langkah tergesa Haala seketika terhenti saat mendapati penampakan luar harem yang tak biasa. Gerbang harem yang hanya akan dibuka pada malam kesebelas, tampak terbuka lebar meski kini masih malam ketiga. Terlihat dari kejauhan, para selir dengan Saree-saree* indahnya tengah menyesaki sebuah ruangan dengan raut wajah khawatir.
*Saree* atau shari adalah jenis kain yang dipakai wanita di negara India, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka. Saree atau shari terdiri dari helaian kain yang tidak dijahit, variasinya beragam dengan panjang 4-9 meter yang dipakaikan di badan dengan bermacam-macam gaya*.
Haala yang penasaran pun memutuskan memutar langkahnya memasuki harem, tempat dengan sejuta kenangan menyakitkan. Kedatangan Haala langsung disambut oleh kepala pengurus harem, Leyla, dengan raut wajah tak kalah khawatir. Dan tanpa perlu ditanya, Leyla langsung menceritakan pada Haala sebab kekacauan di harem saat ini.
Pagi tadi beberapa orang selir berbondong mendatangi Leyla, kompak mengeluh jika perut mereka sangat sakit seperti dihunjam pisau dari dalam. Bahkan dua orang selir sampai dilarikan ke istana utara* karena jatuh pingsan. Situasi semakin tidak terkendali ketika ada salah seorang selir yang tiba-tiba mengalami pendarahan hebat.
*Istana utara* atau yang lebih dikenal dengan istana gaduh, merupakan istana yang paling banyak dikunjungi. Karena ada rumah sakit, akademi meramu obat, juga kebun tanaman herbal langka. Tabib Kerajaan juga tinggal di sini karena selain bertanggung jawab pada para pasien selama dua puluh empat jam, dia juga mengajar di akademi*.
"Apa Yang Mulia Raja sudah mengetahui tentang ini?"
Leyla mengangguk menanggapi Haala. "Yang Mulia Raja sudah memanggil tabib terkenal dari Jaadoo*. Hah, demi Tuhan, sebenarnya ke mana perginya Tabib Kerajaan kita?"
*Jaadoo* nama salah satu desa di pedalaman Kumari Kandam*.
Haala tak menjawab. "Kudengar dia mencari keberadaan Chhota. Apa dia sudah gila? Daripada itu, apa kau juga mengalami sakit perut?" tanya Leyla lagi.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih. Lalu jika boleh kutahu, penyakit apa yang diderita para selir?"
"Entahlah. Tabib dari Jaadoo belum mengatakan apapun pada kami," balas Leyla.
Haala tak menjawab, karena tiba-tiba saja sibuk menebak dalang dari kekacauan di depan matanya. Satu nama. Jihan. Ya, kemungkinan besar Jihanlah yang mendekatkan malapetaka pada para selir, juga pada dirinya. Racun yang dibubuhkan di bak mandinya tempo hari, bisa jadi juga dibubuhkan di bak mandi para selir, atau di makanan dan minuman mereka.
Melihat efeknya yang sampai menimbulkan pendaharan hebat, Haala yakin jika racun itu dikhususkan untuk wanita. Dan satu-satunya racun yang paling mungkin adalah Shaant, sebuah racun dari madu bunga langka penghancur rahim. Tetapi mustahil mendapatkan Shaant mengingat habitat bunga beracun tersebut sudah dibakar habis sejak beratus tahun silam.
Racun Shaant adalah yang paling mungkin, ditambah keserakahan Jihan yang ingin memiliki Raja Kumari Kandam seutuhnya, menjadikan kemungkinan itu berkali lipat. Haala yang enggan berurusan dengan Jihan lebih memilih membantu para selir. Meski tak yakin akan cukup, Haala berniat memberikan sisa ramuan penyembuh milik Laasya.
"Kepala pengurus."
Spontan Leyla menoleh pada Haala. "Kurasa mereka terkena racun. Karena beberapa waktu lalu aku juga hampir terkena racun," imbuh Haala.
"Ya Tuhan. Apa kau tahu racun apa itu? Mungkin tabib dari Jaadoo bisa langsung memberikan penawarnya."
"Jika pun benar itu racunnya, belum ada penawarnya sampai sekarang. Tapi mungkin aku punya sedikit," sahut Haala.
"Lakukan, komandan. Tolong lakukan apapun itu. Tolong selamatkan mereka. Mereka sudah seperti anak-anakku sendiri."
Haala mengangguk sembari menepuk lembut pundak Leyla. "Aku akan segera kembali."
"Sepertinya ada kabar baik."
Leyla membungkuk pada Murat yang baru saja tiba. "Para selir yang pingsan masih belum terbangun. Lalu seorang selir baru saja mengalami pendarahan hebat. Komandan Haala berkata itu disebabkan oleh racun, dan syukurlah dia memiliki penawarnya."
Murat menoleh pada Haala. "Kepala pengurus, tidakkah sebaiknya kau mendesak tabib dari Jaadoo agar segera membereskan kekacauan ini?"
Spontan Leyla membungkuk pada Murat seraya berlalu dengan langkah setengah berlari. "Aku juga harus pergi. Sampai jumpa, penasihat."
"Kurasa akan lebih baik jika kau menyimpan penawar itu, komandan."
Haala menghentikan langkahnya. "Bukankah bagus jika terjadi sesuatu yang buruk pada mereka? Sainganmu akan secara otomatis berkurang pesat. Dan lagipula apa untungnya menyelamatkan mereka?" imbuh Murat.
"Karena aku tidak pernah merasa sedang bersaing, penasihat."
"Tapi apa kau pernah merasa jika satu per satu kekacauan yang terjadi selama ini disebabkan olehmu?"
Haala terdiam. "Mantapkan pilihanmu, komandan. Jika ingin mengalah, tolak Yang Mulia Raja dengan tegas. Tapi jika ingin bertarung, buatlah Yang Mulia Ratu hanya menargetkanmu, bukan mereka, bukan kami," tambah Murat.
...¤○●¤○●¤○●¤...
Rakyat suku pengembara kompak menghentikan kegiatannya masing-masing ketika langit cerah yang menaungi mereka mendadak menghitam, ditutupi awan pembawa bencana. Mereka yang dikungkung ketakutan pun memberanikan diri mendatangi tenda pemimpinnya yang sejak sepekan lalu tertutup rapat, demi mendengar langsung sebaris kalimat penenang hati.
Namun tak ada tanda-tanda pergerakan dari dalam tenda sang pemimpin. Hingga Aryesh, wakil pemimpin suku pengembara, mengumpulkan nyali untuk bersuara mewakili ketakutan para rakyat pun ketakutannya sendiri. Akhirnya sosok yang dinanti muncul, dengan urat-urat kejengkelan di wajah rupawannya. Semuanya langsung membungkuk, menghaturkan salam panjang umur.
Daxraj mendongak menatap langit yang perlahan berderai air mata. Mungkin hanya Daxraj dan segilintir orang dengan kemampuan lebih yang mengetahui jika awan hitam itu membawa kabar akan kematian Raja Kumari Kandam. Yang mati terlampau cepat hingga mangacau suratan takdir. Yang Mati karena cinta matinya pada wanita yang sampai kapan pun tidak akan bisa dimiliki.
"Raja Kumari Kandam akan menutup usia hari ini," ujar Daxraj.
"Tapi setelahnya apakah akan baik-baik saja, pemimpin?"
"Tidak. Laut akan menyapu bersih daratan tanpa terkecuali, tanah kita. Semuanya akan binasa tanpa sisa," jawab Daxraj pada salah seorang rakyatnya.
Aryesh mendecak, "Aku tidak mengerti. Kenapa Tuhan murka atas kematian Raja Kumari Kandam? Bukankah itu akan lebih memudahkanmu dan Haala Anandmayee untuk bersatu?"
"Karena setelah kematian Raja Kumari Kandam, dia akan menyusul."
"Kalau begitu, bukankah kau hanya perlu menyelamatkan Raja Kumari Kandam?" tanya Aryesh lagi.
"Hanya masa lalu yang bisa menyelamatkannya dan kita semua."
Aryesh diam sesaat. "Mungkinkah telah terjadi sesuatu?"
"Dia belum mati. Selama ini dia bertapa untuk mengubah ramalan leluhur kita, dan dia berhasil melakukannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Nindira
cinta yang berakhir dikematian
2022-12-02
0
Nindira
Serius itu Braheim akan mati hari ini?
2022-12-02
0
Ichi
Omo 😱😱😱
2022-10-23
0