CHAPTER 10

Keberadaan sukunya yang terus-menerus diusik bahkan oleh Ratu Kumari Kandam, membuat pemimpin suku pengembara, Daxraj Natesh, tidak segan untuk menghapus ingatan sang ratu juga semua orang di Kerajaan Kumari Kandam. Daxraj geram, karena semakin hari semakin banyak saja orang yang penasaran dan ingin bertemu dengan sukunya.

Mulanya Daxraj ingin melakukan penghapusan ingatan total seperti yang dilakukannya pada kaki tangan Jihan, tetapi diurungkannya mengingat dampak fatal yang akan terjadi. Akhirnya seperti biasa, Daxraj hanya menghapus ingatan seputar keberadaan sukunya saja. Dan malam ini, tiba giliran Raja Kumari Kandam yang ingatannya akan dihapus.

Terlihat Braheim tengah berendam di dalam kolam air panas, sembari mengumpat membaca buku harian Haala. Tetapi beberapa baris kalimat yang dibaca Braheim membuat Daxraj lupa sesaat dengan tujuannya mendatangi penguasa Kumari Kandam itu. Jantung Daxraj sedikit ribut, mendengar untaian kata-kata manis yang dibaca Braheim.

"Sorot matanya mencekik, dan wajahnya sangat buruk rupa. Dari mana mereka tahu? Kurasa dia memiliki mata yang sangat indah, dan wajah yang mungkin saja lebih rupawan dari Raja Braheim. Bukankah yang terpenting adalah hatinya yang mulia karena tidak henti memikirkan nyawa setiap makhluk di muka bumi ini?"

DEG! DEG!

"Aku juga memiliki mata yang indah. Lalu dari mana dia tahu jika pemimpin suku itu lebih tampan dariku? Dan jelas-jelas hatikulah yang paling mulia. Aku banyak mengampuni nyawa orang-orang zalim," imbuh Braheim seraya melemparkan buku harian Haala ke belakang.

DEG! DEG! DEG!

Jantung Daxraj semakin terdengar ribut, ketika buku kecil lusuh yang dilemparkan Braheim jatuh tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Daxraj berniat melihat siapa pemilik buku harian yang sukses membuat jantungnya ribut itu, namun tak sempat karena kini Braheim sudah berdiri di depannya, siap mengayunkan pedang.

Kini Braheim dan Daxraj saling menatap, dan mengamati satu sama lain. Braheim yakin jika pria bak raksasa di depannya adalah pria yang dilihatnya di balkon kamar Haala tempo hari. Sambil menurunkan pedangnya Braheim berbalik, dan mulai berjalan menjauhi Daxraj. Braheim kembali mengumpat, karena tidak terima dengan ketepatan tebakan Haala.

"Ternyata matanya memang indah. Dan sial. Sepertinya dia juga lebih tampan dariku. Apa dia menyukai pria bertubuh tinggi dan besar? Bagaimana caraku memiliki tubuh seperti itu dalam waktu singkat?" tanya Braheim dalam hati.

"Braheim Bhaavesh."

Spontan Braheim menghentikan langkahnya. "Aku datang untuk menghapus ingatanmu," imbuh Daxraj.

"Kurasa tidak perlu. Bukankah aku tidak mengusik sukumu?"

"Hanya untuk berjaga-jaga."

Braheim berbalik. "Aku pandai menjaga rahasia."

"Aku tahu. Aku melakukannya demi ketenangan sukuku."

"Aku paham situasimu. Baiklah, tapi jawab dulu beberapa pertanyaan dariku," balas Braheim.

Daxraj hanya diam. "Siapa namamu?"

"Daxraj Natesh."

Braheim mengangguk. "Apa kau dan sukumu berada di pihak Kumari Kandam?"

"Ya."

"Bagus. Lalu, apa kau manusia?" tanya Braheim lagi.

"Ya."

Braheim mengernyitkan dahinya. "Manusia macam apa yang bisa tiba-tiba menghilang dan menghapus ingatan seseorang?"

"Itu bakat turun-temurun dari leluhur kami."

"Begitu rupanya. Lalu, kau tidak perlu menjawab ini jika tidak berkenan. Tubuh seperti itu, apa aku juga bisa memilikinya?" tanya Braheim seraya berdeham berulang kali.

"Tidak."

"Sial," umpat Braheim dalam hati. "Baiklah yang terakhir, apa kau tidur dengan Haala?"

"Tidak."

Spontan Braheim tersenyum bahagia. "Senang mendengarnya. Kalau begitu, cepat lakukan penghapusan ingatan yang kau maksud. Aku mulai kedinginan."

Daxraj mendekati Braheim dengan langkah secepat angin. Mulut Braheim hanya membulat menyaksikan kejadian luar biasa yang tersuguh di depan matanya. Daxraj lalu menyentuh dahi Braheim, dan memulai ritual penghapusan ingatan. Setelah yakin ingatan Braheim telah terhapus, Daxraj berniat mengambil buku harian Haala dan pergi. Namun.

"Singkirkan tanganmu dari buku itu, Daxraj Natesh," ujar Braheim seraya kembali menarik pedangnya.

...¤○●¤○●¤○●¤...

Rumor buruk tentang Jihan mulai menyebar sejak dirinya dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah. Jihan yang dulunya sangat disegani, kini menjadi bahan olok-olokan hampir setiap detik. Merasa tidak melakukan kesalahan, dan terlebih tidak terima mendapat perlakuan lancang dari sekitar, Jihan pun kembali mendatangi Braheim di istana timur.

Kali ini Braheim mengizinkan Jihan berkunjung, karena memahami kebingungan Jihan. Meski ingatannya telah dihapus karena terbukti mengusik keberadaan suku pengembara, Braheim merasa kasihan pada Jihan. Alasan itulah yang akhirnya membuat Braheim mengizinkan para penjaga membuka gerbang istana timur.

"Penjarakan mereka semua yang sudah berani menyebarkan rumor buruk tentangku!"

"Kau hanya perlu bersikap tenang, dan rumor itu pun akan mereda dengan sendirinya," balas Braheim pada Jihan.

"Tenang? Apa ada yang bisa bersikap tenang jika berada di posisiku sa--"

"Kembalilah. Masih ada banyak laporan yang harus kuperiksa," sela Braheim seraya beranjak dari kursi.

"Apa kau hanya mau mengabulkan permintaan dari kekasih gelapmu itu?"

Braheim menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Jihan. "Kau hanya belum tahu seberapa tebal topeng yang dipakainya," imbuh Jihan.

Jihan kesal melihat ekspresi tidak goyah di wajah Braheim, namun diredamnya dengan sekuat tenaga. Jihan lebih memilih memutar otak untuk terus memengaruhi Braheim agar bisa mendekatkan Haala pada hukuman penggal. Dengan rangkaian kata-kata penuh percaya diri, Jihan pun mulai menggunakan bibir meronanya itu untuk berdusta.

Jihan mengatakan jika Haala sering mengundang beberapa orang pria dari rumah bordil ke kamarnya. Jihan juga mengaku pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri, Haala masuk ke ruangan pribadi tabib kerajaan dan bermalam di sana. Jihan bahkan tidak ragu melibatkan Murat ke dalam kebohongannya demi meyakinkan Braheim.

Tapi sayang, kepercayaan diri Jihan hanya berakhir membuat wajah cantiknya bak dilumuri kotoran. Braheim melangkah mendekati Jihan, menatap istri sahnya itu cukup lama, dan tiba-tiba bersimpuh di hadapan Jihan sambil tersenyum. Jihan yang rindu dengan senyum memesona itu berniat membalas, namun entah kenapa otot-otot di wajahnya seakan enggan.

"Sejak kapan kau berubah menjadi seperti ini, istriku?"

"Apa maksudmu?" Jihan balik bertanya pada Braheim.

"Kau tahu betul apa maksudku."

Jihan berbalik, berjalan menjauhi Braheim. "Aku tidak tahu."

"Dulu kau adalah wanita yang lembut, penyayang, dan rendah hati. Ke mana semua itu pergi?"

"Percuma saja mengalihkan topik pembicaraan, Braheim. Kau sudah memberiku jawaban yang jelas," balas Jihan.

"Kau berubah sejak aku membangun harem."

Jihan tersentak. "Harem itu kubangun bukan karena ingin, tapi karena harus, demi kesejahteraan Kumari Kandam," imbuh Braheim.

"Apa hanya Kumari Kandam yang ada di dalam kepalamu? Aku sangat kesepian, Braheim. Apa kau pernah menyadarinya?"

Braheim diam sesaat. "Aku akan lebih memerhatikanmu."

"Tidak perlu. Cukup percayakan aku mengandung anakmu."

Jihan berbalik, menatap Braheim yang tak kunjung bersuara. Kebisuan Braheim tidak hanya membuat kekesalan Jihan kian meluap, tetapi juga langsung memancing beragam siasat kotor di kepalanya. Persetan dengan gelar ratu yang tak sesuai dengan tabiat aslinya, Jihan hanya ingin membuat penguasa Kumari Kandam itu bertekuk lutut.

Jihan keluar dari kamar Braheim tanpa mengatakan apa-apa, pun tanpa menoleh ke belakang meski tahu kini Braheim tengah memandanginya dari kejauhan. Kereta kuda Jihan melaju cepat, dan hilang dalam sekejap ditelan kabut malam. Suara tawa ambigu terdengar dari dalam kereta kuda mewah itu di sepanjang perjalanan menuju istana barat.

"Pelayan, kumpulkan Shaant* sebanyak mungkin. Lalu berikan itu setiap hari pada semua penghuni harem dan, Haala."

Shaant* adalah madu dari bunga langka yang dipercaya bisa membuat wanita menjadi mandul.

"Sesuai perintah Anda, Yang Mulia," sahut pelayan pribadi Jihan sembari membungkuk hormat.

"Jika tidak kau izinkan aku mengandung anakmu, maka akan kupastikan semua wanita di luar sana bernasib sama sepertiku, Braheim Bhaavesh," ujar Jihan dalam hati seraya kembali tertawa.

...¤○●¤○●¤○●¤...

Tampak siang itu di bawah pohon apel, Haala, beberapa orang anak buahnya, dan seorang kepala pengurus kebun tengah menggunjingkan berat badan Braheim yang semakin hari semakin habis. Mereka semua sepakat menerka jika Raja Kumari Kandam tersebut kelelahan karena harus bertanggung jawab seorang diri dalam memorak-porandakan ranjang ratu dan ratusan selirnya.

Meski sakit mendengar kenyataan tak terelakkan itu, tidak banyak yang bisa Haala lakukan selain ikut berpura-pura tersenyum. Hebatnya, gunjingan buruk apapun yang berkaitan dengan Braheim, malah membuat rasa cintanya pada Braheim kian menggelitik. Bahkan angan-angan Haala untuk membangun rumah tangga yang bahagia bersama Braheim juga tidak memudar sedikit pun.

Haala berniat keluar dari kumpulan orang-orang yang semakin liar menggunjingkan Braheim, namun apa yang dikatakan kepala pengurus kebun dengan nada berbisik membuatnya seketika mengurungkan niat. Menurut cerita kepala pengurus dapur yang menyajikan langsung makanan dan minuman untuk Braheim, berat badan Braheim berkurang dikarenakan dirinya sedang berpuasa.

"Berpuasa untuk seseorang?"

Kepala pengurus kebun mengangguk menanggapi salah seorang anak buah Haala. "Mungkinkah untuk Yang Mulia Ratu?"

"Entahlah. Kepala pengurus dapur juga tidak yakin, tapi dia mendengar doa yang diucapkan Yang Mulia Raja sebelum berbuka puasa." Kepala pengurus kebun meminta Haala dan anak buahnya mendekat padanya.

"Semoga puasaku akan urusan duniawi ini bisa mengembalikan satu tahunmu yang terbuang sia-sia," imbuh kepala pengurus kebun dengan menirukan gaya bicara Braheim.

Haala tertegun, sembari merasakan jantungnya yang tiba-tiba bergemuruh hebat. Butuh waktu cukup lama hingga Haala memahami apa maksud dari doa Braheim. Meski ingin segera menemui Braheim, Haala menahannya agar tidak menimbulkan kecurigaan pada sekitar. Setelah situasi dirasa aman, barulah Haala menunggangi kudanya dengan kecepatan penuh menuju istana timur.

Setelah tiba di istana timur, Haala harus menunggu untuk mendapatkan izin masuk dari Braheim. Haala pun diizinkan masuk, dan kini tengah mengekori Murat ke ruang tunggu. Ternyata di ruangan sangat luas itu sudah disesaki banyak orang penting yang tentu saja memiliki tujuan yang sama dengan Haala. Haala yang merasa kunjungannya kali ini tidak berguna, lantas memilih kembali. Namun.

"Komandan Haala, Yang Mulia Raja ingin menemuimu lebih dulu. Silakan," ujar Murat.

Haala melihat tatapan sinis sekitarnya sebelum berjalan cepat memasuki ruangan Braheim. "Panjang umur, dan terbekatilah selalu, matahari Kumari Kandam."

"Apalagi rengekan anak buahmu kali ini?"

"Hamba datang bukan untuk mereka, Yang Mulia," jawab Haala pada Braheim.

"Lalu?"

Haala diam sesaat. "Ada yang ingin hamba tanyakan, Yang Mulia."

"Sepertinya sangat mendesak. Katakanlah."

Haala kembali diam. "Apa alasan Anda berpuasa, Yang Mulia?"

"Kenapa ti--"

"Jika alasannya adalah hamba, maka tolong segera sudahi sekarang juga, Yang Mulia," sela Haala.

"Apa ka--"

"Dosa hamba biarlah hamba yang menanggungnya sendiri. Tolong Anda perhatikan saja kesejahteraan Kumari Kandam," sela Haala lagi.

"Tunggu du--"

"Kalau begitu hamba pamit undur diri, Yang Mulia." Haala membungkuk seraya berjalan cepat keluar dari ruangan Braheim.

"Berhenti di sana, komandan. Sebelum aku menggunakan kekuasaanku tidak pada tempatnya."

Terpopuler

Comments

Era Simatupang

Era Simatupang

gak pernah bosan ,dah baca berulang2 kali.

2023-12-14

0

auliasiamatir

auliasiamatir

pokonya aku makin tergila gila sama cerita ini

2022-12-23

0

Ichi

Ichi

astaga astoge raja 😱😱😱

2022-10-19

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 PENGUMUMAN
41 PENGUMUMAN
42 CHAPTER 40
43 CHAPTER 41
44 CHAPTER 42
45 CHAPTER 43
46 CHAPTER 44
47 CHAPTER 45
48 CHAPTER 46
49 CHAPTER 47
50 CHAPTER 48
51 CHAPTER 49
52 CHAPTER 50
53 CHAPTER 51
54 CHAPTER 52
55 CHAPTER 53
56 CHAPTER 54
57 CHAPTER 55
58 CHAPTER 56
59 CHAPTER 57
60 CHAPTER 58
61 CHAPTER 59
62 CHAPTER 60
63 CHAPTER 61
64 CHAPTER 62
65 CHAPTER 63
66 CHAPTER 64
67 CHAPTER 65
68 CHAPTER 66
69 CHAPTER 67
70 CHAPTER 68
71 CHAPTER 69
72 CHAPTER 70
73 CHAPTER 71
74 CHAPTER 72
75 CHAPTER 73
76 CHAPTER 74
77 CHAPTER 75
78 CHAPTER 76
79 CHAPTER 77
80 CHAPTER 78
81 CHAPTER 79
82 CHAPTER 80
83 CHAPTER 81
84 CHAPTER 82
85 CHAPTER 83
86 CHAPTER 84
87 CHAPTER 85
88 CHAPTER 86
89 CHAPTER 87
90 CHAPTER 88
91 CHAPTER 89
92 CHAPTER 90
93 CHAPTER 91
94 CHAPTER 92
95 CHAPTER 93
96 CHAPTER 94
97 CHAPTER 95
98 CHAPTER 96
99 CHAPTER 97
100 CHAPTER 98
101 CHAPTER 99
102 CHAPTER 100
103 CHAPTER 101
104 CHAPTER 102
105 CHAPTER 103
106 CHAPTER 104
107 CHAPTER 105
108 CHAPTER 106
109 CHAPTER 107
110 CHAPTER 108
111 CHAPTER 109
112 CHAPTER 110
113 CHAPTER 111
114 CHAPTER 112
115 CHAPTER 113
116 CHAPTER 114
117 CHAPTER 115
118 CHAPTER 116
119 CHAPTER 117
120 CHAPTER 118
121 CHAPTER 119
122 CHAPTER 120
123 CHAPTER 121
124 CHAPTER 122
125 CHAPTER 123
126 CHAPTER 124
127 CHAPTER 125
128 CHAPTER 126
129 CHAPTER 127
130 CHAPTER 128
Episodes

Updated 130 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
PENGUMUMAN
41
PENGUMUMAN
42
CHAPTER 40
43
CHAPTER 41
44
CHAPTER 42
45
CHAPTER 43
46
CHAPTER 44
47
CHAPTER 45
48
CHAPTER 46
49
CHAPTER 47
50
CHAPTER 48
51
CHAPTER 49
52
CHAPTER 50
53
CHAPTER 51
54
CHAPTER 52
55
CHAPTER 53
56
CHAPTER 54
57
CHAPTER 55
58
CHAPTER 56
59
CHAPTER 57
60
CHAPTER 58
61
CHAPTER 59
62
CHAPTER 60
63
CHAPTER 61
64
CHAPTER 62
65
CHAPTER 63
66
CHAPTER 64
67
CHAPTER 65
68
CHAPTER 66
69
CHAPTER 67
70
CHAPTER 68
71
CHAPTER 69
72
CHAPTER 70
73
CHAPTER 71
74
CHAPTER 72
75
CHAPTER 73
76
CHAPTER 74
77
CHAPTER 75
78
CHAPTER 76
79
CHAPTER 77
80
CHAPTER 78
81
CHAPTER 79
82
CHAPTER 80
83
CHAPTER 81
84
CHAPTER 82
85
CHAPTER 83
86
CHAPTER 84
87
CHAPTER 85
88
CHAPTER 86
89
CHAPTER 87
90
CHAPTER 88
91
CHAPTER 89
92
CHAPTER 90
93
CHAPTER 91
94
CHAPTER 92
95
CHAPTER 93
96
CHAPTER 94
97
CHAPTER 95
98
CHAPTER 96
99
CHAPTER 97
100
CHAPTER 98
101
CHAPTER 99
102
CHAPTER 100
103
CHAPTER 101
104
CHAPTER 102
105
CHAPTER 103
106
CHAPTER 104
107
CHAPTER 105
108
CHAPTER 106
109
CHAPTER 107
110
CHAPTER 108
111
CHAPTER 109
112
CHAPTER 110
113
CHAPTER 111
114
CHAPTER 112
115
CHAPTER 113
116
CHAPTER 114
117
CHAPTER 115
118
CHAPTER 116
119
CHAPTER 117
120
CHAPTER 118
121
CHAPTER 119
122
CHAPTER 120
123
CHAPTER 121
124
CHAPTER 122
125
CHAPTER 123
126
CHAPTER 124
127
CHAPTER 125
128
CHAPTER 126
129
CHAPTER 127
130
CHAPTER 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!