CHAPTER 15

Tampak Laasya tengah duduk gelisah di ruang tunggu istana prajurit, sembari memeluk erat sebuah buku tebal misterius yang berhasil didapatkannya dengan rasa takut yang tak main-main. Kejadian ganjil di ruang bawah tanah tempo hari membuat Laasya terus terjaga sepanjang malam, bahkan dirinya merasa seperti sedang diawasi oleh sesuatu yang entah apa.

Sejujurnya Laasya ingin segera memberitahukan perihal keganjilan tersebut pada Haala sesaat setelah insiden terjadi, namun diurungkannya mengingat sifat sang kakak yang tidak mudah memercayai apapun tanpa bukti. Oleh karenanya Laasya mati-matian mengumpulkan nyali, demi kembali menyambangi ruang bawah tanah dan mengambil buku misterius itu.

Setelah berhasil mendapatkan buku misterius, Laasya langsung menemui Haala yang sayangnya sedang sangat sibuk melatih pasukan berkuda. Laasya bersikeras menunggu meski kepala pengurus istana prajurit memintanya datang lagi esok hari. Hingga sosok yang dinanti Laasya sejak dua jam lalu pun muncul, dengan langkah tergopoh, dan urat-urat wajah penuh kekhawatiran.

"Mungkinkah telah terjadi sesuatu?"

Laasya mengangguk berulang kali pada Haala. "Ada apa?" tanya Haala lagi.

Laasya memperlihatkan buku misterius. "Aku menemukan buku ini kemarin malam. Dia terbuka sendiri. Aku bersumpah."

"Buku yang terbuka sendiri?"

Laasya kembali mengangguk. "Aku memilih beberapa kalimat acak dan menerjemahkannya. Tapi tidak kulanjutkan karena terlalu sulit, dan di saat itulah dia terbuka sendiri, di halaman terakhir yang sedang kuterjemahkan."

Haala tak menjawab, hanya mulai membuka-buka isi buku. "Isinya kurang lebih menyangkut kebinasaan," imbuh Laasya.

"Kebinasaan?"

Laasya mengangguk lagi, seraya mengambil alih buku dan mencari halaman terakhir yang diterjemahkannya. "Ini. Binasa pada salah dunia karena setia Yusef memberikan akan orang Bahadir sumpah hatinya yang penerus."

Haala diam cukup lama, berpikir. "Dunia akan binasa karena penerus sumpah setia Yusef Bahadir memberikan hatinya pada orang yang salah."

"Mungkinkah ini menyangkut kakak dan Yang Mulia Raja?"

Spontan Haala beranjak, seraya memeluk buku misterius. "Pulanglah. Biar aku yang mengurus ini."

Setelah memastikan Laasya pulang dengan selamat, Haala langsung melimpahkan latihan padat hari itu pada wakilnya tanpa mengatakan sepatah alasan pun. Haala berniat menemui Daxraj yang diyakininya mampu mengartikan seluruh isi buku misterius berbahasa Videsh* itu tanpa membuang banyak waktu, mengingat suku pengembaralah yang konon menciptakan bahasa tersebut.

*Videsh* merupakan bahasa kumari kandam yang digunakan para leluhur terdahulu. Sudah tidak digunakan lagi di masa sekarang karena terlalu rumit*.

Tetapi kedatangan Haala langsung ditolak. Seorang pria beserban hitam terlihat sudah menanti Haala di depan pintu masuk kediaman sementara suku pengembara. Pria itu tampak tidak asing, tetapi Haala kesulitan mengingatnya. Haala pun memperlambat laju kuda putihnya, mengulur waktu demi mengingat sosok pria beserban hitam dengan perawakan ringkih di depannya.

*FLASHBACK ON*

Haala menoleh ke belakang, semuanya tampak sangat gelap karena hari memang telah larut. Namun tempat misterius di hadapan Haala tampak sebaliknya, sangat terik, seolah sang Mentari sedang asyik bertengger tepat di ubun-ubun. Meski ragu, Haala sangat ingin memasuki tempat misterius itu, namun.

"Cukup sampai di situ." Suara seorang pria terdengar jelas dari dalam tempat misterius.

"Karena sudah mendapatkan yang kau inginkan, jangan mencari kami lagi," imbuh pria yang sama sekali tidak terlihat sosoknya itu.

"Maafkan aku karena telah membuatmu dan sukumu merasa tidak nyaman."

"Jika sudah paham maka enyahlah," balas si pria misterius.

*FLASHBACK OFF*

"Salam." Haala membungkuk hormat pada pria beserban di hadapannya.

"Aku yakin kau sudah mengingatku. Maaf karena tidak bersikap sopan di pertemuan pertama kita. Perkenalkan aku Aryesh Farorz, wakil pemimpin suku pengembara."

"Haala Anandmayee."

Aryesh mengangguk. "Langsung saja. Aku ditugaskan oleh pemimpin suku kami untuk mengusirmu."

"Tapi ada urusan yang sangat mendesak yang harus segera kusampaikan padanya."

"Apapun itu, pemimpin suku kami tidak mau menerimamu," balas Aryesh.

Haala diam sesaat. "Baiklah. Tapi bolehkah aku mengetahui alasannya?"

"Karena kau kotor."

Haala mengerutkan dahinya. "Maaf?"

"Tempat tinggal kami sangat suci. Selain dilarang membawa benda peninggalan orang mati, tempat tinggal kami juga pantang menerima manusia-manusia kotor."

Haala semakin mengerutkan dahinya. "Maaf tapi aku masih tidak mengerti."

"Kau sudah melakukan dosa besar. Bersentuhan dengan pria yang tidak terikat hubungan pernikahan denganmu."

Haala tak kuasa berkata-kata, sebab apa yang baru saja dikatakan Aryesh langsung menyeretnya pada kenangan manis beberapa waktu lalu, ketika dirinya dan Braheim berciuman di sudut kamar mandi. Bahkan jika diingat lebih detail, bukan hanya bibirnya saja yang sudah disentuh oleh Braheim, namun Haala merasa terlalu berlebihan jika label kotor itu disematkan padanya.

"Kalau begitu aku akan kembali besok."

"Percuma saja karena besok pun kau masih kotor," balas Aryesh pada Haala.

Haala diam cukup lama. "Ada satu cara. Sucikan dirimu di Baadal*," tambah Aryesh.

*Baadal* adalah salah satu danau keramat di Kumari Kandam. Konon Baadal dijaga oleh ikan raksasa bernama Ghinauna. Mereka yang berendam di Baadal akan disucikan dari sisa perbuatan kotor manusia, sisa makanan serta minuman haram, atau racun yang mengendap di tubuh. Namun Ghinauna dikenal tidak ramah, sehingga hanya sedikit sekali orang yang bisa berendam di sana*.

Haala menggeleng menanggapi Aryesh. "Itu tidak mungkin. Bahkan tidak satu pun dari Raja Kumari Kandam terdahulu yang diterima oleh Ghinauna."

"Maka tidak mungkin juga kau bertemu dengan pemimpin suku kami. Selamanya."

...¤○●¤○●¤○●¤...

Suara langkah kaki seseorang terdengar begitu hati-hati menyibak rerumputan gemuk yang merimbuni Danau Baadal. Orang itu, Haala, sudah berulang kali menjeda langkahnya dan berniat balik kanan, namun berulang kali juga dirinya memantapkan kembali niat bunuh diri itu. Wajar saja jika langkah Haala dipenuhi keraguan, mengingat apa yang akan dihadapinya di depan sana bukanlah prajurit bersenjata.

Jika mendengar cerita penduduk yang tinggal di sekitar Danau Baadal, penjaga Baadal, Ghinauna, akan langsung menampakkan wujudnya ketika tidak menyukai kehadiran seseorang. Dan terbuktilah kebenaran cerita penduduk yang dianggap Haala hanya omong kosong itu. Seekor ikan raksasa berwarna putih kini tengah menatapnya dengan mata merah menyala yang sukses membuat Haala kesulitan menelan air liurnya sendiri.

Ini adalah kali pertama Haala ingin kabur dari sesuatu. Namun Haala memberanikan diri, meski keraguan kian liar mencekiknya. Haala pun menanggalkan pakaiannya satu per satu, dan dengan langkah enggan mulai berjalan mendekati bibir danau keramat tersebut. Ghinauna masih setia menatap Haala, tetapi kemudian membenamkan diri bersamaan dengan sebelah kaki Haala yang kini sudah merasakan kesejukan air Baadal.

"Jika memang benar aku telah salah memberikan hati, maka terimalah aku, dan sucikan aku dari dosa atas hati yang lancang ini," ujar Haala sebelum menutup mata dan membenamkan seluruh tubuhnya.

Merasa ada sesuatu yang hangat yang mengitarinya, Haala pun membuka mata. Terlihat Ghinauna memang sedang mengitari Haala saat ini. Berbeda dengan tatapan matanya yang membuat bergidik, penampakan Ghinauna secara menyeluruh ternyata sangat cantik. Sirip-sirip yang menghiasi tubuh Ghinauna tampak seperti kain transparan yang menjuntai, lalu mata merah menyalanya perlahan berubah warna menjadi hijau zamrud.

BYUR!

Ketakjuban Haala terhenti saat mendengar suara sesuatu yang baru saja jatuh dari permukaan Baadal. Haala terkejut bukan main melihat kedatangan Daxraj, dan ingin sesegera mungkin menyembunyikan tubuh polosnya. Namun tubuhnya tak mampu digerakkan karena telah dililit sirip-sirip Ghinauna entah sejak kapan. Haala yang sangat malu itu pun tidak memiliki pilihan selain memalingkan wajahnya dari Daxraj.

"Dia tidak akan melakukan dosa itu lagi jadi ampunilah nyawanya."

"Kita tahu betul dia akan melakukannya lagi," balas Ghinauna pada Daxraj.

Daxraj mengusap kepala Ghinauna. "Aku akan mengawasinya. Jadi sekarang lepaskanlah dia."

"Cih, menyebalkan. Selama ini kau selalu mengawasinya tapi tidak sekali pun kau menghentikannya."

Daxraj tersenyum. "Percayalah aku memiliki alasan untuk itu."

"Alasannya adalah karena kau bodoh. Cepat pergi dari sini sebelum aku berubah pikiran dan menjadikan kalian berdua makan malam."

Daxraj menggandeng tangan Haala. "Ayo."

Daxraj melepas gandengan tangannya saat sudah sampai di permukaan. Daxraj lalu menyerahkan pakaian Haala dengan memalingkan pandangan. Daxraj yakin jika Haala tengah bergelut dengan beragam pertanyaan konyol. Ikan yang bisa berbicara, ikan yang mengerti bahasa manusia, dan pakaian Daxraj yang tetap kering meski baru saja masuk ke dalam air, adalah pertanyaan pasti yang kini berputar di kepala Haala.

"Apa yang terjadi?"

"Kau baru saja selamat dari kematian karena Ghinauna tidak begitu lapar," jawab Daxraj.

Haala diam sesaat. "Jadi seharusnya aku mati?"

"Ya. Jika saja aku terlambat satu detik."

"Lalu kenapa kau menyelamatkanku?" tanya Haala lagi.

"Tugasku memang menyelamatkan dunia."

Haala kembali diam. "Jadi benar yang tertulis di buku itu jika dunia akan binasa karena aku salah memberikan hati?"

Daxraj terdiam cukup lama. "Meski kau terlihat tidak senang, sayangnya aku harus menjawab iya," balas Daxraj akhirnya.

"Lalu bagaimana kau bisa yakin jika memberikan hatiku padamulah yang benar?"

Daxraj menghela napasnya. "Karena begitulah ramalannya."

"Kurasa itu hanya alasan yang kau buat-buat."

Spontan Daxraj berbalik menghadap Haala. "Untuk tujuan apa?"

"Dendam pribadi dengan Yang Mulia Raja atau leluhurku. Atau mungkin kau hanya sedang bosan dengan wanita-wanitamu."

Daxraj berjalan mendekati Haala yang masih sibuk berpakaian. "Jika aku memiliki dendam pribadi dengan mereka, aku hanya perlu meratakan Kumari Kandam. Lalu maaf, aku hanya akan mengakui satu wanita dalam hidupku dan itu kau."

Spontan Haala berbalik menghadap Daxraj. "Aku tahu kau kesal menerima kenyataan ini, dan aku tidak ingin memaksa. Kau memiliki hak penuh untuk menolak. Tugasku hanya melakukan yang kumampu, dan selebihnya akan kuserahkan pada Tuhan," imbuh Daxraj.

"Aku belum bisa percaya padamu, buku itu, dan ramalan yang kau bicarakan."

Daxraj kembali terdiam. "Jika ada di posisimu aku pun akan mengatakan hal yang sama. Tapi bisakah kau menjaga dirimu lebih baik lagi?"

Haala enggan merespon pertanyaan Daxraj yang terdengar ambigu. Sampai Daxraj menanggalkan serbannya tiba-tiba, dan mengutarakan maksudnya melalui tindakan. Sebuah ciuman kasar baru saja mendarat di bibir Haala yang menggigil, diiringi dengan sentuhan-sentuhan yang tak kalah kasar. Sentuhan kasar itu seakan sudah diatur untuk menghapus jejak sentuhan lembut Braheim beberapa hari silam.

"Hanya lakukan ini denganku. Karena aku tidak akan meloloskan Braheim Bhaavesh untuk yang kedua kali jika sampai kau mengizinkannya melewati batas lagi."

...¤○●¤○●¤○●¤...

Jihan berteriak murka memanggil semua pelayan pribadinya karena terusik oleh sengatan matahari yang membakar kulit cantiknya. Namun tidak ada suara gaduh langkah kaki yang berlari saling mendahului seperti biasa, meski kini rasa terbakar itu sudah tidak dirasakan Jihan lagi.

Jihan enggan mengindahkan, dan hanya berniat melanjutkan tidurnya. Namun tangan kasar yang tiba-tiba menggerayangi tubuhnya membuat Jihan langsung bangun terduduk. Terlihat tabib kerajaan, Sanjeev Rajak, kini tengah duduk di samping Jihan, memamerkan senyum menjijikkan.

Spontan Jihan mendengus kesal, karena langsung memahami situasinya saat ini. Jihan terpaksa menghabiskan malam panjang dengan Sanjeev, sebab dirinya tidak ingin melewatkan tawaran menggiurkan dari tabib kerajaan genius itu. Dan begitulah akhirnya Jihan kembali bersedia digagahi.

"Kenapa kau masih di sini? Cepat jalankan rencanamu."

"Tenang saja, Yang Mulia. Hamba tidak akan mengecewakan Anda," jawab Sanjeev sambil mengecup punggung tangan Jihan.

"Pastikan dia tidak muncul di depanku lagi."

Sanjeev menyeringai. "Dia bahkan tidak akan muncul di depan semua orang, Yang Mulia."

Jihan ikut menyeringai. "Jangan lupa rusak jasadnya sampai Braheim tidak sudi melihatnya."

"Sesuai perintah Anda, Yang Mulia Ratu."

Terpopuler

Comments

Nindira

Nindira

Ya ampun hanya karena ingin mendapatkan tawaran menggiurkan itu kamu bersedia menyerahkan dirimu Jihan😒

2022-11-28

0

Nindira

Nindira

Hhhmmmm apakah Haala akan bisa menyucikan dirinya di baadai?

2022-11-28

0

Anita Jenius

Anita Jenius

Baca sampai sini dulu thor..
Nyicil baca nya..
5 like mendarat buatmu..
semangat terus ya.
Salam dari "Anakku bukan anakku".

2022-11-10

0

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1
2 CHAPTER 2
3 CHAPTER 3
4 CHAPTER 4
5 CHAPTER 5
6 CHAPTER 6
7 CHAPTER 7
8 CHAPTER 8
9 CHAPTER 9
10 CHAPTER 10
11 CHAPTER 11
12 CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13 CHAPTER 13
14 CHAPTER 14
15 CHAPTER 15
16 CHAPTER 16
17 CHAPTER 17
18 CHAPTER 18
19 CHAPTER 19
20 CHAPTER 20
21 CHAPTER 21
22 CHAPTER 22
23 CHAPTER 23
24 CHAPTER 24
25 CHAPTER 25
26 CHAPTER 26
27 CHAPTER 27
28 CHAPTER 28
29 CHAPTER 29
30 CHAPTER 30
31 CHAPTER 31
32 CHAPTER 32
33 CHAPTER 33
34 CHAPTER 34
35 CHAPTER 35
36 CHAPTER 36
37 CHAPTER 37
38 CHAPTER 38
39 CHAPTER 39
40 PENGUMUMAN
41 PENGUMUMAN
42 CHAPTER 40
43 CHAPTER 41
44 CHAPTER 42
45 CHAPTER 43
46 CHAPTER 44
47 CHAPTER 45
48 CHAPTER 46
49 CHAPTER 47
50 CHAPTER 48
51 CHAPTER 49
52 CHAPTER 50
53 CHAPTER 51
54 CHAPTER 52
55 CHAPTER 53
56 CHAPTER 54
57 CHAPTER 55
58 CHAPTER 56
59 CHAPTER 57
60 CHAPTER 58
61 CHAPTER 59
62 CHAPTER 60
63 CHAPTER 61
64 CHAPTER 62
65 CHAPTER 63
66 CHAPTER 64
67 CHAPTER 65
68 CHAPTER 66
69 CHAPTER 67
70 CHAPTER 68
71 CHAPTER 69
72 CHAPTER 70
73 CHAPTER 71
74 CHAPTER 72
75 CHAPTER 73
76 CHAPTER 74
77 CHAPTER 75
78 CHAPTER 76
79 CHAPTER 77
80 CHAPTER 78
81 CHAPTER 79
82 CHAPTER 80
83 CHAPTER 81
84 CHAPTER 82
85 CHAPTER 83
86 CHAPTER 84
87 CHAPTER 85
88 CHAPTER 86
89 CHAPTER 87
90 CHAPTER 88
91 CHAPTER 89
92 CHAPTER 90
93 CHAPTER 91
94 CHAPTER 92
95 CHAPTER 93
96 CHAPTER 94
97 CHAPTER 95
98 CHAPTER 96
99 CHAPTER 97
100 CHAPTER 98
101 CHAPTER 99
102 CHAPTER 100
103 CHAPTER 101
104 CHAPTER 102
105 CHAPTER 103
106 CHAPTER 104
107 CHAPTER 105
108 CHAPTER 106
109 CHAPTER 107
110 CHAPTER 108
111 CHAPTER 109
112 CHAPTER 110
113 CHAPTER 111
114 CHAPTER 112
115 CHAPTER 113
116 CHAPTER 114
117 CHAPTER 115
118 CHAPTER 116
119 CHAPTER 117
120 CHAPTER 118
121 CHAPTER 119
122 CHAPTER 120
123 CHAPTER 121
124 CHAPTER 122
125 CHAPTER 123
126 CHAPTER 124
127 CHAPTER 125
128 CHAPTER 126
129 CHAPTER 127
130 CHAPTER 128
Episodes

Updated 130 Episodes

1
CHAPTER 1
2
CHAPTER 2
3
CHAPTER 3
4
CHAPTER 4
5
CHAPTER 5
6
CHAPTER 6
7
CHAPTER 7
8
CHAPTER 8
9
CHAPTER 9
10
CHAPTER 10
11
CHAPTER 11
12
CHAPTER 12 + BONUS VISUAL
13
CHAPTER 13
14
CHAPTER 14
15
CHAPTER 15
16
CHAPTER 16
17
CHAPTER 17
18
CHAPTER 18
19
CHAPTER 19
20
CHAPTER 20
21
CHAPTER 21
22
CHAPTER 22
23
CHAPTER 23
24
CHAPTER 24
25
CHAPTER 25
26
CHAPTER 26
27
CHAPTER 27
28
CHAPTER 28
29
CHAPTER 29
30
CHAPTER 30
31
CHAPTER 31
32
CHAPTER 32
33
CHAPTER 33
34
CHAPTER 34
35
CHAPTER 35
36
CHAPTER 36
37
CHAPTER 37
38
CHAPTER 38
39
CHAPTER 39
40
PENGUMUMAN
41
PENGUMUMAN
42
CHAPTER 40
43
CHAPTER 41
44
CHAPTER 42
45
CHAPTER 43
46
CHAPTER 44
47
CHAPTER 45
48
CHAPTER 46
49
CHAPTER 47
50
CHAPTER 48
51
CHAPTER 49
52
CHAPTER 50
53
CHAPTER 51
54
CHAPTER 52
55
CHAPTER 53
56
CHAPTER 54
57
CHAPTER 55
58
CHAPTER 56
59
CHAPTER 57
60
CHAPTER 58
61
CHAPTER 59
62
CHAPTER 60
63
CHAPTER 61
64
CHAPTER 62
65
CHAPTER 63
66
CHAPTER 64
67
CHAPTER 65
68
CHAPTER 66
69
CHAPTER 67
70
CHAPTER 68
71
CHAPTER 69
72
CHAPTER 70
73
CHAPTER 71
74
CHAPTER 72
75
CHAPTER 73
76
CHAPTER 74
77
CHAPTER 75
78
CHAPTER 76
79
CHAPTER 77
80
CHAPTER 78
81
CHAPTER 79
82
CHAPTER 80
83
CHAPTER 81
84
CHAPTER 82
85
CHAPTER 83
86
CHAPTER 84
87
CHAPTER 85
88
CHAPTER 86
89
CHAPTER 87
90
CHAPTER 88
91
CHAPTER 89
92
CHAPTER 90
93
CHAPTER 91
94
CHAPTER 92
95
CHAPTER 93
96
CHAPTER 94
97
CHAPTER 95
98
CHAPTER 96
99
CHAPTER 97
100
CHAPTER 98
101
CHAPTER 99
102
CHAPTER 100
103
CHAPTER 101
104
CHAPTER 102
105
CHAPTER 103
106
CHAPTER 104
107
CHAPTER 105
108
CHAPTER 106
109
CHAPTER 107
110
CHAPTER 108
111
CHAPTER 109
112
CHAPTER 110
113
CHAPTER 111
114
CHAPTER 112
115
CHAPTER 113
116
CHAPTER 114
117
CHAPTER 115
118
CHAPTER 116
119
CHAPTER 117
120
CHAPTER 118
121
CHAPTER 119
122
CHAPTER 120
123
CHAPTER 121
124
CHAPTER 122
125
CHAPTER 123
126
CHAPTER 124
127
CHAPTER 125
128
CHAPTER 126
129
CHAPTER 127
130
CHAPTER 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!